08. katanya pakai jaket
"Eh nggak-nggak! Kocak banget bercandaan lo, kesambet apa sih hari ini?"
Lavendra tetap berjalan sambil menunggu respon Magenta. Sesekali dia pindah ke kiri jalan demi menghindari lubang besar di tengah jalan. Satu detik, dua detik ... lima detik. Laki-laki itu bungkam.
Be-beneran? Mata Lavendra terbuka lebar, dia menoleh ke Magenta yang jalan sambil menunduk. "Eh, lo kenapa?"
"WOI?" Lavendra berseru. Dia kaget lantaran Magenta malah berjalan mendahuluinya, bukannya bersebelahan seperti tadi.
Kaki Lavendra berhenti. Ditemani suara daun bambu yang terhempas angin, matanya menatap nanar Magenta yang semakin jauh.
Berarti dia beneran naksir gue? Kok bisa?
Pertanyaan itu terus melayang sepanjang hari itu. Sampai-sampai Lavendra tak bisa tidur—dan berujung telat bangun dan telat mengikuti praktikum.
Sepanjang sisa hari fieldtrip, Lavendra merasa kehilangan. Tidak ada perdebatan, tidak ada keluhan, dan ... tidak ada pesan iseng dari Magenta untuk Lavendra.
Teman sejurusannya di kelompok tujuh— Hanif, Leo, Jihan, dan Nuri—masih gemar menggoda Lavendra. Magenta sudah jadi bagian dari obrolan mereka dan membuat rasa bersalah perempuan itu semakin besar. Dan akhirnya, Lavendra terpaksa menceritakan kejadian sepulang FPIK Mengajar.
***
Pemanasan dipimpin oleh Kak Gita, kapten tim aerobik. Semangat membara perempuan berlesung pipit itu terasa sampai ke belakang. Dua tangan Lavendra memegang kaki kirinya yang tertekuk membentuk sudut tepat 90 derajat.
"Psst, Leo!" bisik Lavendra. Tapi bisikannya sudah pasti tidak terdengar karena Leo jauh di depan. Lavendra sedikit berjinjit demi mencari keberadaan Kak Eka. Ternyata Kak Eka berada di dekat tangga tribun dan berbincang dengan Kak Rizal yang merupakan asisten pelatih aerobik.
Kayaknya aman. Lavendra mencondongkan tubuh ke depan, mendekat ke teman anggota timnya. "Run, tolong bilangin ke depan, suruh panggilin Leo."
Aruni mengangguk dan meneruskan pesan Lavendra ke pada anggota di depannya. Sampai akhirnya, Leo menoleh ke depan.
"Kenapa?" tanya Leo tanpa suara sebab tak mau menarik perhatian Kak Eka.
"Tukeran dong," balas Lavendra sambil mengarahkan jari telunjuk ke depan dan ke belakang, mengisyaratkan Leo untuk bertukar tempat dengannya. Lalu, dia mengarahkan kepala ke samping kanan.
Wajah Leo tampak bingung. Namun dalam sekejap, dia menangkap alasan Lavendra ingin bertukar tempat. Magenta berada di serong kanan belakang perempuan itu.
"Ciee," Leo malah mengarahkan jari telunjuk ke kanan dan kiri berkali-kali. Tentu Lavendra kesal. Coba saja Lavendra mengiyakan permintaan Leo tadi, pasti perasaan campur aduk—apalah namanya ini tidak menjalar ke hati.
Kejahilan Leo baru berhenti setelah mendengar decitan sepatu dari Kak Eka yang mendekat. Dia segera berbalik dan mengikuti gerakan pemanasan selanjutnya.
***
"Ihh kenapa pake jaket, Ven? Gerah tau!" tanya Aruni ketika melihat Lavendra tiba-tiba mengenakan jaket.
Lavendra memutar otak, mencari alasan yang pas. Tapi rasanya tak ada alasan yang sempurna. "Engg... Soalnya dingin?"
"Boong itu si Laven," celetuk Leo. Laki-laki itu meneguk air dari botol yang ia bawa. "Itu gara-gara.."
"DIEM!" Lavendra panik. Seruannya ternyata menarik perhatian anggota lain yang sedang beristirahat.
krik ... krik
Seisi GOR hening sebentar. Lavendra berkali-kali menundukkan kepala seraya mengucapkan maaf. Leo dan Aruni turut melakukan hal sama karena merasa merekalah yang memicu Lavendra.
"Anjir lo berdua ngapain ikutan? Kan yang salah gue," tanya Lavendra berbisik.
Krieet
Pintu terbuka. Ada Magenta. Laki-laki tinggi tegap itu menenteng kresek yang tampak berat berisi botol-botol minuman. Mata Lavendra masih mengikuti pergerakan Magenta sampai dia membagi-bagikan minuman itu ke teman-teman black team di tribun.
"Ya ilah, diliatin mulu," goda Leo. Lavendra tersenyum kecut lalu menarik zipper jaketnya.
***
Gila, mengenakan jaket saat latihan sama sekali bukan ide bagus. Keringat Lavendra mengucut dua kali lebih banyak dibanding biasanya. Tapi, dia tak mau kalau teman-teman tim aerobik jadi ikut menggodanya dan Magenta karena memakai baju yang sama persis.
Entar disangka couple-an gimana dong?
Pertanyaan itulah yang menahan Lavendra untuk tetap mengenakan jaket selama latihan.
"Lavendra," panggil Kak Eka ketika Lavendra menjadi pusat di formasi tim. "Kamu sakit? Kenapa pakai jaket?"
"Aku agak pusing dikit, Kak." Bisaan bohongnya, kalau pas acara beneran pusing gimana coba? batinnya.
Secara mengejutkan, Kak Eka percaya. "Ah, iya sih. Kamu keliatan keringetan banget." Perempuan itu mengangguk kemudian membuat keputusan. "Ya udah, habis ini kita udahan aja. Keburu jam 5 juga."
Anggota tim aerobik mengiyakan Kak Eka, kemudian melanjutkan latihan. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Fieldtrip, Katanya
Kurzgeschichten[SELESAI] Udah kuliah jauh-jauh, eh ketemu lagi sama dia Itulah yang ada di benak Lavendra ketika melihat Magenta duduk di ruang tamu sambil asyik mengunyah pisang goreng. Dia tak percaya kalau harus satu kelompok dengan partner debatnya di SMA sela...