"TERUS begitu saja kau lakukan!"
"Oh! Jadi ini salahku? Iya?!"
"Tentu saja semua salahmu, brengsek! Kau yang memulai semuanya!"
Renjun kecil bergetar, seluruh badannya bergetar ketika mendengar kedua orangtuanya bertengkar setiap hari yang dimulai 1 tahun lalu saat umurnya baru saja menginjak 3 tahun.
Kini usia Renjun baru saja memasuki umur 4 tahun, ini hari ulang tahunnya dan anak pintar ini mengharapkan hari yang bagus serta kasih sayang dari orangtuanya seperti sediakala. Namun, hanya bentakan yang dilontarkan masing-masing yang ada.
Renjun menangis, ia menekuk kedua lututnya sembari terisak. Matanya menatap kedua orangtuanya yang sedang bertengkar hebat di depannya.
Tubuhnya terbangun, kakinya melangkah mendekat ke arah orangtuanya. Renjun hanya ingin memisahkan mereka, namun yang didapat hanyalah badannya yang terjatuh serta benturan keras di kepalanya yang menabrak sebuah lemari karena sang Ayah mendorongnya kuat untuk menjauh dari dirinya dan si Ibu.
"Renjun! Huang Renjun!" teriak Ibunya dengan panik dan mendorong si Ayah menjauh dari dirinya.
Ibu Huang mendekat pada Renjun kecil yang kini tidak berdaya menatap dirinya dalam diam, kepalanya terasa sangat sakit hingga ia sulit mendengar apa yang ayahnya baru saja ucapkan.
"Lihat apa yang kau lakukan pada anakku!" jerit Ibu Huang dengan kencang namun tidak membuat Ayah Huang menciut.
Seakan tidak peduli, Ayah Huang langsung melengos pergi meninggalkan anak semata wayangnya dalam dekapan sang Ibu sendiri.
"Maaf?"
Ibu Huang mencoba menajamkan indera pendengarnya saat dokter menjelaskan tentang apa yang Renjun kecil hadapi sekarang.
"Benturan di kepalanya terlalu keras sehingga ia akan terus kesulitan dalam hal mendengar ... maaf, bisa aku katakan anak ini mengalami kelumpuhan pada alat pendengarnya, Renjun kini tuli."
Ibu Huang terdiam, rasa salah kini menyeruak dalam dirinya, pandangannya lurus menatap Renjun kecil yang kini tertidur di atas ranjang rumah sakit.
Matanya memanas, ia menangis, menangisi putra kecilnya yang kini menjadi tuli karena kesalahan dirinya serta Ayah kandung dari bocah itu sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan?" lirihnya pada diri sendiri.
Sang Dokter hanya menatap iba pada orangtua dari pasiennya sendiri.
"Aku akan sangat menyarankan Renjun untuk memakai alat bantu dengar dengan tipe behind the ear atau kami biasa menyebutnya dengan BTE, alat model itu sangat cocok untuk anak yang masih dalam pertumbuhan. Renjun masih sangat membutuhkan itu, kami akan memberinya setelah Renjun pulang dari rawat inap."
Penjelasan yang diberikan oleh Dokter seperti hanya lewat dipendengaran Ibu Huang, masuk melalui telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri.
Ia benar-benar sudah tidak fokus, ia hanya terus merutuki dirinya sendiri karena merasa tidak pantas menjadi seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ lost. - noren, hyuckren
Fiksi PenggemarWhen Jeno lost his mind and Renjun lost his life and Haechan who saved his life. TW/CW; incest, disgusting, raped, traumatic. Jeno dengan segala kelakuan paling bodoh didunia yang pernah ia lalukan terhadap sang kakak. "Maaf..." Jika maaf bisa membu...