Kim Taehyung

1K 122 33
                                    

Kim Taehyung (21) memandangi formulir pendaftaran yang berada di tangannya sebelum kedua matanya beralih ke arah brosur salah satu perguruan tinggi ternama di Seoul. Orang tuanya pernah mengatakan bahwa mereka ingin Taehyung kuliah agar nantinya dapat menjadi pegawai kantoran, bukan petani seperti orang tuanya.

Namun, yang Taehyung inginkan hanyalah menyanyi. Ia ingin menjadi seorang penyanyi yang menghibur banyak orang dengan suaranya seperti para penyanyi kesukaannya. Sayangnya, ia tak yakin orang tuanya akan mendukung karena itu selama dua tahun sejak lulus SMA, Taehyung memilih hanya bekerja sambilan di sebuah rumah makan dan beralasan uangnya akan ditabung untuk biaya kuliah.

"Isi dulu sajalah," gumam Taehyung yang lalu mengambil pena dan melengkapi formulir pendaftaran ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi swasta.

Taehyung tersenyum melihat kertas berisi informasi pribadinya itu sebelum memasukkannya ke dalam amplop. Taehyung menyimpan amplop tersebut ke dalam tas punggungnya dan berniat mampir ke kantor pos besok sebelum berangkat ke rumah makan.

---

Satu minggu berlalu sejak Taehyung mengirim pendaftaran acara pencarian bakat. Setiap hari, ia bak cacing kepanasan menunggu jawaban dari pihak televisi apakah ia dipanggil atau tidak. Sahabatnya, Wooshik, bahkan menyerah mengajaknya bermain atau melakukan kegiatan lain sebab hanya audisi itu yang ada di kepala Taehyung.

"Aku pulang!" seru Taehyung ketika membuka pintu rumah.

"Taehyung-ah, Eomma di dapur."

"Baik, Eomma." Taehyung melangkah ke dapur dan melihat Sang Ibu yang sepertinya tengah membuat kue. "Eomma buat apa?"

"Kue pisang. Tadi Lee Imo memberi banyak pisang. Bagaimana pekerjaanmu?"

"Baik, masih seperti biasa."

"Baguslah. Ya sudah sana ganti baju dulu."

"Baiklah, Eomma."

Taehyung berjalan menuju kamarnya ketika mendengar ucapan ibunya.

"Oh, ada surat untukmu dari stasiun TV. Eomma taruh di kamarmu."

Taehyung terbelalak dan menjerit senang di dalam hati.

"Terima kasih, Eomma." Taehyung berbalik dan berlari ke arah kamar tidurnya. Ia menutup pintu, melempar tasnya ke kasur, dan meraih sebuah amplop putih dengan logo SBS di sisi kanan. "Semoga diterima. Semoga diterima."

Tangannya menyobek pelan pinggiran amplop tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar. Taehyung menutup mata ketika tangannya menarik keluar selembar kertas. Ia menghitung sampai tiga lalu membuka matanya. Mulutnya komat-kamit membaca tulisan yang tertera dan nafasnya tercekat saat sebuah baris di sana tertangkap matanya.

Kami mengharapkan kehadiran Anda untuk audisi pada Hari Minggu, 2 Februari 2013 pukul 10.30.

Taehyung menurunkan kertas ke pangkuannya, mengerjapkan mata sebelum sebuah senyuman konyol muncul di wajahnya.

"Aku diminta ikut audisi," gumamnya beberapa kali. "Aku diminta audisi!" Taehyung berlari ke luar kamar dan berteriak, "Eomma, aku diundang ikut audisi! Aku ak- Abeoji?"

Taehyung berdiri kaku di tengah ruang keluarga menatap ayahnya yang menatapnya dengan wajah datar.

"Audisi apa yang kau maksud?"

---

Taehyung tidak diizinkan ayahnya untuk mengikuti audisi, seperti dugaannya. Walaupun Sang Ibu merasa tak ada masalah jika Taehyung ikut, Sang Ayah tetap pada pendiriannya.

Taehyung merenung menatap ke luar jendela ke arah kebun kecil yang saat ini diguyur hujan. Ia ingin protes dan melawan ayahnya namun ia paham mengapa ayahnya menentang keras keputusannya. Semua saudara dari pihak ayahnya adalah lulusan universitas, hanya ayahnyalah yang lulusan SMA. Tak hanya sekali dua kali ayahnya disindir mengenai tingkat pendidikannya.

Lucky Number Four?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang