crazy

1.6K 195 2
                                    

SUDAH hampir 2 tahun semenjak orang tuanya meninggal, Renjun tidak pernah lagi keluar rumah. Ia hanya akan berdiam diri dan sesekali Jeno menemaninya di malam hari setelah pemuda itu selesai dari kuliahnya dalam setahun terakhir.

Semenjak kematian kedua orangtuanya, Renjun benar-benar mengurung diri dalam kamarnya. Bahkan ketika sang Nenek datang untuk menjenguk, Renjun sama sekali tidak keluar kamarnya.

Ia meminta semua orang, keluarganya, untuk tidak menganggu dirinya beberapa bulan terakhir kemarin.

Renjun sangat terpukul setelah kematian orangtuanya, meninggalkan rasa sakit hati yang begitu besar.

Hatinya sudah hancur, kini semakin hancur.

Bahkan Haechan sudah tidak pernah ia izinkan untuk main lagi, tetapi Haechan peka bahwa ada yang tidak beres dengan Renjun serta adiknya itu.

Pemuda berumur 25 tahun itu hanya diam di kamarnya yang kini sudah berantakan tidak rapih seperti dulu lagi.

Yang Renjun lakukan sekarang hanyalah melamun dan tidak memikirkan tentang kebersihan dirinya lagi.

Rambutnya mulai memanjang, poni sudah menutupi matanya, surai hitam itu berayun ketika angin menerpanya dari sela-sela jendela.

Sementara Jeno tidak terlalu memikirkan kakaknya itu, ia hanya akan kembali fokus untuk belajar dan berpacaran dengan Giselle.

Tanpa diketahui, Renjun sudah beberapa kali mencoba melakukan percobaan bunuh diri, namun ia begitu sayang kepada kedua orangtuanya, jadi ia kembali mengurung niatnya lagi.

Ia begitu mempertimbangkan orangtuanya walaupun setiap tidur hanya mimpi buruk yang menghiasinya.

Tetapi Jeno mengetahui semuanya yang dilalui Renjun.

Jelas, karena Jeno tidak akan pernah absen untuk kembali melecehkannya setiap minggu. Jeno sungguh melakukannya hanya untuk memuaskan dirinya sendiri tanpa memikirkan sang Kakak yang tidak pernah menikmatinya bahkan tidak pernah keluar sama sekali.

Bahkan adiknya itu tidak segan merekam kegiatan panas mereka hanya untuk mengancam Renjun agar tidak mengadukannya kepada keluarga mereka.

Seperti sekarang.

Jeno menyelipkan poni milik kakaknya kebelakang telinganya dan Renjun hanya diam, menatap kosong ke arah luar jendela.

Yang lebih muda itu mendekatkan dirinya pada Renjun, ia mengecup kedua belah bibir milik Renjun, menggigitnya kemudian melumatnya.

Renjun terdiam sejenak dan akhirnya Jeno mencengkram kedua pipi Renjun, kode untuk Renjun membalas ciumannya.

Seakan sudah tersetting, Renjun membalas lumatan yang diberikan Jeno. Mengulum bibir atasnya dan melenguh saat Jeno menggigit bibirnya.

Renjun membuka mulutnya dan membiarkan Jeno langsung mendominasi mulut serta lidahnya hingga saliva dari mereka menetes jatuh keluar.

Jeno melepaskan ciumannya dan turun keleher Renjun, mengecupnya dan menyesapnya hingga memerah.

Renjun hanya bisa terdiam, merasakan sentuhan yang diberikan Jeno dengan mata terpejam.

"Renjun ...." Gumam Jeno disela kecupannya.

Setelah dirasa oleh Jeno cukup, ia langsung menjauhkan wajahnya dari leher Renjun. Jeno menatap wajah kakaknya, pipinya begitu tirus, Jeno yakin bahwa Renjun tidak makan jika dirinya tidak menemani makan selain makan malam.

Jeno membenarkan baju Renjun dan memasangkannya celana, Renjun menurutinya, sudah tidak ada lagi kemauan untuk melawan Jeno, ia hanya terlalu lelah.

Adiknya itu tampak mematikan kamera ponsel yang menjadi alat perekam perlakuan biadab Jeno pada Renjun pagi ini.

"Aku akan menghadiahkanmu sesuatu malam ini,"

Renjun menoleh ke arah Jeno yang hendak mengambil alat bantu dengarnya, ia tidak mendengar ucapan Jeno namun bisa membacanya dari gerakan mulut sang Adik.

Jeno memasangkan kembali alat bantu dengar Renjun dengan benar, Renjun memegang alat yang sudah menyantel ditelinganya tersebut dan menatap Jeno tanpa ekspresi apapun.

"Aku ada kelas hari ini, hari ujianku, aku harus menyelesaikannya." Ucap Jeno pada Renjun yang sekarang mengangguk sebagai jawaban.

"Aku pergi dulu, okay? Jika kau menjadi anak baik hari ini, aku akan membawakanmu eskrim dan boneka kudanil gendut itu sebagai hadiah." Ucapan terakhir Jeno sebelum pergi meninggalkan Renjun dibumbui dengan kecupan manis.

Renjun kembali menoleh ke arah luar jendela setelah Jeno pergi.

Pandangannya kembai kosong. Ia menekuk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya pada kakinya.

Haechan menatap sendu jendela kamar Renjun yang tertutup, ia begitu berharap bahwa sahabatnya itu akan kembali menghubunginya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah angin kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan menatap sendu jendela kamar Renjun yang tertutup, ia begitu berharap bahwa sahabatnya itu akan kembali menghubunginya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah angin kosong.

Pemuda dengan kulit tan itu sangat kecewa, ia sungguh mengkhawatirkan Renjun yang kini sudah tidak pernah terlihat lagi.

Apakah temannya itu baik-baik saja? Apakah Renjun diperlakukan dengan benar? Apakah Renjun makan dengan baik?

Jika Haechan bertanya begitu, maka keluarga dari Renjun menjawabnya dengan santai bahwa Renjun baik-baik saja.

Haechan juga terkejut ketika mereka tidak mengetahui bahwa hubungan dirinya dengan Renjun tidaklah lagi akrab seperti dulu.

Renjun benar-benar memutuskan kontak dengannya secara tiba-tiba dan membuat Haechan bingung.

Matanya menatap tajam pada Jeno yang sekarang sedang menyiapkan motornya untuk berangkat kuliah.

Haechan yakin bahwa Jeno lah alasan dibalik semua ini. Alasan mengapa Renjun tidak pernah berteman dengannya lagi.

 Alasan mengapa Renjun tidak pernah berteman dengannya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☑️ lost. - noren, hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang