0 7.

26 6 3
                                    

"Ya! Kau mengagetkanku!" teriak Jay.

"Haaah?! Kakak bisa melihatku?"

Mata Jay menyipit, alisnya mengernyit. Kemudian, ia melebarkan pupilnya. Sosok yang ia lihat merupakan sebuah penampakan.

"Kim Sunoo? Kau sudah mati?" tanya Jay yang sudah kembali tenang dan berekspresi datar.

"Ya! Segitunya Kakak ingin aku mati?! Tentu saja aku masih hidup!" teriak Sunoo marah karena tak terima dianggap mati oleh orang lain.

"Lalu, apa yang aku lihat? Arwahmu? Roh?"

'Bagaimana bisa arwah keluar dari tubuh yang masih hidup?' batin Jay. 'Setahuku, hanya orang tidur yang arwahnya bisa keluar dari tubuh. Tapi, Sunoo kan sedang kritis,' batin Jay kembali bergumam.

"Entahlah, yang jelas, aku bisa terbang seperti ini. Lihat, Kak!" ucap Sunoo sambil bermain-main dan terbang. Jay yang sebenarnya sering melihat penampakan terbang merasa biasa saja, hal itu terbukti dari raut wajahnya yang terlihat biasa saja.

"Lalu, aku bisa menembus dinding kelas," ucap Sunoo sambil berjalan masuk ke dalam kelas melewati dinding dan tubuhnya berubah menjadi transparan. Setelah itu, ia keluar lagi melalui jalur yang sama.

"Hei, hei, hei. Sudah cukup main-mainnya. Bisa-bisanya kamu tenang setelah ada seseorang yang berusaha membunuhmu." Setelah Jay mengatakan itu, raut wajah Sunoo berubah menjadi suram. Ia sangat ketakutan dan merasa trauma, seketika rohnya menghilang.

"..." Jay tertegun sekaligus merasa bersalah. Ia berpikir bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dikatakan.

Sementara itu, ada seorang murid bertubuh kurus dan jangkung yang telah mengawasi Jay sedaritadi. Wajahnya yang tampan itu dihiasi dengan sebuah senyuman misterius. Saat dirinya melihat Jay berhenti karena menyadari bahwa sedang diikuti, ia pun ikut berhenti. Ia pikir ia telah ketahuan. Ternyata, tidak. Malahan, ia menemukan beberapa hal yang sangat menarik.

Pertama, ia berhasil mendapatkan bukti bahwa Jay memang seorang cenayang dan dapat melihat arwah. Kedua, dugaannya benar bahwa ada yang berusaha untuk membunuh Sunoo. Ketiga, arwahnya Sunoo bergentayangan di sekolah.

'Ternyata kasus ini lebih menarik dari dugaanku,' batin murid misterius itu.

***

Keesokan harinya, Jay berangkat ke sekolah sedikit kesiangan. Akibatnya, ia terburu-buru berjalan ke tempat loker untuk mengganti sepatu dengan sandal yang memang merupakan peraturan dari sekolahnya. Ketika ia membuka loker, ia melihat sebuah memo yang tidak pernah ia tempel di sana.

'Tunggu! Siapa yang membobol lokerku? Aku kan selalu menguncinya,' batin Jay. Hatinya sedikit gusar. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang menyeringai dibalik loker saat melihat ekspresi panik Jay. Jay menoleh ke sekitar, tapi tak melihat sosok yang mencurigakan. Ia pun mulai membaca memo tersebut.

Kau penasaran dengan aku? Kalau begitu, temui aku sepulang sekolah di halte bus yang paling dekat dengan sekolah.

Jay bergegas menuju kelasnya ketika mendengar suara bel masuk. Sosok yang tadi mengawasi gerak-gerik Jay segera keluar dari balik loker dan pergi.

Selama pelajaran, Jay tidak bisa fokus. Ia penasaran dengan orang yang telah meninggalkan memo tersebut di dalam lokernya. Ia berpikir sangat keras, 'apakah mungkin pelakunya adalah orang yang berusaha membunuh Sunoo?' karena  Jay tampak melamun, Jungkook pun memanggil namanya. Setelah berkali-kali namanya dipanggil dan Jay tidak menyahut, Jungkook berinisiatif untuk menghampiri meja Jay dan langsung menatap wajah Jay dalam jarak yang begitu dekat sehingga membuat Jay terkejut.

"Jay, ada apa?" tanya Jungkook. Ia menempelkan punggung tangannya di atas dahi Jay, namun ternyata Jay tidak sakit. Jay segera menyingkirkan tangan Jungkook dari dahinya. Hari ini ia lengah dan membiarkan orang lain menyentuh tubuhnya.

Beberapa ingatan Jungkook dapat dilihat oleh Jay, seperti saat dia pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Sunoo, beberapa percakapan antara Jungkook dengan atasannya serta percakapan Jungkook dengan orang tua Sunoo, dan ia mengetahui sebuah fakta bahwa guru matematikanya itu adalah seorang detektif dan telah menyelidiki beberapa siswa untuk menemukan identitas sebenarnya dari seorang pembunuh berantai yang ada di sekolah ini. Ia juga tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Jungkook seperti, 'ada apa dengan Jay? Ia melamun dan tidak fokus saat namanya kupanggil?'

Jay merasa kepalanya berat dan tidak tahan dengan hal-hal yang begitu mengejutkan serta mendadak terjadi secara bersamaan, kemudian pingsan. Kelas pun menjadi heboh dan tubuhnya dibawa oleh Jungkook serta beberapa murid ke UKS. Akhir-akhir ini ia merasa kelelahan karena tugas sekolah semakin banyak, ditambah kasus Kim Sunoo dan Yang Jungwon selaku adik kelasnya yang harus cepat ia selesaikan sehingga tubuhnya tidak sanggup jika harus membaca ingatan orang lain. Parahnya, hal tersebut dapat menyebabkan kematian.

'Ada apa dengannya?' batin Jungkook khawatir.

***

Ruang UKS kini hanya  ada seorang murid yang sedang terbaring. Cahaya matahari yang semakin terik membangunkannya dan ia segera bangkit dari ranjang. Ia mengamati sekitar dan sadar bahwa ia sedang berada di UKS. Kepalanya berdenyut saat mengingat apa yang telah terjadi hingga membuatnya pingsan.

"Argh..."

Ia melihat ke jam dinding yang telah menunjukkan pukul lima sore. Seketika, matanya membulat karena ia telah melewatkan semua jam pelajaran. Tiba-tiba kerongkongannya terasa kering dan ingin meminum sesuatu. Saat ia menoleh, ada banana milk kesukaannya beserta sebuah memo di bawahnya. Matanya menyipit, lalu menyingkirkan banana milk dan membaca memo tersebut.

Kudengar kau pingsan. Minumlah susu kesukaanmu dan kutunggu kau di halte dekat sekolah.

'Orang itu ke sini?' bulu kuduk Jay berdiri.

'Sejauh apa dia mengetahuiku?' batin Jay sambil melirik banana milk tersebut.

Tok...tok...tok.

Suara ketukan pintu mengagetkannya. Ia segera mengantungi memo tersebut ke dalam saku celana, kemudian pintu dibuka dan menampakkan sosok jangkung serta tampan yang tak lain adalah Jungkook. Jungkook sedikit terkejut melihat Jay yang sudah siuman.

"Sudah bangun?" tanya Jungkook yang sudah jelas jawabannya. Jay hanya mengangguk. Suasana menjadi canggung. Jungkook melihat banana milk di atas meja, lalu bertanya, "tadi temanmu ke sini?"

"Sepertinya..." ucap Jay ragu. Tentu saja, karena kemungkinan yang datang adalah musuhnya.

"Oh, begitu," balas Jungkook sekenanya. Ia jadi bingung harus berkata apa karena niat awalnya ke sini hanya untuk melihat kondisi Jay, bukan untuk berbicara dengannya.

"Anu, apa bapak tahu siapa yang datang untuk menjenguk saya?" tanya Jay setelah hening selama beberapa saat.

"Tadi pagi kamu pingsan di jam pelajaran saya, jadi saya panik dan membawamu ke sini bersama murid-murid yang lain. Lalu, di setiap pergantian jam saya selalu ke sini, namun kamu tidak kunjung bangun. Mungkin temanmu datang ke sini pada jam pelajaran untuk memberikan minuman karena waktu istirahat telah habis," ucap Jungkook namun ia merasa ada yang aneh.

'Jay adalah murid yang selalu terlihat menyendiri dan hampir tidak ada murid yang mengajaknya mengobrol. Lalu, siapakah orang yang repot-repot datang di sela-sela jam pelajaran hanya untuk memberikan sebuah minuman kepadanya?'

"Hm, begitu. Terima kasih, Pak sudah membawa saya ke sini," ucap Jay sopan.

"Bukan apa-apa, sudah kewajiban saya sebagai guru untuk melakukannya. Kalau begitu, saya pergi dulu."

Setelah Jungkook menghilang di balik pintu, barulah Jay keluar. Ia segera menuju kelasnya dan mengambil tas, lalu berlari hingga tiba di halte terdekat. Jungkook yang merasa ada hal yang ganjal diam-diam membuntuti Jay.

***




C E N A Y A N G - [J A  Y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang