2013, Jakarta
Siang yang panas dan sangat terik untuk bekerja di lapangan pikir seorang gadis muda yang masih berkutat dengan kemacetan lalu lintas. Begitu sampai disebuah gedung perkantoran dia bergegas menekan tombol lift dengan sikut karena kedua tangannya sibuk memegang tas, map, dan sebuah minuman dingin.
Begitu pintu lift terbuka gadis itu masuk dan menekan tombol lantai yang dituju namun kesulitan karena kali ini tombol lebih kecil dari sikutnya. Terlihat sekali dia berusaha meski itu mustahil.
"Lantai berapa?"
Tanya seorang pria dibelakangnya dengan aksen bahasa Indonesia yang sangat kaku. Bisa ditebak kalau dia bukan orang Indonesia. Terlihat dari perawakan pria itu yang memiliki kulit putih mata sipit dan berbadan tinggi.
Tidak aneh, karena memang gadis ini bekerja disebuah perusahaan advertising asal Korea selatan. Sudah pasti banyak pegawai dari Negeri Gingseng itu yang bekerja disini.
"19.." Jawabnya "Terimakasih"
saat tombol lantai 19 sudah di tekan oleh pria itu.
***
Brughk!
Semua barang dalam genggaman dihempaskan ke atas meja dan segera dia teguk Ice Americano yang sudah nyaris tidak dingin lagi ditangannya. Belum sempat bernafas dengan tenang sesosok pria berkebangsaan Korea sudah menghampiri dan memintanya untuk masuk ke ruang rapat.
Bagi gadis berusia 21 tahun yang baru lulus dari sebuah universitas Design dan mendapat nilai cumlaude bekerja diperusahaan asing adalah sebuah prestasi. Meski tidak bisa berbahasa Korea namun dengan kemampuan bahasa Inggrisnya seharusnya cukup untuk berkomunikasi dengan mereka.
Namun itu salah.
Karena tidak semua orang Korea yang mendirikan perusahaan diluar negeri mampu berbahasa Inggris dengan baik. Inilah salah satu kendalanya. Sehingga komunikasi mereka sangat buruk.
Tapi keuntungannya adalah ketika sang atasan sedang berteriak-teriak dengan kesal dan sesekali melempar kertas ke meja lalu menunjuk mukanya tidak membuat gadis itu sakit hati.
Karena apa?
Karena dia tidak mengerti satu katapun yang diucapkan atasannya. Membuatnya lebih tegar untuk tersenyum dan mengangguk agar cepat selesai.
"Nat! are you Ok?" seru Gissel -teman sekantor sang gadis- yang mendengar teriakan dari luar ruangan semenjak gadis itu masuk kedalam. " kenapa lagi si Hang Seo yo itu?"
"Aku baik-baik saja sih" ucap gadis itu "Lebih tepatnya tidak paham dia bicara apa hehehhe"
"heuh... dia itu memaki kerjamu yang berantakan tidak tau Attitude dan tidak professional"
"APA??? enak aja!! Atas dasar apa dia ngomong gitu??? Waaah"
seketika emosi menjalar begitu tau arti omelan atasanya tadi. Dia berbalik dan meraih pintu ruangan atasannya, namun ditahan oleh tangan Gissel
"Mau apa?!!" Tahan Gissel
"beri pelajaran!!"
"Jangan aneh-aneh" tarik Gissel membawanya menjauh dari ruang atasan mereka.
"Salah kamu sendiri karena tidak paham bahasa mereka jadi komunikasimu jelek" semprot Gissel
"kenapa dia tidak pakai bahasa Inggris saja kalau mau marah? Apalagi kalau mau ngatain orang!!" masih dengan kesalnya gadis kembali ke tempat duduknya.
Sebenarnya dia paham apa alasan Hang Seo yo memakinya. Karena siang ini dia menghancurkan tender besar mereka dengan klien. Meski cuek dan selengean gadis berambut pendek ini termasuk orang yang perfect dan idealis bila soal design dan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Versteek Noona [✓]
RomansaBagaimana bisa aku melalukannya dengan pria lain bila yang kurasakan adalah BIBIRMU?!! Yoongi tau dengan pasti mata gadis ini tidak melihat matanya, Namun kearah bibirnya. bahkan dia sempat menggigit bibir bawahnya sendiri membuat Yoongi menarik sat...