0 1.

32 9 0
                                    

Itulah alasan mengapa aku ada di sini, di kelas XI-a yang merupakan kelasnya kak Jay. Aku pergi ke sini bersama Niki yang merupakan sahabatku dari kecil. Setelah menceritakan mimpi buruk yang kualami, Niki menanggapinya dengan serius dan mengajakku untuk pergi ke kelas XI-a di jam istirahat. Katanya, ada seorang cenayang yang bisa menafsirkan mimpi seseorang dan itu adalah kak Jay. Aku tidak percaya dengan hal seperti itu, tapi Niki terus memaksaku untuk pergi.

"Kak Jay, tolong bantu kami," ucap Niki memelas.

"Gak. Gue gak bisa ngeramal." Balas Jay dingin.

"Udahlah, Nik, kita balik aja ke kelas." Ucapku pada akhirnya setelah hampir sepuluh menit menahan kak Jay untuk meminta bantuan.

"Tapi, Won, gue khawatir sama elu." Kata Niki tulus. Aku jadi merasa tak enak padanya, tapi aku juga tidak mau merepotkan kak Jay.

"Nik, istirahat tinggal lima menit lagi. Lu gak mau telat masuk kelasnya Pak Si Hyuk, kan?"

Bang Si Hyuk merupakan guru sejarah dan menyukai kedisiplinan yang tinggi. Beliau memang tidak galak, tapi jika ada yang terlambat datang di jam pelajarannya maka siap-siap saja menerima hukuman menulis biografi dari salah satu tokoh-tokoh dalam sejarah. Sebelumnya Niki pernah terlambat karena masih berada di toilet di saat KBM sudah dimulai, lalu ia pun mendapatkan hukuman menulis biografi seorang presiden.

"Ck!" decaknya. "Yaudah, deh, nanti pulang sekolah gue ke sini lagi," imbuhnya.

"Kak Jay, kami pamit dulu," ucapku dan Niki sambil menunduk. Tak sengaja tanganku menyentuh tangannya karena aku terpeleset.

"Maaf, Kak," ucapku.

"Won, hati-hati dong, kalau jalan! Tuh kan bener, firasat gue buruk." Ucap Niki.

"Haha, dah, gausah lebay."

Kami berdua meninggalkan kelas XI-a dan segera kembali ke kelas kami. Tanpa kusadari Kak Jay mengeluarkan ekspresi terkejut sambil menatap kepergian kami.

'Anak itu dalam bahaya.'

                                                                                                 ***

Hanya karena tangannya bersentuhan dengan seseorang membuat Jay gusar. Sedaritadi dirinya tidak dapat fokus dengan kelas yang diikutinya. Ia sibuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi kepada Jungwon, adik kelasnya yang tadi datang bersama Niki untuk memohon ditafsirkan arti mimpi buruk yang Jungwon alami.

'Itu bukan urusanku, tapi jika aku diam saja sama saja aku membiarkan pembunuhan itu terjadi dan membiarkan seorang pembunuh berkeliaran di sekolah ini. Lalu, besar kemungkinan aku yang akan menjadi korban selanjutnya.'

Saat Jay sedang sibuk dengan pikirannya, terdengar jeritan yang membuat seluruh mata menaruh perhatian terhadap asal suara dan penyebabnya. Begitu juga dengan Jay yang sudah berhenti melamun. Murid-murid berbondong-bondong menuju ke dekat jendela, begitu juga dengan Jay. Ia berhati-hati untuk tidak menyenggol kerumunan murid. Betapa terkejutnya mereka karena ada seorang murid yang tubuhnya telah bersimbah darah tergeletak di atas tanah.

"Ini gila! Kita ada di lantai tiga dan ada seseorang jatuh dari atap." Kata salah seorang murid. Sementara itu, murid yang tadi berteriak masih merasa shock. Ia duduk di dekat jendela, tepat setelah menoleh ke arah luar ia menyaksikan hal yang mengerikan.

"Hey! Bukankah dia Kim Sunoo dari kelas X-a?" ucap seorang murid.

"Woi! Bentuknya udah kek gitu, gimana mau ngenalin orangnya?" timpal murid yang lain.

"Tadi gue juga lihat soalnya," jawab murid yang menyatakan bahwa Kim Sunoo adalah murid yang baru saja melompat.

"SEMUANYA HARAP TENANG! SEHARUSNYA HAL YANG PERTAMA KALIAN LAKUKAN ADALAH MENELEPON AMBULAN, BUKAN MENGOCEH." Teriakan Pak Jungkook membuat murid-murid terdiam.

Tak lama kemudian Sunoo sudah dikelilingi oleh beberapa murid dan guru yang kelasnya ada di lantai satu, lalu mobil ambulan datang. Dua orang petugas turun dari pintu belakang sambil membawa tandu. Mereka segera mengangkat Sunoo ke atas tandu dan membawanya ke dalam mobil. Seorang guru yang merupakan wali kelasnya ikut masuk dengan wajah yang sangat khawatir.

"Pak, gimana keadaan murid saya?" tanya Pak Namjoon dengan tenang meskipun sebenarnya di dalam hati ia sangat mencemaskan murid cemerlangnya itu.

"Dia masih bernapas dan semoga saja masih bisa ditolong."

Para petugas itu melakukan penanganan pertama sebelum dilakukan operasi di rumah sakit terdekat, itu pun jika Sunoo masih bernapas karena kondisinya sangat parah.

Sementara itu, murid-murid diminta untuk kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Seorang petugas kebersihan pun datang untuk membersihkan darah yang ada di atas tanah. Untung saja Sunoo tidak jatuh di atas tanah pavling. Seandainya dia jatuh di atas tanah pavling, kepalanya pasti sudah pecah. Tanpa orang-orang sadari, ada seorang murid yang berdiri di atas atap dan memperhatikan semuanya. Wajahnya terlihat datar, namun sebenarnya ia sangat kesal.

"Sial, kenapa lu gak mati?" ucapnya dengan nada yang dingin. 

Jay terdiam. Setelah melihat kejadian barusan membuatnya berpikir bahwa di sekolah ini memang ada seorang pembunuh. Tidak mungkin orang seceria Sunoo bunuh diri. Alasan bahwa dia mengalami depresi? Jangan bercanda! Dia sama sekali tidak memiliki banyak tekanan. Kenapa Jay bisa yakin? Karena tadi pagi saat hendak menuju kelas, ia bertabrakan dengan Kim Sunoo. Tanpa sengaja ia dapat membaca pikirannya dan mengingat sekilas tentang beberapa peristiwa yang Sunoo alami.

Dia murni bahagia dan tidak memiliki tekanan yang dapat membuatnya melakukan tindakan bunuh diri. Bahkan, hari ini ia sedang dalam kondisi yang paling bahagia karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas dan sepulang sekolah nanti akan mengadakan pesta di salah satu hotel. Tapi, siapa kah orang yang mendorongnya dari atap? Lalu, apa motif orang tersebut melakukannya? Sunoo adalah orang yang baik dan kecil kemungkinannya untuk memiliki musuh. Kalau bukan seorang psikopat, pasti orang itu memiliki gangguan mental. Apa Sunoo melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat sehingga membuat si pelaku merasa terancam dan harus membunuhnya?

"Arghhh..." geram Jay. Ia merasa frustasi karena banyaknya hal yang ia pikirkan.

Beberapa orang melihat dengan tatapan heran ke arahnya.

***

Ide cerita murni hasil pemikiran saya. Apabila ada kesamaan, itu tidak terjadi dengan disengaja.





C E N A Y A N G - [J A  Y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang