EPS 5 - Sampah

835 31 2
                                    

Kau akan jadi milik ku
~ Leonard Colin

•~•~•~•~•~•~•

Sisi sisi Positif Camila keluarkan untuk menetralisir jantungnya sendiri. Ia tidak ingin hidup dengan ketakutan seperti ini terus. Baru saja ia tinggal disini sehari mengapa mengalami cobaan berkali lipat seperti ini, ia tak habis pikir.

"Saya Alex, Nona," jawab laki laki itu dari balik pintu.

Alex? Sang pemilik rumah? Ada apa dia kemari? Bukan kah ia sudah menandatangani berkas itu.

Camila dengan ragu ragu melangkah maju lalu membukakan pintu rumahnya, "Iya, Ada apa?" Tanya Camila dengan sopan.

"Ahhh, Nona Sampah mu ini tolong segera di buang, Saya di tegur orang karna sampah mu ini," jawab Alex To The point.

Semua karna sampah di pojok teras rumahnya, memang Camila melupakan sampah itu. Tetapi ia takut jika di hari yang sudah gelap ini ia membuang sampang sendirian. Bagaimana jika anak buah Leonard itu membunuhnya? Merencanakan pembunuhan untuknya.

"Maaf  Tuan sangat mengganggu saya akam buang malam ini juga," balas Camila lagi lagi denga sopan.

"Tolong, segera ya, Nona," Alex berbalik pergi menyudahi percakapan nya dengan Camila. Namun, tiba tiba Camila kembali memanggilnya.

"Ahh, tunggu."

"Iya, ada apa?" Sahut Alex yang membalikan kepalanya kembali menatap kea arah Camila.

"Tempat Pembuangan sampah nya ada di sebelah mana ya?" Tanya Camila dengan sopan lagi dan lagi.

Wajar saja jika Camila tidak tahu tempat pembuangan sampah disini terlebih ia adalah pendatang baru disini. Baru saja sehari ia menempati negara ini belum tahu menahu lebih jelas tempat tempat yang ada di negara ini. Bagaimana sistemnya bahkan cara bersosialisasi nya.

Seperti Contoh tadi ketika ia makan di sebuah restaurant, walaupun bukan Camila yang bayar tetapi bill yang ia lihat cukup mengagetkan. Yaa jika pun ia yang membayar ia tetap akan mampu untuk membayar tetapi itu tidak sekelas dompetnya. Mungkin esok hari ia akan mencoba restauran yang lebih murah dari itu atay bahkan ia akan memasak sendiri untuk menghemat pengeluaran.

"Untuk tempat terdekat hanya ada di tengah gedung X dan gedung Y, Nona. Kau harus masuk di antara keduanya dan keluar di antara keduanya karna itu jalan buntu," jelas Alex panjang lebar lalu berbalik pergi meninggalkan Camila.

"Terimakasih," ucap Camila dengan suara yang tinggi karna jaraknya dan jarak Alex sudah lumayan jauh, Alex hanya membalas dengan ayunan tangan tanpa membalikan badan sedikit pun dan fokus pada jalannya.

Sebelum semakin larut malam Camila buru buru menggendong sampah sampah yang berserakan di teras rumahnya sambil berpikir tentang Alex yang bahkan malam pun berpakaian formal jas hitam dan celana hitam. Entah, Camila yang trauma akan setelan pakaian formal seperti itu atau memang itu adalah hal normal, tidak ada yang tahu itu.

Tak lupa rumah yang Camila tinggalkan ia kunci pintunya rapat rapat. Walaupun Camila tahu tidak akan ada barang berharga di rumah Camila karna dirinya sendiri pun tidak memiliki apa apa kecuali perhiasan yang Leonard jatuhkan ketika di pesawat itu masih Camila simpan.

Entah, mengapa Camila merasa sedang mencuri cincin seseorang jika seperti itu. Walau ia tahu kejadian itu memang murni bukan tindakan pencurian tetapi lebih jauh lagi yaitu pembunuhan dan ia lah korbannya bukan Leonard. Masalah apa yang Leonard tanamkan pada sebagian laki laki yang tertembak itu hingga korban tak bersalah pun terkena imbasnya termasuk ia dan pramugari yang ada di pesawat itu. Mungkin, saksi mata.

Camila menggendong beberapa sampah itu dengan hati hati melewati tepi jalan di tengah malam. Hilir mudik mobil yang seiring waktu semakin sepi tak seramai tadi ketika hari terang.

Sesekali Camila menengok ke kanan kiri memastikan dirinya benar benar tidak sedang di ikuti karna ia takut kejadian sore tadi terulang. Belum lagi Leonard yang membayarnya, tidak mungkin jika bukan ia huruf L ada pada kertas itu dan satu satunya orang yang Camila kenal sejak berasa di negara itu adalah Leonard dan pemilik rumah.

Mungkin ia tidak akan betah di negara ini jika seperti ini terus. Bagaimana jika ia pergi ke negara lain untuk mengamankan dirinya dan nyawanya? Apakah Leonard akan menemukan nya? Pikiran seperti itu selalu ada di benaknya. Tetapi sesekali ia melihat cincin milik Leonard, ia takut cincin itu mempunyai sistem pelacak. Ia bisa melihat Leonard dengan mudah membuka pintu besi di pesawat apalagi melacaknya itu akan lebih mudah.

Camila kemudian terhenti pada lorong yang dimaksud oleh pemilik rumah yang ia sewa itu. Sesekali bergelidik ngeri melihat lorong pembuangan sampah yang gelap, belum juga ia masuk kedalamnya tetapi sudah terasa begitu seram melihatnya.

Jika ia tidak memberanikan diri sampah ini akan tetap ia gendong seperti ini atau bahkan tetap duduk santai di depan teras. Pasti pemilik rumah itu akan kembali mengingatkan nya untuk membuangnya.

Lagi pula film horor yang ada di kebanyakan film hanyalah khayalan saja tidak mungkin benar benar ada yang Camila takutkan bukan lah hantu atau semacamnya. Tetapi ada seseorang yang tak ia kenal menerornya itu akan lebih seram seperti Leonard yang menerornya hingga kini. Itu baru bisa dikatakan seram.

Camila melangkahkan kakinya ke lorong lorong pembuangan sampah, pembuangan sampah ini di apit oleh 2 Restaurant yang sudah tutup, dinginnya Malam hari yang sukses membuat Camila merinding sedari tadi.

Pembuangan sampah itu berada di dalam dan sangat gelap belum lagi Camila harus melewati itu lagi pasalnya hanya ada satu jalan untuk kembali, jalan pembuangan sampah itu tertutupi bangunan di depannya jadi benar benar tidak ada jalan lain selain jalan itu untuk kembali.

Namun, langkah Camila tiba tiba berhenti di depan pembuangan sampah ia merasa di belakangnya ada sesuatu yang mengikutinya kemudian karna berusaha untuk tidak takut ia membuang sampahnya dengan cara melempar.

Tapi semakin lama semakin nyata rasanya ia benar benar tidak sendiri disini. Sial! Karna keadaan disini gelap Camila tidak dapat melihat apapun.

Camila pun berbalik, karna takut ia berlari tanpa tau arah. Tiba - Tiba ia menabrak Dada bidang seorang laki laki.

Brakkk!

"Kamu tersesat, Sayang?" Tanya laki laki itu yang memanggilnya sayang. Kemudian cahaya lampu mobil menyala Camila dapat melihat laki laki dengan menggunakan jas hitam serta pistol yang terjepit di pinggang celana sedang mengitari Camila.

Lampu mobil yang menyorot Camila, membuat Camila pusing dan lalu semuanya kembali gelap.

Brukkk!

Tubuh Camila terjatuh, Camila pingsan karna hal yang menyeramkan seperti ini ia menjadi ingat kejadian awal ia datang ke negara ini di pesawat laki laki itu membunuh banyak orang kecuali Camila. Ia bersembunyi di balik toilet.

Lelaki itu, lelaki yang sekarang yang tengah menangkap Camila. Mungkinkah ajalnya menjemput? Karna hanya Camila saja yang tidak terbunuh.

"Bawa wanita ini!" Perintah Leonard pada bawahannya. Leonard menyunggingkan senyumnya.

Kau akan jadi milik ku, Cantik. Batin Leonard.


🧳✨🧳✨🧳

Not Deliberate (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang