Enam Belas

1.8K 98 4
                                    

"Lo kenapa ngejauhin gue?" baru saja aku selesai membereskan bukuku, sebuah tangan mencekal tanganku. Diikuti dengan suara yang sangat aku rindukan. Dan ketika tangan itu memegang tanganku, kurasakan darahku yang berdesir, jantungku yang berdebar semakin cepat, dan kupu-kupu berterbangan dalam perutku.

Lebay memang, aku tau. Tapi ya siapa sih yang tidak merasakan itu setiap saat orang yang disuka memegang tangannya?

Iya, yang tadi memegang tanganku itu Reynald. Ini adalah pertama kalinya dia mengajakku berbicara duluan. Selama ini, selalu aku yang berusaha.

Dan oh, aku lupa. Sekarang aku sudah resmi menjadi murid kelas dua belas. Aku lagi-lagi sekelas dengan ketiga temanku itu, juga Reynald dan Ex (sebenarnya dengan semua teman sekelasku dulu). Ale dan Lexa, mereka sudah lululs. Lexa memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Sementata Ale, ia masuk Universitas Indonesia melalui jalur undangan.

"Ken? Kenapa lo jauhin gue?" tanya Reynald lagi. Ah, ternyata sedari tadi aku terlalu banyak berfikir. Sehingga mengabaikan pertanyaan Reynald itu.

Ya, jadi selama empat bulan terakhir kelas sebelas kemarin, setelah peristiwa adanya rumor tidak baik tentang diriku, aku memutuskan untuk menjauhi Reynald. Sebelumnya juga Reynald tidak ada reaksi apa-apa, malah ia semakin dekat dengan Jenny. Ew aku masih membenci Jenny, jika kalian bertanya.

Kenapa benci? Karena jelas-jelas aku tahu bahwa dia yang membuat gossip tidak jelas tentang diriku. Bagaimana aku bisa tau? Karena dia pernah menyuruhku untuk menjauhi Reynald, dan setelah aku menjauh, sudah tidak ada lagi gossip bohong itu. Adanya malah tulisan sorry guys, ternyata semua yang pernah gue infoin tentang Kenny itu, cuma berita bohong! Hehe maaf yaaa. Maaf juga buat Kenny, dia anak baik-baik kok. Menggelikan.

Oke, balik ke topik.

Sesungguhnya aku tidak bisa. Aku tidak bisa menjauhi Reynald. Selama ini aku tetap memperhatikannya dari kejauhan. Masih tetap ngestalk semua socmednya. Masih merasakan sakit yang teramat setiap melihat Reynald tampak bahagia dengan Jenny. Ya, aku masih mencintainya.

"Kenny, gue ta--"

"Lo gak pernah ngehargain usaha gue. Perjuangan gue. Lo tau kalo gue jelas-jelas suka sama lo. Tapi apa? Lo selalu nyakitin gue. Lo cuek sama gue. Lo.. lo gak suka gue kan? Lo suka Jenny. Jadi, apa masih ada alesan buat gue mertahanin lo?" balasku yang semakin lama terdengar seperti membentak. Untung saja jam pelajaran telah berakhir dan kelas sudah kosong.

"Lo berhenti?"

"Maksudnya?"

"Lo berhenti berjuang?"

Enggak.

"Iya"

"Lo udah gak suka gue?"

Masih.

"Ya"

"Lo gak ada rasa buat gue?"

Ada.

"Gak ada"

"Yakin?"

Enggak!

"Banget"

"Oke kalo gitu kita tukeran posisi"

Apa?

"Apa?"

Syukurlah, mulutku masih mau berkata sesuai dengan apa yang dikatakan otakku.

"Iya. Kita tukeran posisi"

"Maksud lo? Gue gak ngerti"

"Kalo dulu lo yang merjuangin gue, sekarang gantian gue yang merjuangin lo" setelah berkata itu, Reynald langsung pergi. Membuatku tercengang.

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang