03. katanya master laprak
"HP-nya, HP-nya," seru Deon seperti pedagang pasar, berada di depan pagar seraya memegang kotak plastik transparan. Hari ini adalah hari pertama praktikum. Nantinya, setiap kelompok akan berpisah. Mahasiswa semester tiga, jurusan PSP—Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, berkumpul di area parkir. Sementara itu mahasiswa semester lima, jurusan ITK—Ilmu Teknologi Kelautan sudah berangkat lebih dulu ke Pantai Binuangeun.
Lavendra memasukkan HP-nya ke dalam kotak dan atensinya menuju stiker BBLF alias pensi SMA-nya. Pasti punya Genta, batinnya. Lagipula siapa lagi di kelompoknya yang pernah satu sekolah dengannya?
"Kalian bawa apa aja? Gue cuma bawa HVS, pensil, sama penghapus doang," celetuk Jihan ketika berjalan ke area parkir untuk briefing.
Nuri mengangguk. "Sama gue ge bawa seperlunya. Lagian laprak dikumpulin pas praktikum berikutnya, kan?"
"Iya pas praktikum berikutnya," jawab Lavendra sekenanya, "yang berarti besok."
"FPIK nggak banyak laprak, ceunah." Hanif yang daritadi di belakang tiba-tiba berjalan sejajar dengan yang lain. "Pas balik ngerjain bareng kek, syukur-syukur ada kating bantuin." usulnya.
Leo menoleh ke Lavendra. "Bisa lah diatur, Ven," bujuknya.
Sebuah jitakan mendarat di kening Leo. "Yeu, mentang-mentang gue pernah ngobrol sama Genta," kata Lavendra. "Males ah, bawaannya uring-uringan mulu sama dia."
"Ah, yang bener?"
"Hati-hati CLBK loh, Ven."
"Awas karma, benci jadi cinta!"
Lavendra memutar bola matanya, sampai kapanpun dia tidak akan menaruh hati ke seniornya yang menyebalkan itu.
***
Ikhtiologi, matkul paling susah di semester tiga. Karena merupakan matkul dasar di FPIK, para dosennya terkenal kejam dalam memberi nilai.
"Kalian mau jadi apa kalau Ikhtiologi saja tidak paham?!"
Perkataan dosen masih terngiang-ngiang di benak Lavendra ketika dia mengeluarkan alat tulis dari tas. Praktikum Ikhtiologi kali ini mengharuskan dia mengamati ikan yang dijual di TPI Pantai Binuangeun, lalu menuliskan hasil observasinya. Terdengar mudah, bukan?
Tapi serius, saat praktikum di laboratorium kampus, teman sekelasnya mendapat banyak coretan di hasil laporannya. Bahkan hal seperti typo-pun memengaruhi nilai. Maka kali ini Lavendra harus bisa berkonsentrasi laporan praktikum yang dia kerjakan tidak mendapat nilai C.
+62 875-xxx-xxx
Ven
Mau master laprak Ikhtiologi gak?
Gue punya nih bekas semester 3
Lavendra K
Ini siapa...
+62 875-xxx-xxx
Magenta
Lavendra sedikit kaget. Namun, segera dia abaikan karena benar-benar butuh master laprak—contoh laporan praktikum yang diwariskan ke adik tingkat matkul ini. Dari tahun ke tahun, master laprak fieldtrip susah dicari padahal observasinya pun sama.
Lavendra K
MAU DONGG
Magenta
[send a file: Master Laprak Ikhtiologi angkatan...]
Lavendra K
MAKASIHHH
Tumben lo baik sama gue
[seen 13.54]
"Gue dapet master laprak!" seru Lavendra girang. Keempat teman satu jurusannya pun mengerubunginya, berebut melihat master laprak mata kuliah sulit ini.
"Bentar, duh. File-nya masih loading!" Lavendra menepis tangan Leo yang akan merebut HP-nya.
"AAA!" teriak Lavendra melihat isi file yang diberikan Magenta. File itu bukan berisi master laprak Ikhtiologi, tapi gambar setan yang tubuhnya setengah hancur. Lalu di bawahnya bertuliskan, 'belajar bego, bukannya cari master laprak!'
"Kenapa, Ven?" tanya Jihan kebingungan.
Wajah Lavendra memerah menahan amarah. "Nggak jadi, gue kena prank si Genta!" ucapnya sembari memperlihatkan isi file master laprak.
"Ya elah." JIhan yang sudah bersemangat, menjadi lesu. "Yuk, kita satukan otak kita untuk laprak Ikhtiologi."
Teman-temannya mulai berkutat dengan hasil observasinya sementara Lavendra masih sibuk menghujat Magenta.
Lavendra K
HEH GENTONG
ANJIR
GUE PIKIR MASTER BENERAN
Magenta
Makanya yg dicari tuh referensi jurnal
Bukannya master laprak
Makan tuh setan
Lavendra K
Bacot
Lagi sibuk fieldtrip jg
Sempet-sempetnya prank org
[seen 13.58]
Sial, di-read doang, umpat Lavendra dalam hati. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Fieldtrip, Katanya
Conto[SELESAI] Udah kuliah jauh-jauh, eh ketemu lagi sama dia Itulah yang ada di benak Lavendra ketika melihat Magenta duduk di ruang tamu sambil asyik mengunyah pisang goreng. Dia tak percaya kalau harus satu kelompok dengan partner debatnya di SMA sela...