Lima Belas

1.9K 92 4
                                    

"JUST SHUT UP! JADI MAU LO APA?"

"Mau gue? Simple. Lo. Jauhin. Reynald."

"Apa hak lo ngelarang-ngelarang gue? Lagian lo udah menang! Lo udah menangin hati Reynald! Kenapa lo nyuruh gue ngejauhin Reynald?"

"Justru karena itu gue nyuruh lo ngejauh! Gue gak mau lo ngerebut Reynald dari gue!"

"Gila lo! Gue tuh bukan siapa-siapa dia, Jen. Gue bukan siapa-siapa dia. Beda kayak lo yang sahabat kecil dia. Cinta pertama dia. Beda. Gue cuma perempuan biasa, yang dengan begonya jatuh cinta ke orang yang gak akan mencintai gue balik. Gue cuma pengen, bisa deket sama dia. Minimal itu aja. Udah ngebuat gue seneng"

"Gue gak suka sama lo. Tapi gue mau ngingetin suatu hal, yang gue harap gak akan lo lupain. Apa yang lo tau, belom tentu semuanya bener"

Setelah berkata itu, Jenny langsung pergi. Meninggalkanku sendirian di sini, halaman belakang sekolah. Setelah tadi pagi ia dan ketiga temannya-Via-Cindy-Neta bertengkar kecil denganku dan teman-temanku, ia ternyata belum puas. Jam pelajaran terakhir, ia menyuruhku untuk menemuinya di halaman belakang. Dan hanya untuk membicarakan hal tidak penting tadi. Menyuruhku menjauh dari Reynald? Mana bisa. Udah cinta mati gini.

Dan, oh, seharian ini hampir satu sekolah membicarakanku, masih mengenai hal bohong yang ada di mading. Bahkan, tidak sedikit juga yang menyindirku terang-terangan. Menghinaku dengan kata tak pantas.

Dan mulai hari ini, aku merasa hidupku ke depan tidak akan sama lagi.

***
"Bau telor semua..." lirihku, lalu langsung jatuh terduduk di depan pintu rumahku. Membuat Ex yang baru pulang dari sekolah langsung menghampiriku. Ia menatapku yang basah kuyup dengan berbagai cairan telur disana-sini. Ya, mereka menyerangku. Jenny, Via, Cindy, dan Neta. Aku yang sedang berada di parkiran-berniat-memasuki-mobilku tiba-tiba di lempar dengan telur.

"Kenny?" tanyanya pelan. Namun, aku malah mengusirnya. "Pergi, Ex"

"Lo kenapa?"

"Pergi"

"Gue gak akan pergi"

"Gue bilang pergi"

"Gak akan!"

"GUE BILANG PERGI, EXAUDIO" bentakku akhirnya. Tapi, Ex malah langsung memelukku. Membuat tubuhku merasa hangat dan berhenti bergetar. Ah, ternyata sedari tadi tubuhku bergetar, merasa takut. Namun Ex, ia membuatku aman.

"Nangis Kenny, nangis" ucapnya.

"Gue.. gak mau nangis.. bego" balasku, tapi langsung menangis sedetik kemudian.

"Tadi katanya gak mau nangis?" ejeknya.

"Diem" jawabku yang membuatnya langsung mendengus geli.

Entah sudah berapa lama kami terdiam dengan posisi seperti ini, tangisku perlahan mereda. Aku pun langsung melepas pelukan kami (sejujurnya aku merasa geli mengatakan pelukan kami), dan menatap tubuh Ex yang sekarang juga berlumuran telur.

"Ew" kataku.

"Gara-gara lo nih"

"Ya lo main-main peluk aja"

"Tapi mendingan kan?"

"Ya deh"

"Jadi, udah mau cerita?"

"Hm?"

"Gue pendengar yang baik loh"

deja vù.

"Itu kata-kata yang lo omongin ke gue waktu kita pertama ketemu"

"Masih inget aja mbak'e"

"Iyalah. Kata-kata teraneh yang diucapin sama orang yang gak gue kenal sebelumnya"

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang