ENAM BELAS

3.1K 227 0
                                    

Happy Reading

🐇🐇🐇

Selamat ya atas pernikahannya. Semoga cepat cerai ^_^

"Apa sih, nggak jelas banget." Amanda meremas kertas tersebut dan melemparkannya ke tong sampah.

Namun, beberapa saat kemudian, dia kembali memungut kertas tersebut dan mencoba mengamati tulisannya. "Seperti tidak asing tulisan ini," batinnya. Dia segera menghampiri kopernya dan mengambil sesuatu dari sana. Selembar kertas lainnya yang telah usang.

"Tuh kan mirip," gumamnya ketika mensejajarkan dua lembar kertas itu.

"Siapa sih ni orang, bikin kepo aja."

Dibalik sikapnya yang acuh, sebenarnya Amanda juga gemetar. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia takut jika nantinya orang ini akan nekat dan bisa membahayakan rumah tangganya.

"Nikah baru tiga hari juga, udah ada orang iseng bikin ginian." Akhirnya, Amanda merobek dua kertas tersebut dan membakarnya.

"Nah, sudah hangus. Biar gue nggak capek mikirin terus." Itu hanya sugestinya. Nyatanya dia tak benar-benar melupakan kata-kata pada kertas itu. Karena yang musnah hanya medianya, tetapi tidak dengan ingatannya.

Tak mau pikir pusing, Amanda kembali pada kegiatan beres-beresnya untuk pindahan nanti sore. Setelah merasa semua sudah selesai, dia merebahkan tubuhnya pada kasur berukuran king size itu dan men-scroll sosial medianya. Sampai tak terasa, akhirnya wanita itu tertidur dengan layar ponsel yang masih menyala.

❤❤❤

Ting

Ponsel Amanda berdering saat Ahsan baru tiba di kamarnya. Namun, sang empunya ponsel tak kunjung bangun juga. Ahsan, yang kasihan dengan posisi tidur Amanda yang tidak nyaman, langsung menghampiri istrinya itu untuk membenarkan posisi tidurnya.

Akan tetapi, perhatian matanya justru berfokus pada layar ponsel Amanda yang menyala dengan satu notifikasi chat dari nomor tak dikenal.

0812345xxxx
GUE NGGAK AKAN BIARIN AHSAN BERTAHAN DENGAN LO. GUE AKAN REBUT DIA DARI LO. DASAR WANITA MUNAFIK!!!

Gus Ahsan tersentak membaca beberapa kalimat tersebut. Dia berpikir bahwa siapa yang tega mengirim pesan seperti ini pada istrinya. Karena sepengetahuannya, Amanda ialah orang yang sangat baik.

Tak mau ambil pusing juga, Ahsan langsung meraih ponsel istrinya itu dan untungnya tidak terkunci. Sehingga, dia bisa langsung menghapus pesan dari orang tak dikenal itu dan memblokir kontaknya. Setelah itu, dia mengembalikan ponsel itu ke posisi awalnya tadi.

Ahsan menjatuhkan badannya di tepi kasur. Kemudian, badannya menghadap istrinya yang sedang tertidur pulas. "Sepertinya kamu kelelahan karena beres-beres seharian, maafin aku ya karena bilangnya dadakan," ucapnya sangat pelan di telinga istrinya.

Tangannya mengelus puncak kepala istrinya yang masih tertutupi jilbab segi empat berwarna coklat. Ahsan mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya. Dia mengamati setial inchi dari wajah tersebut. Ternyata, raut wajah istrinya masih terlihat cantik meskipun sedang tertidur. Dia mengecup singkat kening istrinya tersebut kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

❤❤❤

Mata hazel itu terbuka saat mendengar kumandang azan ashar. Tangganya mengucek mata yang masih lengket itu agar mau terbuka. Wanita itu memandangi sekelilingnya untuk mencari sosok suaminya.

"Tasnya ada, berarti sudah pulang. Mungkin dia sudah berangkat ke masjid. Tapi, kenapa dia tidak membangunkanku?" ucapnya bermonolog.

Dia meraih ponsel yang tergeletak di samping bantalnya. Berharap orang itu peka untuk mengirimi pesan kepadanya. Namun ternyata, nihil hasilnya.

"Nggak peka banget sih jadi orang," dumelnya sendiri.

Dia segera mengambil wudhu untuk ikut sholat berjamaah di mushola pondok bersama umi. Dulu, saat masih menjadi santri, dia berangkat bersama Salma dan para santriwati lainnya. Namun siapa sangka, sekarang justru dia berangkat bersama ibu nyainya alias ibu mertuanya saat ini. Waww..

Ketika tiba di mushola, Amanda bertemu dengan Salma. Teman sekaligus sahabat dan sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. "Assalamualaikum, Amanda," sapanya pelan saat duduk di shof sebelah Amanda.

"Waalaikumsalam, Salma," jawabnya.

"Eh, Sal. By the way..." ucapan Amanda terputus tatkala mereka mendengar suara iqomah yang menandakan sholat akan dimulai. "Nanti habis sholat ada yang mau kuomongin, Sal. Jangan pulang dulu ya." Salma mengangguk.

Setelah selesai sholat ashar berjamaah, Amanda dan Salma duduk di teras mushola, tempat mereka biasa bercengkerama dulu sebelum Amanda menikah.

"Kenapa, Nda?" tanya Salma membuka percakapan.

"Aku mau pindahan sore ini, maaf baru ngasih tahu karena emang dadakan banget tahunya aku." Salma tersentak, matanya melotot, mulutnya menganga karena kaget.

"Kok cepet banget sih, Nda?"

"Aku juga nggak tau, Sal. Ini katanya sudah disiapkan dari lama oleh gus Ahsan tapi dia baru ngasih tau aku tadi pagi."

"Oh gitu," ucapnya dengan nada kecewa. "Kamu mau pindah ke mana memang?" tanyanya.

"Nggak jauh dari sini kok pokoknya, kamu tenang aja. Aku akan sering main ke sini. Pasti," ucapnya berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Hmmm, baiklah."

Melihat wajah Salma yang tetap lesu, Amanda merentangkan kedua tanganya dan berhambur mendekap erat sahabatnya.

"Jangan khawatir, aku gak akan lupain kamu kok. Kamu tetap jadi sahabat terbaikku," ucapnya tepat di telinga Salma saat mengakhiri pelukannya.

"Ya sudah, Sal, aku pulang dulu ya. Sudah ditunggu umi di luar." Salma mengikuti arah pandang Amanda. Benar, Umi sepertinya tidak mau mengganggu urusan pribadi dua anak muda ini. Namun, Umi tetap setia menunggu Amanda.

"Sampai jumpa, Nda." Salma melambaikan tanganya yang dibalas dengan lambaian tangan dan senyum ramah dari Amanda.

"Maaf, Umi. Kelamaan ya nungguin Amanda?" tanyanya hati-hati.

"Belum kok, Nduk. Ya sudah, mari kita pulang." Amanda mengangguk dan mengekori langkah Umi.

Sesampainya di rumah, sepertinya Ahsan sedang berbicara sesuatu yang serius dengan Abah di ruang tamu.

"Assalamualaikum," ucap Salma dan Umi bersamaan ketika sampai di ambang pintu.

"Waalaikumsalam," jawab pria itu dan mereka mengakhiri pembicaraannya.

Ahsan melingkarkan tangannya pada pinggang istrinya dengan posesif. Kemudian, dia memboyongnya ke kamar.

"Mas, kenapa sih? Tumben?" ucapnya sambil menatap suaminya dengan heran.

"Kamu buruan siap-siap gih. Setengah jam lagi kita berangkat."

Tuh kan, bukannya menjawab pertanyaan Amanda, Ahsan justru mengalihkan pembicaraan. Amanda harus menstok banyak kesabaran untuk menghadapi sikap suaminya yang menyebalkan itu.

Tak perlu berlama-lama, Amanda sudah siap dengan gamis olivnya dan hijab senada serta balutan sedikit make up agar wajahnya tidak pucat. Dia melangkah ke ruang tamu tempat keluarganya berkumpul.

"Sudah siap?" Amanda mengangguk.

"Ya sudah, kami pamit dulu nggih, Bah, Mi." Ahsan meraih tangan abahnya dan menciumnya dengan takdzim. Begitu juga pada uminya yang diikuti oleh Amanda di belakangnya.

"Hati-hati ya, Le, Nduk. Semoga selamat sampai tujuan."

"Nggih, Bah, Mi. Panjenengan jangan lupa jaga kesehatan, makannya jangan telat. Kami pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pasangan suami istri itu memasuki mobil putih dan melambaikan tanganya pada orang tuanya. Mobil itu melaju keluar dari area pesantren dengan cepat.

"MAS AWAS!!"

❤❤❤

NAH LOH, ADA APA ITU YA?

TO BE CONTINUE

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAAA ^_^

SALAM CINTA DARI UJUNG KANDANG 🐣

Dijodohin dengan GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang