Dua

3.2K 138 7
                                    

-Author pov-

"Gue udah bilang. Gak seharusnya kita ngasih tau Kenny tentang hal ini" kata Mabell. Gadis itu masih dipenuhi oleh rasa bersalah.

"Tapi Mabell, kalo nanti dia tau dari orang lain dia pasti bakal lebih kacau lagi" ujar Jasmine, berusaha menenangkan.

"Tapi gue gak mau gini. Gue gak mau Kenny nangis. Apalagi penyebab dia nangis itu cowok kayak Reynald, yang gak punya hati dan gak pernah ngehargain usaha Kenny"

"Tapi kok kembaran lo itu bisa pacaran sama Reynald sih?" Tanya Laura bingung.

"Ya apa sih yang gak bisa" jawab Mabell.

"Yaudah mending sekarang kita cari Kenny" kata Jasmine.

Sementara itu, Kenny masih menangis di ruang musik. Perlahan, dia berusaha buat ngeberhentiin tangisannya itu. Ia pun beranjak dari duduknya dan jalan ke piano di ruangan itu. Jarinya mulai menekan tuts piano tersebut dan akhirnya terdengar lagu.

Say something, I'm giving up on you
I'll be the one, if you want me to
Anywhere, I would've followed you
Say something, I'm giving up on you

And I am feeling so small
It was over my head
I know nothing at all

And I will stumble and fall
I'm still learning to love
Just starting to crawl

Say something, I'm giving up on you
I'm sorry that I couldn't get to you
Anywhere, I would've followed you
Say something, I'm giving up on you

And I will swallow my pride
You're the one that I love
And I'm saying goodbye

Say something, I'm giving up on you
And I'm sorry that I couldn't get to you
And anywhere, I would have followed you
Oh-oh-oh-oh say something, I'm giving up on you

Say something, I'm giving up on you
Say something

"Engg, Kenny? Haii" kata Laura yang tiba-tiba masuk ke ruang musik.

"Ngapain lo nyamperin gue?" tanya Kenny dingin.

"Karena gue pengen tau keadaan lo. Lo gapapa kan?" tanya Laura lagi. Dan terdengar ketakutan pada suaranya itu.

"Peduli apa lo sama gue? Hah? Gaada yang peduli sama gue. Gaada. Lo gak usah sok peduli" kata Kenny yang berusaha agar terdengar dingin, tapi kegetiran dalam suaranya itu gak bisa dia sembunyiin.

Dan kata-kata Kenny tadi otomatis langsung membuat Laura terdiam, sekaligus penasaran. Sekarang ia tau apa yang sekarang Kenny rasain. Kesendirian. Kesedihan. Kesepian. Tapi apa penyebab itu semua? Bukannya selama ini Kenny selalu keliatan ceria ceria aja kayak gaada masalah? Oh, fake smile.

"Ken, lo kenapa? Lo gak sendiri di dunia ini. Banyak yang peduli sama lo. Ada gue, Mabell, Jasmine, kakak-kakak lo, orang tua--"

"ORANG TUA? ORANG TUA GUE GAK PEDULI SAMA GUE"

"Tapi selama ini orang tua lo baik banget kok ke lo"

"Iya. Orang tua angkat gue yang peduli sama gue. Bukan orang tua kandung gue"

"Jadi mereka orang tua angkat lo?" tanya Laura yang sangat terkejut.

"Ya. Gue benci orang tua kandung gue. Mereka gak pernah ada buat gue. Mereka ninggalin gue gitu aja. Apa gue gak berguna di mata mereka?" ujar Kenny dan mulai menangis lagi. Membuat Laura langsung mendekap Kenny erat. Sangat erat.

"Enggak. Lo gak boleh ngomong gitu, Kenny. Lo berguna. Lo berguna. Mereka pasti sayang sama lo. Gue yakin ada alesan yang ngebuat mereka ngelakuin itu. Sekarang lo gak usah nangis lagi. Gue, kita, gak suka ngeliat lo nangis. Dan selama ini Kenny itu orang yang selalu ceria, ketawa lepas, selalu kuat. Mana Kenny yang gue kenal?" kata Laura, berusaha mengeluarkan kata-kata bijak yang dia sendiri gak yakin itu bijak atau enggak.

"Kenny yang lo kenal ada di hadapan lo sekarang, Laura" ujar Kenny dengan senyum lebar di bibirnya.

"Good girl. Ayo sekarang kita ke kelas" ajak Laura yang langsung disetujui Kenny.

"Hai Jasmine. Hai Mabell. Ngapain kalian berdua berdiri di depan pintu? Jadi penjaga?" tanya Kenny heran karena ngeliat Jasmin dan Mabell di depan pintu kelas.

"Ya! Lapor untuk saudara Kenny anda tidak diperbolehkan masuk. Jasmine, beri hormat kepada Kenny!" kata Mabell, berusaha bercanda padahal keliatan banget kalo dia panik. Untungnya, Kenny tidak menyadari itu.

"HORMAAAT GRAK!!"

"Kalian lucu. Udah ah gue mau masuk" kata Kenny.

"Tidak boleh!" cegat Jasmine dan Mabell serempak. Membuat Kenny mengerutkan keningnya, curiga.

"GUE BELOM NGERJAIN PR KIMIA! MINGGIR GUE MAU NYONTEK" dusta Kenny. Ya, hari ini gak ada pelajaran kimia, tapi sepertinya Mabell tidak mengetahui itu karena ia justru memperbolehkan Kenny masuk. Walau dengan berat hati tentunya.

Kenny terbeku sejenak ketika ia melihat apa yang ada di dalam kelas. Reynald dan Alea, kembaran Mabell, lagi pacaran.

"Cih. Pantesan Mabell sama Laura ngelarang gue masuk. Ternyata ada yang lagi pacaran" batin Kenny.

"Duh Rey kayaknya kita harus keluar deh. Takutnya ada yang ngeliat kita terus mewek lagi" kata Alea, yang jelas-jelas menyindir Kenny. Reynald yang mendengar itu langsung melotot. Dan Kenny, ia langsung terdiam di tempatnya berdiri yang untungnya membelakangi mereka. Laura dan Mabell yang merasa sahabatnya disakiti langsung jalan ke Alea dan Reynald. Sementara Jasmine berjalan ke sebelah Kenny. Selain mereka, udah gak ada lagi orang di kelas itu.

"Maksud lo ngomong gitu apa, hah?" ucap Laura dengan tenang tetapi tajam. Suara andalannya ketika ia sedang kesal.

"Ups. Ya gue sih gak bermaksud apa-apa ya. Kenapa kalian nyamperin gue? Mau jadi sok pahlawan gara-gara temen lo itu kesindir?" balas Alea.

"Banyak bacot lo" ujar Mabell.

"Apa lo? Gak nyadar diri banget" kata Alea.

"Cih. Azalea Tiffany Natasha, gue emang gak nyadar diri. Tapi lo? Gatau diri." kata Mabell penuh amarah.

"Mabella Tiffany Natasha, saudara kembar gue tercinta, lo kayaknya benci banget ya sama gue" balas Alea tak kalah tajam.

"STOP! Gue disini gak mau bikin dua saudara berantem. Jadi, ayo Alea kita keluar. Aku gak mau kamu berantem dan malah nyakitin diri kamu" ucap Reynald tiba-tiba dan langsung narik Alea buat keluar.

Setelah itu, terdengar isakan dari Kenny yang sedari tadi diem aja.

"Ken. Lo. Gak. Pantes. Nangisin. Cowok. Kayak. Gitu." Ujar Mabell, ia marah.

"Gue minta maaf, Mabell. Gara gara gue lo berantem sama sodara lo. Gue gak bermaksud gitu. Lagian kalo mereka pacaran juga gak papa kok. Lo gak usah bela gue lagi. Gue ikhlas ngeliat mereka" kata Kenny yang masih menangis.

"Gapapa Ken, udah sepantesnya gue ngebela lo. Dan gue yakin lo masih belom bisa ngeikhlasin Reynald"

"Ya. Gue emang gak bisa. Gue udah jatuh terlalu dalam. Gue udah terlalu sayang sama Reynald"

Siapa yang tau, kalo sebenernya Reynald denger semua perkataan Kenny itu. Dan entah kenapa, hatinya merasa senang saat mendengar Kenny mengatakan itu. Tanpa ia sadari, bibirnya membentuk senyuman.

***
"Lo harusnya gak usah ngomong gitu. Gue gak mau lo berantem"
"Tapi ini kan yang lo mau?"
"Ya. Lo bener. Gimanapun caranya, dia harus benci sama gue"

a/n
Hai. Ini part 2 nya, sorry kalo jelek karena aku emang baru nyoba nulis hehe. Vote&comment yaa! Makasih buat kalian yang udah mau baca, xoxo.

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang