Will you marry me?

2.2K 201 1
                                    

Ibu dan New masih terkaget dengan ucapan Gulf. Rumah yang banyak mengukir kenangan mereka.

"Jadi kau yang membeli rumah itu Mew?" Tay bertanya dan Mew menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Kami berdua mencoba menebusnya ke pihak bang dua tahun yang lalu, tapi pihak bank berkata kalau rumah itu baru saja terjual beberapa bulan" New bercerita sampai meneteskan airmata. Dahulu dia sempat menangis setelah tau rumah itu telah terjual.

"Hey pamil tidak boleh sedih" Tay memeluk sang istri. Istrinya menjadi sensitif dikarenakan sedang hamil.

"Seperti yang aku bilang tadi phi New, kalian juga boleh pindah kesana" Gulf berucap dengan gembira.

"Apa Mew tidak keberatan?" New bertanya pada Gulf. Mew malah tertawa mendengarnya.

"New aku membeli rumah itu untuk Gulf, kau dan ibu kalau itu bukan rumah kalian dulu aku tidak akan membelinya" Mew berkata pelan.

"Phi Mew juga sudah menyiapkan kamar untuk ibu dan phi New" Gulf meyakinkan sang kakak. Dan New menatap Tay meminta persetujuan. Bagaimana pun rumah yang mereka tempati sekarang ada hasil jerih payah Tay.

"Kau tau kau adalah rumahku, di manapun kau memilih untuk tinggal aku akan selalu bersamamu" Dan New tersenyum bahagia. Dia sangat bersyukur memiliki Tay.

Bahkan dulu di saat keluarga New sedang dalam keadaan terpuruk Tay mau menampung mereka.

"Kau benar-benar tidak keberatan kan Mew?" New kembali bertanya. Dia benar-benar ingin ikut tinggal bersama adiknya.

"New menurutmu kita sudah bersahabat berapa lama? Dulu bahkan aku menganggap rumahmu sebagai rumah kedua ku" Mew dan New tertawa mengingat masa SMA dan kuliah mereka.

"Aku penasaran persahabatan seperti apa yang kalian jalani dulu" Tay menatap heran dua orang yang sedang tertawa itu.

"Phi kau tau dulu istrimu ini seperti apa?" Gulf memancing sang kakak ipar untuk penasaran.

"Ibu kaos kaki ku di mana, Mew akan membunuhku jika aku belum siap ketika dia datang!!" Gulf menirukan teriakan Sang kakak ketika masih kuliah dulu. Dan New langsung melemparinya dengan bantal sofa.

"Kau selalu membuat ku menunggu kalau sedang menjemputmu" Mew menatap tajam New sedangkan yang di tatap cuma nyengir.

"Kalian berada di hubungan sedekat itu, apa kalian tidak pernah saling cinta satu sama lain? Tay bertanya penasaran. Mustahil kan kalah persahabatan tanpa di tumbuhi cinta.

"Dia selalu mengaku kalau dia top" kata Mew lalu menunjuk New. Dan semua orang tertawa. New bahkan sedang hamil sekarang.

"Dari pada kau, cinta mati kepada Art" balas New. Dan kalimat itu sukses membuat tawa dari bibir Gulf dan Mew hilang. Mew melirik Gulf, ternyata nama Art masih menyakitkan bagi kekasihnya itu. Gulf berlalu begitu saja. Tanpa memperdulikan orang-orang disekitar.

"Aku akan ke kamarku" Gulf tidak peduli apakah orang-orang disana mendengarnya atau tidak. Mew segera menyusulnya.

Gulf langsung berbaring di kasurnya dengan pipi yang sudah di penuhin air mata. Gulf merasakan kasurnya berbunyi, seseorang sedang duduk di belakangnya. Gulf tidak memperdulikan itu.

"Sayang, maafkan aku" Gulf terdiam. Dia merasa bersalah sekarang. Haruskah Mew meminta maaf karna pernah memiliki perasaan pada seseorang dulu? Bukannya Gulf sangat egois sekarang. Mew tidak selingkuh darinya. Mew hanya pernah mempunyai perasaan pada orang lain.

Gulf membalikan badannya. Dia juga melihat air mata dari mata Mew. Ya Tuhan betapa egoisnya dia. Gulf memeluk Mew.

"Maafkan aku sayang" lagi Mew meminta maaf. Dan Gulf hanya menggeleng kan kepalanya. Ini bukan salah Mew. Dia hanya perlu menerima.

MY EX BOYFRIEND ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang