p r o l o g u e

51 8 0
                                    

"Hah... hah... hah..." seorang remaja lelaki berusia enam belas tahun berlari terengah-engah di sebuah lorong yang sangat panjang nan gelap itu. Ia bahkan tak dapat melihat apa pun, namun tetap saja berlari. Alasannya hanya satu, lari atau mati. Sebab di belakangnya ada seseorang yang sedang mengejarnya sambil membawa kapak.

"Bunda, tolong Uwon. Uwon masih mau hidup," ucap anak laki-laki bernama Jungwon itu sambil berlari dan napasnya pun terengah-engah.

"Hahahaha...Hahahaha..." suara tawa yang begitu dingin dan dengan tempo yang lambat itu membuat bulu kuduk Jungwon berdiri. Merinding. Itu yang ia rasakan.

"Sial, bisa-bisanya gue berurusan sama psikopat!" umpatnya dan seketika ia terjatuh karena menabrak sesuatu.

Jalan buntu.

Jungwon yang takut setengah mati dikagetkan oleh sebuah kapak yang tertancap di tembok tersebut.

"Ups, meleset," ucap seseorang yang merupakan pelaku pelempar kapak itu.

'Anjir! Untung gue jatuh, kalo gak, kepala gue udah jadi sasarannya.' Batin Jungwon.

Bagaimanapun juga, ia sudah tersudut dan psikopat yang mengejarnya sudah semakin dekat. Tapi, Jungwon merasa sedikit bersyukur karena psikopat itu telah kehilangan senjatanya. Ia pun bangkit dan mulai memasang kuda-kuda untuk menendang orang bertudung hitam itu. Sayangnya, orang itu telah mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya dan mengarahkannya ke depan tepat mengenai tendangan Jungwon.

"Argh!" teriak Jungwon kesakitan. Darah menetes dari kaki kanannya.

"Naif sekali. Kau pikir aku hanya punya kapak?" ucap sosok tersebut sambil menyeringai yang tentu saja tak dapat dilihat oleh Jungwon.

Jungwon berusaha untuk berdiri meskipun kakinya terluka. Lorong ini sempit, jadi ia menjadikan tembok sebagai tumpuan ia berdiri. Orang bertudung hitam itu hanya diam, tak berniat untuk menyerang. Ia sedang memikirkan sebuah rencana yang akan digunakan untuk menyiksa mangsanya. Ia merogoh sakunya dan mendapatkan tiga buah jarum suntik. Seketika terlintas sebuah ide yang sangat cemerlang.

"Hm... Kau suka permainan dart?" tanyanya yang tentu saja tidak dijawab oleh Jungwon. "Kalau aku sih suka." Lanjut sosok tersebut.

'Nanya sendiri, jawab sendiri,' batin Jungwon.

"Aku punya tiga jarum suntik di tanganku. Kalau kau beruntung, kau dapat hidup sampai jarum suntik yang ketiga," ucap sosok tersebut dingin.

'Mungkinkah... yang dia maksud dengan permainan dart adalah-'

"Akhhh!" teriak Jungwon kesakitan. Sebuah jarum suntik menancap di perutnya. Ia tak boleh diam saja atau dia akan mati. Namun sayangnya, serangan kedua sudah lebih dulu mengenai mata kirinya.

"AAAAAAAAAAAAAAKKKKH!"

Jungwon terbangun dari mimpi buruknya.


 ***

C E N A Y A N G - [J A  Y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang