Keesokan paginya, Zanna sudah siap untuk berangkat ke kampus. Zanna menuruni tangga dan melihat keluarganya itu tengah sarapan, tatapan tertuju pada sang adik yang memeluk erat mainan yang kemarin dibeli.
“Pagi, Kak Zanna, makin cantik aja nih kakak,” puji Kafi yang membuat Zanna mendengus kesal. Sudah dapat diketahui bahwa Kafi hanya modus saja.
“Baru nyadar kakak Cantik,” sindir Zanna sembari mencubit pipi gembul Kafi.
“Zanna, hari ini kamu feeting baju sama Arion di butik Madame Gisel,” kata Anika yang membuat Zanna terdiam.
“Lah 'kan Zanna harus ke kampus, Ma.”
“Iya maksud mama tuh pulang dari Kampus,” timpal Anika yang membuat Zanna mengangguk saja.
____
“Kuliah yang bener, Zanna,” kata Mirza yang diangguki oleh Zanna. Hari ini dia tidak menjemput Winda karena katanya Winda membawa supir pribadi.
Dirinya berpapasan dengan Arion atau sang calon suami. Arion menatapnya sekilas dan langsung pergi begitu saja.
“Busett! Cuek amat calon laki gue,” guman Zanna.
“Laki apaan, Zan?”
Zanna membalikkan badannya dan melihat Nathan bersama teman-temannya. Apakah barusan Nathan mendengarnya? Huft! Dia harap tidak.
“Nggak ada, btw gue pengen Boba Nat! Beliin yah,” pinta Zanna dengan menampilkan puppy eyesnya.
“Stop! Lu nggak boleh pose imut gitu Zan, bikin hati gue meleleh tau,” kata salah satu teman Nathan. Arga, salah satu pria yang dikatakan terang-terangan menyukainya.
“Yaudah kalau gitu Arga aja yang beliin, mau' kan?”
Dengan cepat Arga mengangguk dan langsung lari ngacir untuk membelikan Zanna Boba.
Nathan hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tersenyum dan merangkul pundak Zanna. Zanna tidak menepis atau bagaimana, dia dan Nathan bersahabat, jadi tidak masalah bukan.
“Winda mana?”
“Cieee lo nanyain Win win, Lo suka yah sama dia,” ujar Zanna sembari mencolek pipi Nathan.
“Bukan, iya biasanya 'kan Lo sama ubi jalar tuh dah kayak lem,” elak Nathan sembari menatap kesal Zanna. Sebenarnya Zanna kapan pekanya sih.
“Gak tau, dia lagi kemacetan kali. Oh ya, kata Bang Alzam, nanti sore Lo disuruh ke rumah,” kata Zanna yang hampir lupa pesan dari abangnya itu.
“Mau ngapain?”
“Ntahlah, mana Saiya tau,” jawab Zanna.
“kayaknya mau ngangkat gue jadi adik ipar nih,” kata Nathan dengan kepedean. Zanna hanya menghela nafas panjang, entahlah kenapa dia mempunyai sahabat seperti Nathan.
“Eyy! Zan Zan.”
Zanna mengalihkan pandangannya pada Winda yang tengah melambaikan tangannya. Zanna melepaskan rangkulan Nathan dan langsung menghampiri Winda.
“Win win! Ada yang nanyain Lo tuh,” kata Zanna yang membuat Winda tersenyum.
“Who?”
“Nathan,” jawab Zanna.
Winda menatap Nathan sekilas, dia menggelengkan kepalanya. “Si Abdul? Gue kira siapa.”
Nathan langsung pergi dari sana, sudahlah! Jika dirinya ada di antara Zanna atau Winda bisa-bisa dia ikutan stress.
“Yuk buruan masuk, ke buru pak Arion datang,” ajak Winda dan menyeret Zanna untuk masuk ke kelas.
“Pak Lon dari tadi udah ada di kelas Win win,” kata Zanna yang membuat Winda ber 'oh' ria saja. Mereka masuk ke kelas sembari mengobrolkan hal-hal yang receh.
“Win, buah apa yang cocok buat jomblo?” tanya Zanna. Winda mulai berpikir keras untuk mendapatkan jawabannya.
“Buah jom,” jawab Winda yang digelengi oleh Zanna.
“Buah Sirsak?”
“Bukan tolol! Salah.”
“Gue gak tau, jadi jawabannya buah apa?”
“buahahahaha!”
“Lu malah ketawa, jawabannya apa!”
“iya itu, buahahahaha!” kata Zanna yang masih tertawa.
“Taik! Gue kira apaan,” kesal Winda.
Seisi kelas tertawa mendengar candaan Zanna dan Winda. Arion hanya bisa menggelengkan kepalanya, wanita aneh itu! Yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
“Zanna dan Winda! Kalian berdua saya hukum. Kalian sudah membuat suasana kelas riuh! Ke depan, angkat sebelah kaki kiri dan taruh tangan kalian di kuping satu sama lain!” perintah Arion.
“Gara-gara Lu sih, Zan Zan! Gue kena hukum!” kesal Winda dan Zanna hanya menatap Arion tajam.
“Cepat! Atau hukumannya masih kurang,” ujar Arion.
“Iya kurang, Pak. Gak sekalian aja hukumannya bawa saya ke ranjang saja, 'kan itu lebih bagus,” celetuk Zanna yang membuat Arion tersentak. Winda dan yang lainnya juga melongo mendengar penuturan Zanna, Yap! Mereka memang tau bahwa Zanna itu pikirannya selalu keluar dari jalur.
“Mampus,” bisik Winda yang langsung menyeret Zanna ke depan untuk melaksanakan hukuman tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen (Slow Update)
Genç Kız Edebiyatı(Rate 17+) Banyak kata-kata kasar⛔ (Ambil positifnya, buang negatifnya yah temen-temen) (Revisi setelah tamat) Setelah menikah dan Bucin "Pak Dosen, password-nya apa?" Teriak para mahasiswa yang lagi berkumpul di kantin kampus. "Kurang sayang, tamb...