Keesokan Hari Saat hari pertama Camila di kantor Leonard dimulai, suasana terasa asing namun penuh ketegangan yang tersembunyi. Para pegawai memandangnya dengan rasa ingin tahu, karena tidak sering ada seseorang yang diperkenalkan langsung oleh Leonard sendiri. Namun, seperti yang telah disepakati, tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Camila. Dia hanya dianggap sebagai karyawan baru dengan koneksi tinggi, seseorang yang diberi keistimewaan khusus.
Salah satu dari pegawai itu adalah Bianca. Seorang wanita dengan penampilan yang sangat terawat, penuh kepercayaan diri, dan jelas memiliki posisi penting di perusahaan. Bianca merupakan atasan langsung Camila, namun di bawah kendali Leonard. Camila bisa merasakan ada ketegangan dari Bianca sejak perkenalan pertama mereka. Tatapan dingin dan cemburu terpancar dari mata Bianca saat Leonard memperkenalkan Camila secara langsung kepada tim. Ada sesuatu dalam cara Bianca melihat Leonard, cara dia berdiri terlalu dekat dengan pria itu, yang membuat Camila sadar bahwa wanita ini lebih dari sekadar atasan biasa.
Hari itu berjalan dengan lambat, penuh dengan perkenalan dan penyesuaian. Namun, saat hari mulai menjelang sore, Camila akhirnya mendapati dirinya sendirian di ruangannya ketika Bianca tiba-tiba muncul di depan pintu. Wanita itu masuk tanpa mengetuk, senyum tipis yang tidak menyenangkan menghiasi wajahnya.
"Jadi, kau Camila," Bianca memulai, suaranya lembut tapi penuh dengan maksud tersembunyi. "Leonard memperkenalkanmu dengan cara yang sangat... istimewa. Tidak semua orang mendapat kehormatan seperti itu, kau tahu?"
Camila hanya mengangguk sopan, tidak ingin memancing perselisihan. "Saya hanya di sini untuk bekerja," jawabnya singkat, mencoba mengabaikan nada sarkastik Bianca.
Namun, Bianca tidak berhenti di situ. Dia mendekat, menempatkan dirinya di samping meja Camila, seolah-olah mencoba mengukur reaksi Camila. "Kau tahu," lanjut Bianca dengan nada yang lebih tajam, "Leonard dan aku punya hubungan yang sangat dekat. Aku kenal dia lebih lama dari siapa pun di sini."
Camila tetap tenang, meskipun dalam hatinya dia bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini. Bianca ingin menunjukkan dominasinya, ingin memastikan bahwa Camila tahu bahwa dia tidak bisa begitu saja mengganggu hubungan yang, dalam pikirannya, sudah terjalin dengan Leonard.
"Aku mengerti," jawab Camila datar, menatap Bianca tanpa rasa takut. "Aku hanya ingin menjalankan tugas dengan baik."
Bianca tersenyum tipis, namun tatapannya dingin. "Bagus. Tapi biar aku katakan sesuatu padamu, Camila," katanya, mendekat sedikit. "Aku pacar Leonard. Kau seharusnya tidak terlalu berharap untuk mendapatkan perhatian lebih darinya. Dia milikku."
Camila menahan senyum yang hampir muncul di wajahnya. Kata-kata Bianca terdengar seperti lelucon yang tidak lucu. Pacar Leonard? Seandainya Bianca tahu kebenaran bahwa Leonard bukan sekadar pacarnya, tetapi suaminya yang sah. Namun, Camila tidak berniat membocorkan rahasia itu. Dia hanya mengangguk pelan dan menjawab dengan nada tenang, "Tentu saja. Aku tidak ada niat untuk mencampuri urusan pribadi."
Bianca tampak terkejut dengan betapa dingin dan terkendalinya reaksi Camila. Seolah-olah dia mengharapkan respons yang lebih emosional atau defensif. Tapi Camila tetap tenang, bahkan ketika Bianca berusaha mengintimidasi.
"Kau harus tahu batasmu di sini, Camila," lanjut Bianca, dengan nada yang lebih tajam. "Leonard adalah pria yang berpengaruh, dan aku satu-satunya yang dekat dengannya. Jadi pastikan kau tetap di tempatmu."
Camila mengangguk lagi, meski di dalam hatinya dia tertawa. Jika Bianca tahu betapa salahnya dia, wanita itu pasti akan terkejut. Camila tidak merasa terancam sedikit pun. Leonard mungkin tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan, tapi satu hal yang pasti: Leonard tidak akan pernah menjalin hubungan dengan Bianca, apalagi dengan intensitas seperti yang wanita itu bayangkan.
"Tentu saja, Bianca. Aku mengerti," jawab Camila, suaranya tetap tenang dan terkendali.
Bianca menatap Camila untuk beberapa detik lagi, tampak ragu karena tidak mendapatkan reaksi yang diinginkannya. Akhirnya, dia mendengus pelan, merasa frustrasi karena Camila tidak terpancing. "Baiklah," katanya, lalu berbalik untuk pergi. Namun sebelum meninggalkan ruangan, dia menoleh kembali dan berkata, "Ingat apa yang kukatakan, Camila."
Camila hanya tersenyum tipis, namun kali ini senyum itu disertai sedikit rasa puas. "Tentu, aku akan mengingatnya," jawabnya dengan nada yang hampir sarkastik, meskipun terselubung dengan sopan santun.
Begitu Bianca keluar dari ruangan, Camila mendesah pelan, tertawa kecil di dalam hatinya. Ancaman Bianca terasa seperti permainan kekanak-kanakan. Dia bisa melihat bahwa wanita itu cemburu dan merasa terancam oleh kehadirannya. Tapi Camila tidak peduli. Dia tahu posisi Bianca di perusahaan ini, dan meskipun Bianca berpikir bahwa dirinya memiliki kontrol atas Leonard, Camila tahu kebenaran yang sebenarnya.
Sambil kembali menatap tumpukan pekerjaannya, Camila merasa sedikit lebih tenang. Dia mungkin bekerja di bawah pengawasan Leonard, dan dia mungkin harus menghadapi kecemburuan Bianca, tapi untuk saat ini, dia bisa menyembunyikan rahasia kecilnya. Dan itu memberinya sedikit kendali di dunia yang penuh dengan kekangan ini.
🧳✨🧳✨🧳
Malam itu, setelah hari yang melelahkan di kantor, Camila duduk di ruang tamu penthouse, menatap kosong ke arah jendela besar yang menghadap kota. Leonard baru saja tiba di rumah setelah menjalani hari yang panjang, dan suasana di antara mereka seperti biasa—hening, penuh ketegangan yang terselubung di balik rutinitas yang membosankan. Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda. Camila merasa bahwa dia harus menceritakan apa yang terjadi di kantor, terutama tentang ancaman Bianca yang mulai terasa mengganggu.
Leonard berjalan mendekat, melepaskan jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi sebelum duduk di sebelah Camila. Dia memperhatikannya dengan tatapan penuh perhitungan, seolah-olah dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu istrinya.
"Kau kelihatan cemas," ucap Leonard akhirnya, dengan nada rendah tapi tajam. "Apa yang terjadi di kantor?"
Camila menatap Leonard sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia tahu bahwa Leonard bisa sangat protektif, terutama ketika seseorang mencoba mengusik hal-hal yang ia anggap miliknya—termasuk Camila. Tapi di sisi lain, dia juga tahu bahwa Leonard bisa menjadi sangat keras dan tidak menyukai ketika masalah seperti ini dibahas, terutama jika itu menyangkut Bianca.
"Aku hanya ingin membicarakan sesuatu yang terjadi di kantor," jawab Camila hati-hati, mencoba memilih kata-katanya. "Tentang Bianca."
Leonard menegakkan tubuhnya sedikit, menatap Camila lebih serius sekarang. "Bianca?" tanyanya, suaranya kini terdengar lebih dingin. "Apa yang dia lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Deliberate (+21)
RomanceMATURE!!! (+21) Dosa Tanggung sendiri ya Author udah ngasih tau di awal .... Pertemuan yang tidak sengaja di antara Leonard dan Camila benar benar menjadi mimpi buruk Camila. Pasalnya tembak menembak di dalam pesawat tengah terjadi belum lagi Leonar...