Mohon tinggalkan jejak yahhh🤧🤸🤸🤸🤸
Alzam membawa Zanna ke dapur saat tahu bahwa Anika berada di sana. Zanna turun dari gendongan Alzam dan langsung memeluk Anika dari belakang.
“Mama, maafin Zanna. Tadi Zanna udah teriak sama Mama,” kata Zanna sembari mempererat pelukannya. Anika hanya bisa tersenyum, dia tau bahwa Zanna masih kekanak-kanakan, makanya dia sangat khawatir sama Zanna.
“Sekarang Zanna udah tau apa alasan mama bicara seperti tadi,” timpal Anika sembari menatap Zanna. Zanna menganggukkan kepalanya.
“Zanna udah paham, makanya Zanna sekarang minta maaf sama Mama.”
Anika tersenyum dan langsung membawa Zanna kedalam pelukannya. Zanna adalah anak perempuan satu-satunya, semenjak sang suami meninggal, dia dan juga abang-abangnya yang membesarkan Zanna.
“Yaudah sekarang kita makan, kamu bantuin mama siapin makanan dimeja yah,” ujar Anika dan Zanna hanya menganggukkan kepalanya.
______
“Mama, hari ini Zanna ke kampusnya bareng sama Winda,” kata Zanna sembari menuruni tangga. Anika menganggukkan kepalanya setuju, dia tahu bahwa Winda adalah teman kuliah Zanna, dan tentunya seorang perempuan.
“Dijemput?”
“Nggak, Zanna bawa mobil buat jemput Winda. Orang tua Winda lagi diluar kota, jadi dia nggak ada yang nganterin,” jawab Zanna sembari mengambil kunci mobil.
Alzam dan Mirza menuruni tangga secara bersamaan, mereka terheran melihat sang adik membawa kunci mobil.
“Mau kemana?”
Zanna menghentikan langkahnya dan tersenyum menatap kedua abangnya itu. “mau ke kampus,” cicit Zanna.
“Biasanya 'kan Abang yang anterin, kok mendadak mau bawa mobil.”
“Zanna mau jemput Winda, jadi bolehkan Zanna bawa mobil sendiri,” rengeknya sembari menampilkan puppy eyes.
“No! Abang anterin kamu,” tolak Mirza mentah-mentah.
“Boleh yah Abang, 'kan Zanna sekalian jemput Winda,” timpal Zanna yang masih mencoba bersikeras.
“Yaudah kalau gitu sekalian jemput Winda, biar bareng,” kata Mirza sembari tersenyum. Zanna hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Percuma saja dia merengek bagaimanapun, jika itu menyangkut kebaikan dirinya makan akan ditolak mentah-mentah.
Di dalam mobil, Zanna dan Kafi tengah sibuk bertengkar. Mirza hanya bisa tersenyum melihat kelakuan adik-adiknya.
“Kak Zanna, bentar lagi kakak bakalan nikah sama om om,” ejek Kafi yang membuat Zanna kesal.
“Dih nih bocah sok tau, kata Bang Alzam calon Zanna tuh tampan tau,” kata Zanna sembari mencubit pipi sang adik.
“Bang Alzam tuh bohong, dia ngomong gitu biar Kakak percaya,” timpal Kafi yang lagi-lagi membuat Zanna kesal.
“Hush! Duduk di depan sana. Temen kakak udah datang,” usir Zanna, Kafi mengerucutkan bibirnya dan langsung pindah ke kursi depan.
“Pagi, Win,” sapa Zanna. Winda tersenyum dan langsung duduk di samping Zanna.
“Pagi Bang, pagi Kafi,” sapa Winda, Mirza tersenyum menanggapi sapaan Winda.
“Pagi Tante Bohay,” sapa Kafi yang membuat Zanna tertawa terbahak-bahak.
“Kafi! Tidak sopan berbicara seperti itu,” kata Mirza, dia sangat tahu bahwa adiknya yang paling kecil itu sangat jahil.
Winda hanya bisa tersenyum, dia sudah sering di panggil Tante bohay oleh Kafi, sebenarnya dia tidak marah, justru dia hanya menganggap ucapan Kafi hanya candaan saja.
15 menit kemudian, Zanna dan Winda sudah sampai di kampus, Zanna bersalaman dengan Mirza sebelum benar-benar masuk ke gerbang.
“Kak Zanna! Nggak salaman sama Kafi gitu?”
Zanna menghentikan langkahnya, dia mengulurkan tangannya, Kafi ikut mengulurkan tangannya juga yang membuat Zanna mengernyit heran.
“Cium tangan Kafi, biar berkah,” kata Kafi dengan muka watados.
“Dadar bocil Ep ep! Kebalik, kamu yang seharusnya cium tangan kakak!”
“Lah kan laki-laki itu pemimpin, jadi----
Zanna langsung mencium tangan Kafi, sudahlah! Adiknya itu memang sangat limited edition.
Mobil Mirza sudah menghilang dari hadapan Zanna, Zanna dan Winda langsung masuk ke kelas.
Brukh!
Tidak sengaja Zanna menabrak seseorang, tubuh mungilnya terpental hingga dia terjatuh ke lantai. Zanna meringis saat merasakan bokongnya menyentuh lantai.
“Anjing!” umpat Zanna tanpa sadar.
“Kamu tidak apa-apa?”
Suara bass itu cukup membuat Zanna terdiam, kenapa suaranya begitu terdengar Sexy di telinga Zanna, otak Zanna berputar membayangkan betapa bagusnya jika suara itu mendesah memanggil nama dirinya.
“Otak kotor gue mulai lagi,” guman Zanna dan langsung berdiri.
Zanna mendongakkan kepalanya dan terpaku begitu melihat wajah orang itu. Shit! Wajah yang begitu sempurna, rahang yang tegas tak lupa juga bibir yang sangat Sexy.
“Bule nyasar.”
Zanna terus saja memperhatikan pria yang berada di depannya. Entahlah! Dirinya merasa bagian tubuhnya entah pergi kemana.
“Kamu tidak papa? Maaf saya tidak sengaja menabrak kamu,” ujarnya dengan nada datar.
“Saya baik-baik saja,” jawab Zanna dan tersadar saat Winda mencubitnya.
“Anjing! Kenapa sih Lo cubit gue, Win!” umpat Zanna.
“Tolol! Buruan kita ke kelas, katanya ada dosen baru!” sarkas Winda yang membuat Zanna mengangguk saja.
Zanna dan Winda pergi dari hadapan pria itu. Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa perempuan mengumpat begitu kasarnya, sangat tydack ramah! Bintang 00000 untuk menjadi calon istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen (Slow Update)
ChickLit(Rate 17+) Banyak kata-kata kasar⛔ (Ambil positifnya, buang negatifnya yah temen-temen) (Revisi setelah tamat) Setelah menikah dan Bucin "Pak Dosen, password-nya apa?" Teriak para mahasiswa yang lagi berkumpul di kantin kampus. "Kurang sayang, tamb...