Katanya Minta Maaf

100 17 18
                                    

06. katanya minta maaf

Dua jam kemudian kegiatan mengajar selesai. Lavendra berjalan kaki ke rumah dengan sekujur badan yang terasa nyeri.

Lagi-lagi karena Magenta.

"Kak Lavendra dulu cheerleader loh!" seru Magenta yang disambut tepuk tangan oleh siswa kelas 4.

Dan yang selanjutnya terjadi adalah Lavendra memeragakan gerakan cheers sesuai permintaan para siswa karena belum pernah melihat langsung. Walaupun beberapa, tetap saja badannya kena imbasnya.

"Maafin gue."

Lavendra yang memijit lengannya langsung menoleh. "Hah?"

"Ya, gue minta maaf," tukas Magenta sambil melirik Lavendra. "Gue bikin lo susah."

"Lo kenapa sih hari ini?" tanya Lavendra dengan alis berkerut. Dia berjinjit lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Magenta. "Nggak demam," ucapnya.

Yang ditanya tak merespon dan keduanya mendadak hening. Lavendra merasa tak nyaman. Rasanya lebih baik bertengkar daripada diam seperti ini.

"Gue maafin tapi jawab dulu pertanyaan gue," celetuk Lavendra. "Lo ada masalah? Cerita aja, pasti gue bantu kok. Janji." Lavendra mengacungkan jari kelingking ke depan Magenta.

"Yakin lo mau bantuin gue?" tanya Magenta balik, menautkan jari kelingkingnya dengan Lavendra.

Lavendra mengangguk lalu melepas jarinya.

"Dulu gue sering ketemu sama cewek—gue biasa aja. Tapi makin ke sini, gue ngerasa aneh kayak ... gugup ke dia?" papar Magenta sedikit tremor. "Ah, udahlah lo nggak bakal paham," racaunya.

Lavendra langsung menjawab, "lo naksir dia, Bego. Kalau lagi suka sama orang tuh, lo ngerasa aneh gimana gitu ke lo sendiri."

"Oalah," tukas Magenta singkat.

Lavendra menoleh lagi. "Emang ceweknya siapa?"

Magenta menghentikan langkahnya, membuat Lavendra melakukan hal yang sama.

"Kalo ceweknya itu lo gimana?"

Rasanya, Lavendra seperti tersambar petir di siang bolong.[]

END

Fieldtrip, KatanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang