"Won, bangun!" Niki mengguncang tubuh Jungwon. Sahabatnya itu tertidur di pelajaran matematika. Ia bahkan tak terganggu sama sekali dengan keributan yang sedang terjadi.
Dengan mata mengantuk, Jungwon bangun, "kenapa sih, Nik?" Dia terlihat seperti orang linglung.
"Ada anak kelas X-a yang bunuh diri, Won! Jangan tidur dulu, kebo! Situasinya lagi genting." Ucap Niki sambil menampar pipi Jungwon karena ia kembali tidur.
"Aduh, sakit!" teriaknya. "APA? BUNUH DIRI? SIAPA, NIK?!" imbuh Jungwon yang baru mencerna perkataan Niki. Perhatian kelas kini tertuju ke arahnya. Mereka seolah memberi tatapan, 'bisa-bisanya tidur di situasi seperti ini.'
"Lu makanya jangan tidur, Won. Lu tau Sunoo kan? Yang anaknya ceria banget. Dia katanya punya beban yang disimpan sampai bikin depresi. Makanya dia bunuh diri, Won." Jelas Niki yang termakan gosip. Padahal belum ada kepastian sama sekali.
"Ehem! Hal itu masih belum bisa dipastikan kebenarannya, Niki." Ucap Pak Jungkook. "Selain itu, syukurlah Sunoo masih hidup meskipun dia dalam keadaan kritis. Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit terdekat dan akan dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Untung saja orang tuanya mudah dihubungi, jadi mereka bisa ada di sana untuk menjaga Sunoo." Imbuhnya.
Murid-murid yang mendengarnya merasa lega. Untunglah teman mereka masih bisa diselamatkan.
'Lalu, sampai Sunoo pulih, kita belum tahu apakah dia mencoba melakukan tindakan bunuh diri atau ada seseorang yang berusaha mencelakainya,' batin Jungkook yang sebenarnya merupakan detektif. Ia menyamar sebagai seorang guru karena mendapat laporan dari atasannya ada seorang pembunuh berantai di salah satu SMA elit yang ada di Seoul.
"Baiklah, kepada ketua kelas tolong pimpin teman-temannya untuk mendoakan kesembuhan Sunoo." Kata Pak Jungkook.
"Teman-teman, berdo'a dimulai!" ucap Junghwan selaku ketua kelas. Selama lima menit kelas menjadi hening. Mereka berdo'a dengan khidmat.
"Berdo'a selesai!" ucap Junghwan.
"Oke, pelajaran hari ini kita cukupkan. Kalian semua boleh pulang. Oh, ya, jika kalian punya masalah meskipun kecil, kalian bisa cerita ke Bapak. Tolong jangan dipendam dan mulai besok Bapak akan mengadakan sesi konseling sepulang sekolah. Setiap harinya tiga anak dan berurutan sesuai absen."
"Baik, Pak!" jawab murid-murid serentak.
'Dengan begini penyelidikanku akan lebih mudah untuk dilakukan,' batin Jungkook.
Pak Jungkook pun keluar dari kelas.
Niki berkata pada Jungwon, "Won, serius gue merinding."
"Gue juga," balas Jungwon.
"Oh, iya, kita harus ke kelasnya kak Jay sebelum dia pulang!" ucap Niki, lalu menarik paksa tangan Jungwon. Mereka berlari di sepanjang koridor. Jungwoon merasa de ja vu.
Mereka berdua tiba di depan kelas XI-a tepat setelah seorang guru keluar dari kelas. Gerombolan murid mengekor di belakang. Niki dan Jungwoon memutuskan untuk menunggu semua murid keluar. Di kelas tersisa seorang murid yang tak lain adalah Jay. Niki dan Jungwon masuk tanpa dipersilahkan.
"Kak, maaf ngerepotin," ucap Jungwon yang masih punya tata krama.
"Kak Jay, gue bener-bener minta tolong buat ngartiin arti mimpinya Jungwon," ucap Niki tanpa basa-basi.
Jay memandang keduanya dengan seksama. Ia merasa harus membantu mereka sebelum hal-hal buruk terjadi seperti tadi.
"Baiklah, gue setuju bantuin kalian. Dengan syarat jangan pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun," ucap Jay dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
C E N A Y A N G - [J A Y]
FanfictionJay, remaja berusia 17 tahun itu bisa melihat hal-hal ghaib. Ia bisa meramal seseorang hanya dengan mengetahui mimpi yang dialami oleh orang tersebut dan bisa membaca pikiran orang yang ia sentuh. Namun, kemampuannya tidak sepenuhnya akurat. Ia memu...