EPS 6 - Pertanyaan

947 33 2
                                    


Aku tau kau banyak pertanyaan, Cantik.
~ Leonard Colin

•~•~•~•~•~•~•

Terik matahari membangunkan Camila dari tidurnya. Langit langit ruangan bernuansa hitam coklat itu tanpa asing di mata Camila. Seperti bukan kamarnya, walaupun ia baru saja sehari di negara barunya itu tetapi ia kenal betul seperti apa kamarnya terlebih ia lah yang membersihkannya seharian penuh kemarin.

Sebuah tangan besar tengah me jadi tumpuannya bahkan tangan besar itu menindihnya juga, keadaan yang seperti sedang di peluk tetapi entah oleh siapa.

Camila mencoba lepas dari pelukan lelaki yang tak ia kenal itu dengan setengah sadar. Namun, bukannya terlepas pelukannya itu malah semakin erat, "Diam, Aku masih ingin memelukmu," ucap lelaki itu kesal karna pelukannya di tepis oleh wanitanya itu.

Camila berusaha berbalik arah ingin melihat wajah lelaki yang tak ia kenal dengan berani beraninya menculiknya dan bahkan memeluknya seenaknya.

Tubuh Camila berbalik kina wajahnya dan wajah lelaki itu berhadapan, ya siapa lagi kalau bukan Leonard, lelaki kejam itu.

"Leo?" Panggil Camila yang mendadak tubuhnya lemas tak bertenaga. Sulit jika sudah seperti ini rasanya ia seperti sudah tertangkap dan pasrah.

"Hemmm?" Balas Leonard dengan mata yang masih tertutup dan tangan yang masih memeluk.

Leonard membuka matanya, tanpa tanya ia langsung mencium bibir mungil Camila, "Morning Kiss," ucap Leonard di sela sela ciumannya.

Ciuman yang buruk karna Camila pun tidak tahu bagaimana caranya untuk membalas, ia hanya terdiam dan entah hanya mengikuti Leonard, Camila sangat buruk dalam mencium karna ia masih terbilang ini adalah first kiss nya.

Yaps, First Kiss nya sudah di ambil paksa oleh Leonard. Camila bingung untuk menghindar karna jika ia menghindar mungkin nyawanya akan melayang selain menurut Camila tidak ada cara lain untuk menyelamatkan dirinya.

Leonard melepaskan ciumannya, "Payah," Gumam Leonard dengan senyum miringnya lalu bergerak bangun tak lupa tangan Leonard yang memegang Camila segera ia gendongnya ala bridal style.

"Ehh kau mau apa," teriak Camila yang kini dirinya sudah sempurna di kuasai Leonard. Yaps, susah untuk Camila meronta ronta untuk turun dirinya sudah benar benar di kuasai Leonard. Ia sendiri takut jika ia meronta ronta pistol Leonard akan kembali mendarat di perutnya bahkan jika ia melakukan kesalahan sedikit pun peluru itu akan keluar dan menghunus perut Camila.

Leonard terdiam mengabaikan pertanyaan Camila yang menanyai nya hendak di bawah kemana justru ia melangkahkan kakinya dengan cepat, membawa dirinya dan tubuh Camila menuju ruang makan yang sudah siap dengan sarapan paginya.

Berjejer beberapa menu yang mungkin akan Camila sukai karna jujur saja Leonard bingung menyuguhkan seperti apa untuk wanitanya ini. Walaupun Leonard tahu bahwa koki koki di rumahnya sudah sangat berpengalaman dan bersertifikat internasional tetapi tetap saja yang namanya selera setiap orang pastinya akan berbeda beda.

Tubuh Camila telah mendarat sempurna pada sisi ujung meja makan, Leonard pun melangkahkan kakinya pada kursi yang sudah menunggu di sisi ujung meja makan bersebrangan dengan Camila. Jika di ukur mungkin saja jaraknya dengan Leonard lumayan jauh karna meja makan yang memanjang ini.

"Makan," satu kata yang terdengar seperti perintah itu bisa membuat Camila bergelidik ngeri. Ia bingung Leonard sedang memerintah nya untuk makan atau mempersilahkan nya untuk makan? Semua terdengar sama baginya dengan wajah Leonard yang tak berubah dari wajah dinginnya itu.

Kebetulan sekali perut nya juga sudah bernyanyi sejak pagi cacing cacing perutnya itu sudah berdemo meminta makan, ia pun memilah lauk yang ia suka tuk ia makan.

Beberapa saat kemudian seorang laki laki berjas hitam bercelana hitam menghampiri Leonard, sepertinya wajahnya tak asing. Camila melihat sekilas seperti seseorang yang Camila kenal, tunggu dulu.

"Alex?" Pekik Camila kaget yang kemudian tersedak oleh makanannya sendiri. Buru buru ia mengambil segelas air putih di sisi tangannya yang sudah tersedia sedari tadi kemudian meminumnya meredakan tenggorokan nya akibat tersedak.

"Iya, Nona," balas lelaki itu. Benar saja,pemilik rumah nya itu lain tak lain adalah rencana busuk Leonard. Itulah mengapa nama marganya terdengar tak asing, berati Alex dan Leonard adalah keluarga? Satu Darah.

"Ada apa?" Tanya Leonard yang mengalihkan keduanya antara Alex dan Camila.

"Kapal Sudah berhasil sampai, Tuan, Tetapi empat anak buah mati karna tertembak," jawab Alex yang di ujungi berita duka dari anak buahnya.

"Siapa yang berani menembak kapal kita?" Tanya Leonard dengan wajah yang memerah.

"Kapal Tuan Dariyus," jawab Alex lagi. Memang sejak Leonard kecil keluarga Dariyus adalah musuh dari segala akarnya, hanya karena Keluarga Colin mendapatkan lebih banyak dan lebih unggul pada segala bidang.

"4 Orang itu pulangkan pada keluarganya berikan pemakaman yang hormat dan berikan sejumlah uang yang cukup menghidupi istri dan anaknya sampai anaknya selesai sekolah," Alex yang mengerti maksud tuannya itu mengangguk lalu beranjak pergi.

Camila tertegun atas percakapan Leonard dan Alex. Walaupun Camila tidak tahu betul apa yang di maksud mereka berdua tetapi Camila sangat mengapresiasi atas sikap Leonard pada anak buahnya.

Setidaknya sikap Leonard pada anak buahnya tidak terlalu buruk, masih mau memberikan biaya walaupun fisik anak buahnya sudah tiada.

Camila tak henti hentinya menatap Leonard yang tengah makan, ia tak menyangka lelaki sekejam itu ternyata punya sisi baik juga pada anak buahnya.

"Aku tau kau banyak pertanyaan, Cantik," Leonard yang berusaha tetap cool dengan makanannya. Berbicara tanpa melihat sedikit pun ke arah Camila yang ia sebenarnya tahu bahwa dirinya sedang di tatap terus menerus oleh gadis itu, mungkin bola matanya bisa lepas karna sedari tadi tak ada kedipan sama sekali.

Camila yang tersadar dari lamunannya menatap Leonard, mulutnya pun terbuka ingin membalasnya dengan sepenggal kalimat.

"Aku mau kau ganti terlebih dahulu, ikut aku, aku akan jawab semua pertanyaan mu," buru buru Leonard memotong Camila sebelum Camila mengucapkan sepenggal kalimatnya.

Camila menghela nafas panjang sepertinya sifatnya yang mengatur seperti ini memang susah untuk di hindari, "Kau mau bawa aku kemana?" Tanya Camila.

"Cepat balik ke kamar, bersiap dan ganti!" Ulang Leonard dengan nada yang sedikit lebih tinggi. Leonard tidak pernah sekalipun bersikap lembut padanya, selalu saja perlakuan kasar yang ia dapatkan.

Camila bergerak meletakan sendok dan garpunya lalu melangkahkan jemari jemari kakinya ini menuju kamar untuk bersiap siap menuruti apa yang Leonard inginkan.

Setidaknya Camila sedikit hapal daerah menuju kamar dan ruang makan setelahnya Camila tidak tahu menahu area di rumah besar ini.

Camila melirik ke belakang nya ia merasa di ikuti oleh dua orang di belakangnya dan benar saja ia di ikuti oleh dua orang pelayan, "Kearah sini, Nona," pelayan itu memberikan petunjuk. Sepertinya Leonard mengerti bahwa Camila tidak tahu menahu dengan denah rumah ini bahkan ini adalah pertama kalinya.

🧳✨🧳✨🧳

Not Deliberate (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang