04. katanya jangan terlalu benci
Praktikum besoknya adalah praktikum mata kuliah Alat Penangkapan Ikan. Matkul yang mudah dibanding Ikhtiologi. Kata koordinator dosen matkul ini, mereka hanya perlu mewawancarai nelayan sekitar pantai dan mengidentifikasi alat tangkap, lalu pulang.
Saat briefing selesai, Lavendra tak sengaja melihat Magenta berada di barisan jurusannya. Magenta asyik bercanda dengan teman di belakangnya tanpa memedulikan dosen yang berbicara di depan.
Jujur, Lavendra masih kesal dengan kejadian master laprak kemarin.
"Ven," panggil Hanif, "ntar bareng observasinya."
Tanpa menoleh Lavendra menjawab, "ayo, kayak kemaren."
Sebenarnya tugas praktikum ini merupakan tugas individu. Tapi, siapa yang mau melakukan observasi sendirian? Wilayah Pantai Binuangeun ini luas, khawatir bisa nyasar.
"Daripada nyasar sendiri mending nyasar bareng-bareng."
Itulah yang dikatakan Nuri tempo hari usai briefing praktikum Ikhtiologi. Jadi mereka berlima melakukan observasi bersama. Benar-benar sesuai jargon ospek jurusan; FPIK biru, FPIK solid.
"Lo masih kesel sama Kak Genta?" tanya Jihan di sebelah Lavendra, mengikuti arah pandang temannya itu. Beda dengan Lavendra yang langsung menyebut nama Magenta tanpa embel-embel 'Kak', Jihan yang tidak terlalu kenal pun memilih hati-hati.
Kontan Lavendra menoleh ke arah Jihan sambil cemberut. "Ya, rasain aja jadi gue. Udah berharap dapet master laprak, eh di-php-in." Akhirnya, Lavendra mengalihkan pandangannya dari Magenta dan berangkat menuju lokasi observasi bersama teman sekelompoknya.
"Btw, gue penasaran, Ven," sahut Leo sambil memasukkan beberapa kacang pilus ke dalam mulutnya, "lo bisa musuhan sama Kak Genta kenapa dah?"
Sebenarnya Lavendra tidak ingat awal permusuhannya dengan Magenta. Saking banyaknya perdebatan di antara mereka. "Gue nggak terlalu inget awalnya gimana. Yang jelas dia ngeselin banget!" geram Lavendra.
"Pernah ya, gue udah ijin telat rapat pensi gara-gara mau kejuaraan cheers. Nah, pas gue telat, dimarahin anjir! Malu lah gue di depan panitia yang lain!" kesal Lavendra mengingat kejadian empat tahun silam.
"Lo cheers?" tanya Nuri yang lebih tertarik ke cheers.
Lavendra mengangguk. "Biasanya setiap ekskul, ekskul gue rebutan lapangan sama ekskul basketnya dia."
"Jangan terlalu benci, Ven," sahut Hanif menasihati Lavendra. "Percaya sama gue. Kalo lo terlalu benci sama orang, semesta punya seribu satu cara buat kalian saling bersinggungan."
"Bahasa lo ketinggian, Nif!" Jihan tertawa keras. "Dasar budak kopi-senja," sindirnya.
"Heh! Nggak gue kasih contekan kuis lagi, ya!" ancam Hanif tak terima.
Sementara itu, Lavendra masih berpikir ucapan Hanif tadi. Apa itu sebabnya dulu waktu SMA dirinya sering bertengkar dengan Magenta? Karena semesta?
Lavendra menggelengkan kepalanya. Nggak, nggak. Gue nggak se-mellow itu.
***
Praktikum Alat Penangkapan Ikan tak sesuai ekspektasi Lavendra. Nelayan di Pantai Binuangeun masih melaut dan baru pulang ketika siang hari. Alhasil, mereka harus memutar otak dan melakukan wawancara dengan keluarga nelayan alih-alih dengan sang Nelayan langsung .
Kelompok Lavendra baru pulang sore hari karena jarak antar rumah yang berjauhan. Rasanya lebih melelahkan daripada Kemah Raya Angkatan di SMA-nya dulu. Dia hanya ingin selonjoran dan mengistirahatkan kakinya.
Sayangnya, rencana sedikit tertunda karena Deon, PJ kelompoknya, menyuruh untuk berkumpul sebentar. "Enggak sampai sepuluh menit, kok," bujuk Deon yang paham kalau mahasiswa semester tiga kelelahan.
"Cepet aja, ya. Saya tahu kalian mau istirahat," ujar Deon membuka percakapan. "Jadi, tugas kelompok kecil ada tiga; kerja bakti, bakti sosial, dan FPIK mengajar. Biar adil, saya udah buat undian." Deon menunjukkan botol plastik berisi gulungan kertas kecil. Tanpa basa-basi, Deon menggilir botol undian sampai seluruh mahasiswa dapat.
Lavendra membuka gulungannya. FPIK mengajar.
"Siapa dapat FPIK mengajar?" tanya Deon. Segera Lavendra mengacungkan tangan.
"Oke, Lavendra sama Magenta," ucap Deon.
Semesta sedang bercanda.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fieldtrip, Katanya
Short Story[SELESAI] Udah kuliah jauh-jauh, eh ketemu lagi sama dia Itulah yang ada di benak Lavendra ketika melihat Magenta duduk di ruang tamu sambil asyik mengunyah pisang goreng. Dia tak percaya kalau harus satu kelompok dengan partner debatnya di SMA sela...