"Loh, kak Jay mana Won?" tanya Niki yang berhasil menyusul.
"Udah pergi," jawab Jungwon. Ia menurunkan nada bicaranya, "tadi ada orang yang nguping omongan kita berdua. Kata kak Jay kita harus hati-hati. Mendingan kita jangan bahas hal kek gitu dulu."
Niki yang biasanya lola dan suka bercanda langsung paham dengan situasinya. Hal itu karena Jungwon memasang ekspresi serius.
"Eh, pulang mampir ke rumah gue dulu ya," ucap Jungwon.
"Oke."
Niki pun mengabari ibunya bahwa dia ingin bermain di rumah Jungwon. Selama perjalanan pulang, keduanya saling diam. Jungwon tak berani membahas hal-hal yang berkaitan dengan dirinya ataupun Sunoo. Ia khawatir jika si pelaku membuntutinya hingga ke rumah. Sedangkan Niki, dirinya sibuk mereka ulang adegan di kepalanya mengenai apa yang terjadi pada hari ini di sekolah.
***
Mereka berdua telah sampai di kediaman Jungwon. Jungwon tinggal di apartement yang tak begitu jauh dari sekolah dan terletak di lantai tujuh. Ia merupakan anak tunggal, sehingga apartementnya akan terlihat sepi karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.
Ia membuka pintu apartement-nya, lalu masuk bersama Niki. Selama perjalanan pulang tadi dia dan Niki membeli makanan di pinggir jalan.
"Eh, Nik. Malam ini lu tidur di rumah gue aja. Kita gak tau kan apa yang bakal terjadi," ucap Jungwon sambil menaruh makanannya di atas meja makan. Ia telah menaruh tasnya di dalam kamar.
"Iya, santai. Gue kabarin dulu ortu biar gak khawatir."
"Btw, nanti jam enam sore kak Jay ngajak ketemu di D'Cafe buat bahas mimpi yang gue alami. Tapi, ada kemungkinan si pembunuh bakal buntutin kita karena dia tadi udah denger sedikit apa yang kami bicarakan."
"Serem juga, ya. Keadaannya malah jadi lebih gawat."
"Makanya itu, gue juga lagi mikir keras supaya kita selamat. Buat jaga-jaga aja ya, jangan percaya sama siapa pun selain kita sama kak Jay. Karena di sekolah kita ada pembunuh."
"Won, lu masih mending karena lu ikut taekwondo. Lah gue badannya cungkring gini, sekali geplek juga jatuh." Niki mulai mengkhawatirkan keselamatannya.
"Makanya olahraga, jangan cuma joget-joget," sindir Jungwon.
"Joget juga termasuk olahraga kali," balas Niki. Keduanya pun tertawa.
Setelah menghabiskan makanannya, Jungwon pergi mandi sedangkan Niki sibuk bermain game online di ponselnya. Setelah menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, Jungwon keluar sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk.
"Lu mandi sana, Nik! Gue pinjemin baju gue."
"Iya, bentar ya. Ini gue hampir menang."
"Jangan lama-lama. Kita ada janji sama kak Jay."
Jungwon mengambil ponselnya, lalu duduk di sofa. Sementara Niki mandi, dia mencari lokasi D'Cafe dan menghafalkan jalannya. Dia pun melihat review para pelanggan serta bentuk bangunan dan ruangannya. Jungwon merasa kagum dengan Jay karena dalam waktu singkat pemuda itu dapat menemukan sebuah tempat yang aman untuk membicarakan hal yang rahasia.
Kafe itu merupakan kafe yang dirancang dengan sistem tempat duduk per ruangan sehingga orang lain tak dapat melihat kegiatan mereka. Selain itu tempatnya terlihat lebih mewah dibandingkan dengan kafe yang biasa ia kunjungi. Saat melihat harga menunya membuat Jungwon shock.
'Ini kafe apa hotel bintang lima? Mahal amat!' batin Jungwon.
Jungwon ingin menghubungi Jay untuk memastikan lokasinya, tapi ia sama sekali tidak memiliki nomor pemuda tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
C E N A Y A N G - [J A Y]
FanfictionJay, remaja berusia 17 tahun itu bisa melihat hal-hal ghaib. Ia bisa meramal seseorang hanya dengan mengetahui mimpi yang dialami oleh orang tersebut dan bisa membaca pikiran orang yang ia sentuh. Namun, kemampuannya tidak sepenuhnya akurat. Ia memu...