Sepuluh

1.9K 103 4
                                    

"Reynald?" tanyaku pelan.

"Halo, Kenny" sapa Reynald lagi sambil tersenyum.

Dan setelah itu aku tidak tau apa-apa lagi karena semuanya menjadi gelap.

***
Aku membuka mata dan melihat sekeliling. Uks? Kenapa aku bisa ada di uks? Kayaknya tadi aku lagi di kantin bareng temen-temen aku terus Reynald duduk di sebelahku terus-- eh? Astaga! Aku pingsan hanya karena Reynald duduk di sebelahku dan menyapaku sambil tersenyum? Oh tidak, terkadang aku membenci sifatku yang terlalu berlebihan ini.

"Ck. Masa cuma gara gara gue duduk di sebelah lo dan nyapa lo, lo langsung pingsan sih?" tanya sebuah suara di sebelahku dan ternyata Reynald. Ya, Reynald. Dia menungguku selama di Uks? Oke, jangan terbang jangan terbang atau Kenny bakal jatoh dengan sakit.

"Woyy jawab" katanya lagi dan tiba-tiba aku merasa pipiku panas. Oke ini aneh, aku blushing hanya karena Reynald berkata seperti itu? Ah, Reynald benar-benar membuatku gila.

"Eh? Iya? Eh?" ujarku bingung.

"Oke gue disini cuma mau bilang sesuatu sama lo. Pertama, lo jangan geer dulu karena lo kira gue nungguin lo selama lo pingsan. Gak sama sekali. Gue baru dateng sekitar 2 menit lalu karena mau nyampein sesuatu" jelasnya dan langsung membuatku menunduk.

"Dan yang sebenernya mau gue omongin", dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan omongannya "gue tadi di kantin duduk di sebelah lo dan nyapa lo karena temen-temen gue bikin taruhan apa gue sudi duduk di sebelah lo atau gak"

"Dan lo ikut taruhan itu?" tanyaku pelan.

"Ya. Jadi buat lo, jangan baper. Gue bahkan gak pernah ngasih harapan buat lo. Oke gue mau ke kelas dulu" kata Reynald dan langsung berjalan keluar uks.

Membuat tangisku pecah seketika. Reynald membenciku. Ia tidak akan pernah menyukaiku. Bahkan ia membuat taruhan bersama temannya. Aku benci hal itu. Tapi yang paling kubenci adalah, bagaimana bisa aku tetap tidak membenci dirinya setelah semua yang telah dia perbuat?

Bodoh. Hanya itu yang aku pikirkan. Bodoh. Aku sangatlah bodoh. Seharusnya aku berhenti, seharusnya aku sudah tidak berharap lagi padanya. Seharusnya. Tapi aku tidak bisa.

Dan aku terus menangis sampai akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Aku langsung menghapus air mataku. Tak lama kemudian, teman-temanku datang sambil membawakan tas milikku.

"Gila lo Ken, pingsan cuma gara-gara Reynald duduk di sebelah lo?" tanya Mabell.

"Ih mungkin itu juga karena pengaruh gue lagi pusing" belaku walau aku juga tidak yakin.

"Alibi" kata Laura.

"Ah au ah. Gue juga gatau" balasku.

"Oh ya, Kenny. Waktu lo pingsan, Reynald yang bawa lo ke uks loh. Dia juga kayaknya nungguin lo di uks. Buktinya aja waktu bel tadi, dia baru sampe kelas" kata Jasmine yang membuatku kaget.

"Gak. Lo boong kan. Reynald gak mungkin" ucapku.

"Jasmine bener kok! Tadi Reynald yang bawa lo dan nungguin lo" kata Laura.

"Gini deh, pas lo bangun, ada Reynald gak?" tanya Mabell.

"Ada. Tapi dia bilang kalo dia gak nungguin gue. Dia baru dateng 2 menit sebelum gue sadar"

"REYNALD BOONG!" kata teman-temanku serempak.

"Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Gue berani sumpah, Reynald pasti nungguin lo" kata Laura.

"Tapi kenapa dia harus boong sama Kenny?" tanya Jasmine.

"Mungkin dia pacaran sama Alea sebenernya. Tapi pake alesan nungguin gue di uks biar bisa keluar kelas" ucapku.

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang