chapter 3

1.5K 219 65
                                    

PLAK!

Hal pertama yang Asahi lakukan setelah Haruto menyelesaikan ceritanya adalah menampar adiknya itu sekencang-kencangnya sampai kepala Haruto terbanting ke sandaran kursi mobil.

"Asahi! Kok gue ditampar?!" teriak Haruto sambil memegang pipinya yang terasa panas.

"Pake nanya lagi!" omel Asahi dan sekali lagi dia melayangkan tinjunya yang kali ini mendarat pada dada Haruto.

"Sakit!" geram Haruto yang kini mengusap-usap dadanya.

"Lu udah ngehamilin dia dan nggak tanggung jawab!" teriak Asahi dengan mata berapi-api. "Demi Tuhan! Lu minta dia gugurin kandungannya? Punya otak nggak sih lu?!"

"Gue panik waktu itu, gue nggak bisa mikirin solusi lain." jawab Haruto ketika dia merasa situasinya sudah lebih tenang.

Mereka saling tatap tanpa mengatakan apa-apa selama beberapa menit, dan Asahi mencoba mengontrol pernapasannya yang sudah terengah-engah.

"Apa Mama sama Papa tau tentang Yedam?"

Haruto menggeleng membuat Asahi menghembuskan napasnya pelan. "Lu harusnya bilang ke gue."

Ketika Haruto masih kuliah di Lowa, Asahi sudah bekerja di Jakarta. Meskipun sibuk dan ada jarak yang memisahkan, mereka selalu menyempatkan diri untuk mengobrol, setidaknya sebulan sekali.

"Terus kenapa lu nggak bilang ke gue?"

"Mungkin karena malu, atau karena gue takut.." Haruto tidak menyelesaikan kalimatnya karena dia sendiri tidak bisa menjelaskan tindakannya waktu itu.

"Lu pernah kepikiran nggak sih kalo anak lu masih hidup, dia sekarang umurnya udah tujuh tahun?"

Pertanyaan dari Asahi membuat Haruto merenung. Setiap hari, setiap bulan, setiap tahun, dia selalu memikirkan hal itu.

Terkadang Haruto akan membayangkan wajah anaknya. Jika bayi itu perempuan dengan wajah manis dan menggemaskan seperti Yedam atau mungkin bayi itu laki-laki dengan wajah dan kelakuan yang mirip dengannya.

"Itu yang selalu gue pikirin." jawab Haruto pada akhirnya sebelum memejamkan matanya.

Keadaan di dalam mobil kembali hening, dan mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Haruto bisa merasakan gerakan dekat kepalanya sebelum tangan kakaknya itu membelai rambutnya dan ketika Asahi akan menjalankan mobilnya, dia membuka matanya sedikit.

"Asahi?"

"Hm?" Asahi menoleh untuk menatapnya.

"I still love him."

Haruto mengangkat kedua tangannya untuk menutupi wajahnya. "Gimana bisa gue masih cinta setengah mati sama istri orang yang jelas-jelas benci banget sama gue?"

"Udah gila." ucap Asahi singkat.

Haruto langsung menurunkan tangannya dari wajah untuk menatap Asahi. "Lu tuh seharusnya ngebuat gue ngerasa lebih baik, kan?"

Asahi terkekeh. "Gue cuma bingung aja sih, kok lu bisa tolol banget."

Haruto bersumpah tidak akan pernah mau lagi membicarakan tentang perasaannya dengan Asahi kalau kakaknya bertingkah seperti ini.

"Maksud gue tuh, siapa tau dia cuma bohong aja kan sama lu?"

Haruto mengerjap, berusaha melupakan rasa kesalnya. "Bohong tentang apa?"

"Bohong tentang punya suami."

"Yedam nggak mungkin kayak gitu." bantah Haruto.

Asahi mengangkat bahunya, dan mulai menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah.

Little Secret - [harudam] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang