EPS 4 - Pintu

905 29 4
                                    

Cantik, Kamu ingat aku?
~ Leonard Colin

•~•~•~•~•~•~•

Sehari sudah Camila di rumah ini, di negara ini. Camila memakai sehari penuh ini dengan membersihkan rumah yang ia tinggali menatanya hingga tumpukan sampah tertumpuk banyak di tepi ujung Teras dekat lorong pintu. Mungkin ia akan membuang nya nanti malam sekarang sudah sore hari ia harus segera makan jika tidak ia bisa mati kelaparan disini, mati konyol.

Camila melangkahkan kakinya keluar, mengunci pintu rumahnya dengan kunci yang sudah ia dapatkan setelah berhasil menyewa rumah ini.

Namun, tiba tiba setelah ia usai mengunci pintu rumahnya sang pemilik rumah menghampirinya dengan satu orang laki laki berjas hitam di sebelahnya dan dua orang laki laki berjas hitam di belakangnya. Tunggu, sepertinya ia pernah melihat orang itu. Tubuh Camila mendadak lemas kakinya berjalan mundur entah kenapa tubuhnya menolak itu. Tetapi jelas jelas Camila ingat dia bukan Leonard.

"Camila," panggil sang pemilik rumah yang menyadarkan ketakutan Camila pasalnya sang pemilik rumah bingung dengan tingkah Camila yang mendadak seperti menghindari nya dan laki laki itu.

"Ahh iya," Camila merespon panggilan sang pemilik rumah dengan kembali menetralkan pikirannya. Mungkin dirinya sekarang tengah mengalami trauma, ia berusaha berpikir positif tentang dirinya.

"Perkenalkan Ini adalah pemilik rumah yang baru, maaf sekali pemilik rumah mu berganti ganti karna aku sedang membutuhkan uang, tetapi ia siap menyewakan pada diri mu sesuai uang sewa yang kamu berikan pada ku," jelas sang pemilik rumah. Ralat, mantan pemilik rumahnya.

Seorang laki laki di sebelahnya itu mengulurkan tangannya memperkenalkan diri dengan respon ramah Camila pun membalas uluran tangan tersebut, "Camila Huston," Camila memperkenalkan diri.

"Alex Colin," seorang laki laki itu menyebutkan namanya serta marganya sama seperti Camila. Nama Marga yang terdengar familiar sepertinya Camila pernah mendengar nama marga ini tetapi dimana ia lupa.

"Jika sudah memperkenalkan diri, kamu perlu menandatangani berkas sewa, Camila," perintah sang mantan pemilik rumah itu.

Lelaki itu yang tadi memperkenalkan diri sebagai Alex Menyodorkan lembaran demi kembaran berkas yang bahkan Camila sudah malas membacanya karna ia sangat lapar saat ini dan ingin sesegera mungkin untuk melakukan kegiatannya selanjutnya yaitu makan. Sebelum hari menjelang malam.

Tanpa pikir panjang ia mengambil pulpen yang Alex genggam dengan cepat lalu menandatangani berkas itu tanpa sekalipun membacanya, "Sudah ya, aku mau beli makan sudah lapar," setelah menandatangani berkas itu Camila pergi meninggalkan ke empatnya.

Langkah kakinya melangkah pada sebuah restaurant dekat rumah nya, memang rumah Camila berada di tengah kota sehingga memudahkan Camila pergi kemanapun ia mau. Biaya sewa murah dan segala kebutuhannya terpenuhi, walaupun rumah sewaannya itu sedikit tidak layak tetapi setidaknya masih bisa untuk di tempati.

Camila memesan menu makanan maupun minuman yang ada di sana lalu mengatakan nya pada pelayan yang sudah sedari tadi menunggu nya di sampingnya, Pelayan itu pun pergi menyiapkan pesanannya.

Camila melihat ke kanan dan ke kiri sepertinya laki laki berjas hitam banyak yang ikut makan disini. Jangan jangan? Camila takut kejadian kemarin terulang, ia mencoba menetralkan pikirannya sepertinya ia merasakan trauma saat ini karna itu ia sangat sensitif dengan laki laki berjas hitam berpakaian serba hitam.

Beberapa menit setelahnya sang pelayan mengantarkan makanan maupun minuman yang Camila pesan, ia pun segera melahap habis makanannya itu karna sedari pagi ia belum makan dan sekarang sudah sore menjelang malam.

Kegiatannya hari ini sungguh berat dan esok hari adalah waktunya untuk Wawancara pada pekerjaan nya setelah ia mengajukan CV via online sebulan yang lalu.

Suap demi suap makanan yang Camila pesan masuk kedalam perut kecil Camila. Camila terlihat sangat kurus walaupun ia sering makan dan mencicipi makanan ringan tetapi tetap saja berat badannya sulit bertambah sampai sampai Camila terheran heran bagaimana menaikan berat badannya.

Setelah ia usai menghabiskan makanan maupun minuman yang ia pesan tiba saatnya ia membayar. Ia memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran pada makanannya itu, "Minta Bill nya dong," pinta Camila pada pelayan yang ia panggil.

"Pesanan Nona sudah di bayar full bahkan lebih oleh pria disini," jawab pelayan itu menunduk bingung.

"Sudah di bayar? Siapa?" Tanya Camila bertanya tanya. Siapa yang membayar makanannya? Jelas jelas di negara ini ia tidak memiliki siapa siapa saudara tidak ada keluarga tidak ada apalagi pacar punya saja tidak sudah bermimpi memiliki.

"Laki laki, Nona. Ia tak ingin di sebutkan namanya. Namun, ada titipan kertas," pelayan itu menyodorkan kertas kecil yang di gulung lalu pelayan itu pergi meninggalkannya.

Camila membuka gulungan kertas itu kemudian membaca isinya, satu kalimat tertera di kertas itu dengan di akhiri huruf L di bawahnya.

Hai Cantik, Kamu ingat aku?
~ L ~

Kalimat yang mampu membuat Camila ketakutan, sepertinya dirinya benar benar tidak aman, ia melangkahkan kakinya dengan cepat keluar restauran untuk menuju ke rumah sewaannya di hari yang sudah gelap ini ia melangkah dengan bergetar karna ketakutan. Ketakutan nya semakin besar ketika ia merasa banyak lelaki berjas hitam berpakaian serba hitam yang ada dimana mana seperti sedang mengawasi nya.

Buru buru ia membuka pintu rumahnya dengan tubuh yang benar benar bergetar. Ia masih ingin hidup, tak ingin seperti ini. Dad, Mom, bantu Camila disini.

Pintu ia kunci rapat rapat, sepertinya ini semua tidak berpengaruh padanya karna bisa saja Leonard mendobrak pintu rumahnya terlebih sifat kejam Leonard yang ia lihat di awal pertemuan tak mungkin jika Leonard tak bisa mendobrak pintu kayu rumahnya.

Tuhan, Camila takut. Batin Camila ketakutan.

Ia kemudian melangkahkan kakinya kearah dapur mengambil segelas air putih tuk ia minum, menenangkan dirinya sendiri. Kalau seperti ini terus Camila tak bisa hidup dengan tenang sedikit pun.

Tokkk! Tokkk! Tokkk!

Suara ketukan pintu nyaring menggema pada seluruh ruangan Camila. Jantung Camila berdetak kencang, keringat bercucuran dengan deras ketika mendengar ketukan pintu itu semakin dalam, ia merasa seperti sedang memerani film horor jika seperti ini terus. Jantungnya tidak aman, hampir setiap hari merasakan senam jantung.

"Siapa ya?" Tanya Camila dari dalam memastikan suara di luar sana. Setelah Camila pikir pikir jika pun itu adalah Leonard pasti ia akan langsung mendobrak pintu tanpa harus mengetuknya terlebih dahulu sama seperti kejadiannya ketika ia di toilet. Walaupun sebelumnya Leonard mengetuknya dengan lembut memintanya dahulu ketimbang membukanya dengan paksa.

Sisi sisi Positif Camila keluarkan untuk menetralisir jantungnya sendiri. Ia tidak ingin hidup dengan ketakutan seperti ini terus. Baru saja ia tinggal disini sehari mengapa mengalami cobaan berkali lipat seperti ini, ia tak habis pikir.

Not Deliberate (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang