Min Yoongi

739 108 41
                                    

"Apa yang mau dibicarakan?" tanya Yoongi pada pria yang duduk di seberangnya.

"Yoongi-ah, aku mencintaimu. Aku tidak ingat apa yang terjadi sampai aku bisa...bisa melakukannya dengan sepupumu."

"Mungkin ada sesuatu di antara kalian yang tidak kuketahui?"

"Tidak! Aku pertama kali bertemu dengannya waktu bertemu orang tuamu. Aku bersumpah, Yoongi-ah. Aku tidak bohong." Kwon Yool menjelaskan dengan sorot mata memohon. "Aku tidak pernah menghianatimu. Aku bersumpah."

Yoongi tertawa miris.

"Begitu juga hari itu. Kita bersumpah di depan Tuhan tapi dalam beberapa jam, sumpah itu tidak ada artinya." Yoongi menatap tajam ke arah Kwon Yool. "Anggaplah ada sesuatu yang Yeji lakukan sampai kau mabuk dan berakhir menidurinya. Tapi bukankah sebagai orang yang sudah menikah, kau bisa menolaknya saat dia mulai melakukan sesuatu yang tidak benar?"

Kwon Yool diam.

"Kau diam saja, membuatku makin yakin bahwa kau tidak cukup mencintaiku sampai-sampai tidak bisa menolak godaan orang lain."

Yoongi berusaha menenangkan diri sebelum kembali menatap pria ketiga yang menikahinya itu.

"Aku tidak ingin kita bersama lagi. Satu penghianatan sudah cukup bagiku untuk tidak melanjutkannya." Yoongi berdiri dan berjalan menuju pintu. Ia berhenti sebelum keluar. "Pulanglah, tanda tangani surat cerainya. Seandainya Yeji hamil, aku tidak ingin dia bertanggung jawab sendirian."

---

Yoongi duduk bersandar di dinding. Ia membiarkan air matanya lolos dengan harapan sakit hatinya pun akan lolos, keluar dari hati dan pikirannya. Dadanya masih terasa sesak mengingat kejadian antara suami dan sepupunya.

"Aku ingin bahagia seperti orang lain. Apa tidak boleh?" pekik Yoongi di dalam hati.

Ia ingin protes pada Tuhan yang menjadi sutradara hidupnya. Mengapa ia harus merasakan penghianatan dan perceraian tiga kali? Bahkan menikmati kehidupan pernikahan pun ia tak sempat.

Suara tangisnya terbang terbawa angin yang berhembus memainkan rambutnya hingga berantakan. Saat tangisnya mereda, Yoongi menengadah dan melihat warna biru cerah tanpa sedikitpun awan putih.

"Apa langit bahagia melihatku menangis?"

Yoongi mengeluarkan ponsel yang terus bergetar sejak tadi. Ia melihat nama Taehyung di layar namun membiarkannya. Ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun.

Yoongi memejamkan mata dan perlahan rasa lelah mengambil alih kesadarannya. Yoongi tertidur di atap gedung.

---

Yoongi terbangun karena guncangan di tubuhnya. Ia perlahan membuka mata dan melihat seseorang berjongkok di depannya.

"Si anak baru. Siapa namanya? Sunbin?" gumamnya.

"Soobin, Min PDnim. Choi Soobin."

Yoongi menangkup wajahnya dengan tangan. Kepalanya sedikit pusing, entah karena terlalu lama menangis atau karena dibangunkan oleh Si anak baru ini.

"Kenapa PDnim di sini? Orang-orang mencari PDnim sejak tadi."

"Aku tidak ingin bertemu siapa-siapa sekarang."

"Kalau begitu, bukankah seharusnya pulang saja? Kalau di sini kan pasti akan bertemu orang lain."

"Kenapa kau berisik sekali?" Yoongi menggerutu. Ia berdiri dan melihat jam di layar ponsel. Sudah pukul 17.00, artinya ia tertidur hampir tiga jam. "Kenapa kau di sini?"

Lucky Number Four?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang