Katanya Ketua Pensi

121 20 3
                                    

02: katanya ketua pensi

Lavendra mengerjapkan matanya. Semuanya tak masuk akal. Selama ini dia mengira Magenta kuliah di salah satu universitas di Solo. Kenapa tiba-tiba di sini?

"Kok lo bisa-bisanya di sini!?" tanya Lavendra tak percaya. Yang ditanya malah mencomot satu pisang goreng lagi, baru menatap Lavendra.

"Lo jurusan PSP­­­­—Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan?" tanya Magenta menyebutkan jurusan Lavendra. "Kenapa sih gue harus sekelompok sama lo? Untung pisang gorengnya enak."

"Enggak nyambung, Bego," umpat Lavendra, persetan dengan Magenta yang satu tahun lebih tua darinya. Perasaan kakak kelas gue yang paling jahannam cuma dia doang, batin Lavendra seraya melemparkan tubuhnya di sofa panjang.

Magenta melirik Lavendra yang duduk di ujung sofa lainnya. "Jauh-jauh lo dari gue," ucapnya, menuang teh hangat di teko ke dalam gelas kaca kecil.

Lavendra yang baru merebahkan punggung di sofa, langsung bangun lagi. "Lo yang harusnya jauh-jauh! Masa gue udah kuliah jauh ketemu lo lagi? Bukannya lo di Solo, ya?" cerocos Lavendra tak henti. Untung saja di ruang tamu hanya ada mereka berdua. Coba kalau ada Bu Erni, beliau pasti pusing menghadapi dua anak inangnya.

"Bacot, diem," sahut Magenta, lalu menegak segelas teh manis hangat. "Lagi fieldtrip juga."

"Gue juga tahu kalau fieldtrip," seloroh Lavendra. Kemudian, Lavendra mendengar suara banyak orang yang bercakap-cakap di depan. Dengan sigap, dia mengintip lewat gorden ruang tamu. Matanya membuka sedikit lebih lebar kala mengetahui ada banyak orang—yang Lavendra duga adalah sisa anggota kelompoknya berada di depan pagar.

Lavendra berganti menengok ke arah Magenta yang mengambil sepotong pisang goreng lagi. "Woi, itu perut apa gentong? Udahan kek makannya, yang lain nggak kebagian!" seru Lavendra.

"Suka-suka gu-"

"Assalamualaikum," salam salah satu laki-laki, memotong perkataan Magenta, "kelompok tujuh, kan?"

"Waalaikumsalam, iya," jawab Lavendra. Lalu laki-laki itu masuk dan diikuti sisa anggota kelompok tujuh yang lain.

Salah satu anak melihat ke arah meja ruang tamu. "Wah, kayaknya kita kurang cepet datengnya. Udah tinggal dikit nih makanannya," sindirnya.

"Salahin si Gentong tuh! Jangan gue," jawab Lavendra menunjuk Magenta yang tak peduli.

***

Setelah semua anggota hadir, Deon selaku PJ kelompok menjelaskan kembali peraturan selama fieldtrip. Lavendra menggembungkan pipinya saat Deon mengatakan tidak boleh membawa alat elektronik apapun selama praktikum.

"Enggak lucu kalau HP kalian keseret ombak, kan?" ujar Deon setelah menjelaskan peraturan tentang HP.

"Oh, saya baru ingat satu lagi," sambungnya. "Karena tidak setiap hari kalian akan praktikum, pihak fakultas memberi kalian tugas kelompok dan tugas kelompok kecil."

Suasana menjadi ribut dengan berbagai keluhan karena saat TM tidak dijelaskan mengenai tugas di luar praktikum. "Tugas kelompoknya buat vlog fieldtrip, nanti kalian upload di youtube. Biar fakultas lain tahu kalau fieldtrip-nya FPIK nggak penuh laprak seperti fakultas lain."

"Terus ngerekamnya gimana, Kak?" tanya Nuri, teman sejurusan Lavendra yang berbeda kelas.

"Pakai HP, nanti hanya ada dua HP yang dipakai dalam sekali take," jawab Deon lugas dan tetap tenang menghadapi sepuluh adik kelasnya. "Take-nya pas senggang atau pas tugas kelompok kecil. Tugas kelompok kecil menyusul, ya."

"Oke, ada yang mau jadi ketua?"

Lavendra yang bermalas-malasan, kini semangat menunjuk Magenta yang duduk di pojok dinding. "Magenta aja, Kak! Katanya pernah jadi ketua pensi!" seru Lavendra berapi-api sambil melihat wajah syok Magenta.

Kena, kan? batin Lavendra, tertawa dalam hati.

"Enggak, nggak!" tolak Magenta masih kaget karena tiba-tiba ditunjuk. "Yang lain aja, pokoknya jangan saya, Kak."

Kelompok tujuh menjadi semakin ribut dengan menunjuk satu sama lain. Di tengah keributan itu, kedua mata Lavendra tak sengaja beradu tatap dengan Magenta yang sinis kepadanya.

***

Magenta

Sa

Punya nomer Lavendra?

Arsatya Atmaja

Ada lah

Orang sepupu sendiri

Magenta

Minta

Arsatya Atmaja

Hah

Mas Genta nggak kesetrum ubur-ubur, kan?

Lagi musim ubur-ubur

Magenta

Ternyata masih random kayak SMA

Tapi serius , ada urusan sama si Lavendra

Arsatya Atmaja

As you wish

[send contact]


Seketika senyuman Magenta terbit, entah mengapa.[]

Fieldtrip, KatanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang