thank you

2.4K 214 60
                                    

PENTING!
sambil dengar media yang aku taruh diatas yaa!

PENTING! sambil dengar media yang aku taruh diatas yaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAECHAN terdiam ditempatnya.

Menatap kosong ke arah tempat dimana pemakaman Renjun akan dilakukan. Hatinya terlalu sakit hingga sudah tidak dapat menangis lagi.

Mulutnya tertutup rapat. Membiarkan orang-orang bertanya, ada apa dengan Lee Renjun, tentang apa yang sedang terjadi. Haechan memilih diam.

Kabar kepergian Renjun pagi ini membuatnya sangat terpukul. Kabar yang begitu mengejutkan untuknya, terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

Haechan bahkan tidak pernah berpikir tentang bagaimana Renjun harus pergi meninggalkan dunia ketika Haechan menganggap Renjun adalah dunianya.

"Haechan,"

Jaehyun menepuk bahu Haechan dengan pelan, membiarkan Haechan terbangun dari lamunannya. Setelah pemuda tan itu tersadar, Jaehyun tersenyum.

"Bisa kita bicara?" cicitnya pelan dan Haechan hanya mengangguk, kemudian dirinya berjalan mengekori Jaehyun dari belakang menuju halaman luar.

Jaehyun mendudukkan tubuhnya disebuah kursi lalu diikuti Haechan setelahnya.

Kepala Jaehyun menoleh menatap Haechan dengan sendu, ia tahu benar bahwa anak itu sedang berkabung karena kematian Renjun yang secara mendadak.

"Renjun ...."

"Ya?" Haechan menoleh, menunggu Jaehyun yang akan melanjutkan kalimatnya.

"Renjun bunuh diri karena dirinya terluka. Ia terluka terlalu dalam. Aku bahkan tidak bisa menjangkaunya ... aku mencobanya, namun Renjun sama sekali tidak mau membuka diri,"

Jaehyun menghela napas, "anak itu baik, lemah lembut, pintar ... namun terlalu rapuh. Sorot matanya begitu menyuarakan kesedihan yang terlalu lama. Renjun menahannya sendirian selama dua tahun. Memendam rasa kecewanya sendirian,"

Haechan kembali terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Jaehyun.

"Lukanya terlalu dalam ... Haechan, ia terluka sendirian. Jeno menyakitinya terlalu keras sehingga aku tidak lagi dapat menemukan titik cahaya kebahagiaan dari Renjun."

Haechan menunduk, menatap kedua sepatunya.

"Haechan," Jaehyun mengusap kepala Haechan dengan lembut.

"Renjun sekarang tidak lagi harus merasakan itu semua sendirian. Renjun sudah mengadu pada kedua orangtuanya. Renjun tidak harus membawa beban ini sendirian lagi, Haechan. Terima kasih. Terima kasih atas semuanya karena dirimu."

Haechan menggigit pipi bagian dalamnya, mencoba menahan isakan yang keluar dari mulutnya.

Sementara Jaehyun merogoh saku jasnya dan mengambil sebuah surat untuk diberikan kepada Haechan.

☑️ lost. - noren, hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang