~Rico Pov~
Aku berjalan memasuki rumah megah yang ada ada di depanku. Memasuki ruang tamu yang besar dengan hiasan keramik-keramik mahal seperti vas dan hiasan kecil lainnya.
“Bi, Alvin di mana?” tanyaku pada salah satu pembatu di rumah ini yang sedang mengepel lantai.
“Lagi makan,” jawab Bi Yum singkat.
Tanpa banyak tanya lagi aku langsung melangkahkan kakiku melewati ruang tamu dan ruang keluarga menuju ruang makan untuk menemui tuan muda di rumah ini.
Ya benar, rumah megah ini bukan rumahku, tapi rumah temanku yang namanya Alvin. Nah pertanyaannya, kenapa aku punya teman anak orang kaya seperti Alvin? Itu karena ortuku adalah orang kepercayaan Papa dan Mama nya Alvin yang di beri kuasa untuk mengurusi rumah ini. Lagian sejak kecil aku sudah di angkat anak oleh om dan tante agar aku bisa menjadi teman main Alvin. Sejak kecil Alvin sering sakit karena daya tahan tubuhnya yang lemah, karena itu dia jadi sering nggak masuk sekolah dan akhirnya jadi nggak punya teman dekat. Bukannya mereka nggak mau berteman dengan Alvin, mereka cuma nggak pe de aja berteman dengan anak setajir Alvin. Aku sih bisa ngerti pemikiran mereka, karena aku juga gitu awalnya. Nggak pe de berteman dengan Alvin. Tapi pikiran nggak pe de itu hilang ketika aku udah kenal dan deket sama Alvin. Anaknya asyik. Asyik buat di kibulin karena terlalu polos hehe. Selain itu Alvin orangnya nggak sombong, anak nya baik, murah senyum, pinter dan sabar. Nggak rugi lah temenan sama dia.
“Udah selesai makannya?” tanyaku pada Alvin yang terlihat duduk manis di kursi meja makan.
Alvin melihat ke arahku lalu tersenyum. Senyumnya bisa membuat para cewek klepek-klepek deh.
“Pagi Ric,” sapanya, “tinggal sedikit lagi kok,” lanjut Alvin sambil meneruskan makannya.
Aku langsung berjalan mendekati Alvin. Terlihat masih ada beberapa sossis di piringnya. Tanpa permisi aku langsung mencomotnya.
PLAK..
“ADUH..” pekik ku kaget karena tiba-tiba Bi Surti memukul tanganku sampai sossis yang aku comot tadi terlepas dan jatuh ke piring Alvin lagi.
“Jangan ganggu den Alvin makan!” omel Bi Surti.
“Apaan sih Bi?! Cuma ambil sossis doang kok,” gerutuku.
“Ya biarpun cuma sossis itu namanya nggak sopan tau!” omel Bi Surti lagi.
Aku jadi manyun-manyun kerena udah kena omel pagi-pagi. Sedangkan Alvin malah tertawa pelan melihat tingkahku dan Bi Surti.
“Nggak apa-apa kok Bi,” kata Alvin pelan sambil memberikan sossis tadi ke arahku dengan garpu baru tentunya.
Aku langsung melahapnya dari garpu yang di sodorkan Alvin. Merasa masih kurang, aku pun langsung mencomot beberapa sossis lagi dari piring Alvin dan langsung memakannya.
“Ngelunjak!!!” omel Bi Surti lagi sambil menjitak kepalaku.
“EHMM…” pekikku tertahan karena mulutku sedang penuh dengan sossis.
Aku langsung mengusap-usap kepalaku yang kena jitak.
Gila nih bibi satu ini. Galaknya amit-amit kalau sama aku.
“Waduh Bi, jangan galak-galak dong sama Rico,” kata Alvin sambil mengusap-usap kepalaku pelan.
“Iya tuh Vin, galak banget ya. Pecat aja deh bibi satu ini!” gerutuku sok manja mumpung ada yang belain haha..
“Berani ya kamu ngomporin den Alvin. Bibi bikin perkedel juga kamu,” kata Bi Surti geram sambil mulai memukul pantatku dengan ujung sapu.
Aku berusaha menghindari pukulan Bi Surti dengan berlari memutari meja makan. Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari arah dapur. Bi Um memanggil Bi Surti dengan suara panic. Aku nggak tau ada masalah apa di dapur, tapi aku bersyukur karena Bi Surti langsung beranjak meninggalkan ruang makan menuju dapur. Aku nggak kena pukul lagi deh hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories Of Him
RomanceKetika cinta hadir tanpa memperdulikan sekitar ketika cinta hadir di tengah sebuah kehangatan yg nyaman dan sebuah dingin yg mencekam Alvin siswa SMA kelas 12 yg mempunyai fisik yg lemah, namun dibalik itu semua ada seorang Pandu yg membuatnya meras...