Empat Belas

1.7K 98 5
                                    

Sampai di sekolah, aku langsung turun dari mobil Ale dan berjalan bersama Lexa. Sementara Ale berkata bahwa ia akan menyusul.

Di koridor, banyak orang yang memandangku dengan raut muka yang aneh. Seperti aku telah melakukan kesalahan yang teramat sangat.

"Eh, liat deh. Kenny dateng"

"Gila. Gue kira udah gak mau dateng"

"Gak nyadar diri banget"

Terdengar bisik-bisik di sekitar kami saat sedang berjalan menuju kelas. Dan aku merasa bahwa Lexa sudah tidak berjalan di sebelahku. Benar saja, saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Lexa yang sudah berdiri di depan dua orang yang berbisik-bisik tadi dengan pandangan mengancam. Tak lama, Ale muncul dan langsung berdiri di sebelah Lexa. Mau tak mau pun, aku berjalan ke arah mereka.

"Lexa kenapa sih, Ken?" bisik Ale pelan di sebelahku. "Serem banget", lanjutnya.

"Lo berdua. Ngomong apa tadi?" tanya Lexa tajam.

"E-eh e-enggak k-kak. Gak ngomong a-apa apa" balas salah satunya gugup.

"GAK NGOMONG APA-APA GIMANA!" bentak Lexa keras yang membuat dua perempuan tadi menunduk. Begitu pun aku yang langsung bersembunyi di belakang Ale. "Bener kata lo. Lexa serem banget" bisikku pelan.

"Ki-kita cu-cuma itu kak. Cu-cuma..."

"Cuma apa? Bisa ngomong gak sih?"

"Kita tadi ngeliat mading. Terus ada berita tentang Kenny gitu. Katanya Kenny--" belum selesai perempuan tadi berbicara, Ale langsung menarik tanganku yang langsung disusul oleh Lexa. Menuju mading.

Mading yang kini terpampang jelas fotoku dan Ex. Yang sedang memakai narkoba dengan berbagai minuman keras di sekeliling kami. Yang jelas-jelas merupakan editan.

Akan tetapi, aku tetap tidak dapat menahan air mataku yang mendesak keluar. Air mata yang akhirnya tumpah saat aku membaca artikel di bawahnya.

Di foto ini, jelas terlihat foto Kenny dan Ex yang sedang 'memakai'. Ok, jadi sebenernya ini semua berawal dari Kenny. Kenny yang galau karena Reynald, cowok yang disukainya, tidak menyukai dirinya. Ya, Kenny mengajak Ex pergi ke suatu tempat untuk menceritakan kesedihannya itu. Namun, itu tidak berjalan mulus. Ia malah tampak mabuk saat menceritakan kisahnya. Dan setelah itu, terlihat juga bahwa Kenny berbicara pada Ex dengan memaksa yang akhirnya disetujui oleh Ex (Ex tampak terpaksa). Lalu, mereka berdua berjalan bersama menuju suatu hotel dan memesan satu kamar. Ntah apa yang setelah itu mereka lakukan. Dan itu semua terbukti dengan tidak adanya kehadiran mereka berdua di sekolah. Sayang, gue gak dapet foto mereka di hotel itu.

Dengan air mata yang mengalir deras, aku mencopot dan merobek kertas itu. Melihat sekeliling dengan tatapan berang. Lalu berbicara dengan suara yang bergetar. "Ini bohong. Sumpah gue gak ngelakuin ini"

Kemudian, aku langsung berlari menerobos kerumunan menuju ke kelas. Diikuti dengan Ale dan Lexa di belakangku. Di kelas, aku melihat Mabell, Laura, dan Jasmine menatapku dengan tatapan prihatin. Aku tau mereka percaya padaku. Ya, seharusnya mereka percaya padaku.

"Kenny!" seru mereka berbaregan, lalu langsung berlari untuk memelukku. Sementara aku masih terisak dalam pelukan mereka.

"Gue.. enggak. Gue enggak ngelakuin... itu... kalian... percaya..." aku mencoba berbicara, namun justru semakin terisak. Untungnya, mereka tampak paham dengan apa yang ingin kuucapkan.

"Iya Kenny. Kita percaya lo gak mungkin ngelakuin itu semua. Lo cewek baik-baik, Kenny" jawab mereka yang malah membuat tangisanku bertambah keras.

"Kenny kenapa?" suara cowok itu membuatku mendongak. Dan aku langsung mendapatkan Ex yang berdiri di depanku, menatapku cemas. Dengan Reynald di sampingnya, tampak ogah-ogahan. Ah Reynald makin ganteng aja.

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang