EPS 8 - Keluarga

449 18 2
                                    

Aku sangat mencintaimu sangat sangat mencintai mu jika kamu tidak mau menikah dengan ku akan ku bunuh seluruh keluarga mu
~ Leonard Colin

•~•~•~•~•~•~•

Tunggu dulu, apa maksudnya kamar kita? Camila menelan saliva nya mencoba untuk tidak berpikir yang aneh aneh pada lelaki kejam itu, Leonard. Daripada ia membuat Leonard kesal karna banyak bertanya sebaiknya ia melangkahkan kakinya mengikuti Alex untuk menuruti apa yang Leonard inginkan jika itu yang bisa menyelamatkan nyawanya ia akan lakukan.

"Siapa Wanita itu?" Tanya seorang laki laki yang melangkah datang dari sisi lorong pada ruangan itu.

Camila yang tak menghiraukan percakapan kedua lelaki itu memutuskan melanjutkan langkahnya mengikuti Alex ketimbang mendengarkan percakapan kedua lelaki yang ia tebak adalah saudaranya.

"Bukan urusan mu," jawab Leonard pada lelaki itu.

Leonard melangkah kan kakinya pada sisi lorong yang berbeda, bergerak menuju lapangan menghampiri ayahnya yang sedang melakukan sidak rutin pada bawahannya.

"Dad!" Panggil Leonard yang sudah tak jauh dari ayahnya lalu berjabat tangan dengan ayahnya.

"Bagaimana kondisi mu?" Tanya ayah Leonard mengawali percakapan. Seingatnya terakhir kali Leonard mengalami pertikaian tiada henti hingga tangannya terluka parah.

"Tidak buruk," jawab singkat Leonard.

"Aku ingin meminta bantuan mu," pinta Leonard sambil melihat para bawahan nya.

Adam tersentak kaget, tak biasanya sang anak meminta bantuan nya bahkan secara terang terangan, "Bantuan apa?" Tanya Adam yang penasaran.

Leonard melihat para bawahan sang ayah yang berbaris dengan rapi di depannya. Adam yang menyadari ini adalah pembicaraan pribadi pun kemudian meminta para bawahannya untuk segera meninggalkan mereka berdua.

"Ada apa?" Tanya Adam lagi ketika sang bawahan sudah pergi.

"Aku menyukai perempuan," jawab Leonard yang kemudian di balas tawa Adam yang terlihat seperti mengejek.

"Setelah sekian lama kau baru menyukai perempuan?" Ejek Adam dengan tawanya yang tidak ada henti hentinya.

"Aku meminta bantuan mu untuk menyiapkan pernikahan ku besok juga," ucap Leonard tegas. Dirinya sama sekali tidak terlihat raut raut bercanda layaknya ayahnya. Memang benar dari Leonard kecil Adam sudah berusaha untuk membuat anaknya itu bisa berbicara dan bercanda dengannya layaknya teman tetapi sulit sekali Adam membuatnya seperti itu.

Sifat Leonard yang dingin, kejam, diktator sukses selalu membuat siapa saja tidak berani melawannya apalagi hanya menyenggol nya saja. Setelah Adam pikir pikir memang sama dengan istilah 'buah tidak jatuh jauh dari pohonnya' Sifat Leonard yang seperti itu seperti cerminan dirinya.

Adam tak bergeming kemudian Leonard berbalik mengubah tujuannya menuju wanitanya itu, di kamarnya. Setidaknya ayahnya sudah tahu apa yang harus ia persiapkan untuk sebuah pernikahan esoknya jadi keluarganya tidak terlalu kaget mendapati berita dirinya.

"Perempuan yang ingin kau nikahi setuju?" Tanya Adam tepat sasaran.

Leonard yang sudah begitu jauh dari lapangan pun terhenti dengan langkahnya kemudian berbalik menatap ayahnya, pertanyaan yang ntah bagaimana ia menjawabnya.

Setelah beberapa detik, Leonard memilih untuk bungkam dengan jawabannya kemudian berbalik dan berlalu pergi meninggalkan ayahnya di lapangan kembali dengan tujuannya.

🧳✨🧳✨🧳


Sebelum kedatangan Leonard pada kamar itu, Camila sudah berusaha mengobrak abrik kamar Leonard. Setidaknya ia menemukan salah satu alat komunikasi yang dapat ia gunakan untuk menelpon, meminta bantuan.

Pasalnya dirinya seperti korban penculikan hanya saja bedanya korban penculikan termewah yang pernah ada. Jika di film film mungkin akan di sekap di ruang kosong, gelap, dan berdebu. Tetapi dirinya sampai saat ini berada di tempat yang wajar. Bukan berarti Camila menginginkan di sekap seperti itu tetapi ia lebih memilih menjauhkan diri dari Leonard karna dirinya tahu jika di teruskan nyawanya lah yang akan menjadi taruhannya.

"Besok kita akan menikah," ucap Leonard yang duduk di sisi kasur dengan pistol yang sedang ia lihat isi pelurunya.

Camila terdiam seribu bahasa, ucapan Leonard seperti Perintah tetapi juga terkesan permintaan. Entah bagaimana Camila akan merespon, ia cukup kaget mendengar ucapan Leonard yang lagi lagi memutuskan sendiri tanpa bertanya apakah dirinya mau atau tidak.

"Aku tidak ingin ada bantahan, Persiapkan dirimu besok," perintah Leonard yang tak ingin di bantah.

Apa apaan maksud lelaki yang menculiknya ini tiba tiba mengajaknya menikah. Bagi Camila pernikahaan itu penting untuknya karna seumur hidup bukan sesaat saja seperti hubungan kekasih pada umumnya.

"Aku tidak mau!" Bantah Camila dengan suara yang berteriak.

Rahang Leonard mengeras terasa bahwa dirinya sedang menahan amarah. Baru saja perintahnya tidak di indahkan oleh wanita itu. Tanpa babibu Leonard mendekati Camila, menghimpitnya lalu mengeluarkan pistol kembali menondongkan pistol itu ke arah pinggang Camila.

"Aku tidak menerima penolakan," bisik Leonard tajam. Camila bergelidik ngeri mendengarnya belum lagi pistol Leonard menempel di pinggangnya.

Namun, tetap saja dengan segala keberanian Camila membantahnya, "Aku tidak mau! Pernikahanku untuk seumur hidup dan bukan kamu orangnya," bantah Camila lagi. Camila berani karna ia tahu pada akhirnya juga ia akan mati di tangan Leonard. Jika di biarkan saja Camila bisa tersiksa lebih lama sebelum mati, pikir Camila yang terus meraup-raup.

Leonard menekan pistol itu ke pinggang Camila, memberikan ancaman denga pistol yang isinya sudah siap dikeluarkan.

"Jadi kamu punya kekasih? Akan ku bunuh kekasih mu itu, dan juga jika kau masih membantah keluarga mu lah yang selanjutnya ku bunuh," lagi lagi Leonard mengancamnya dan kali ini keluarga Camila, ia hanya bisa diam dengan pasrah. Tak lama air mata Camila menetes.

Tetes demi tetes menghiasi wajah cantik Camila, tak lama tangannya yang menegang kini memukul pelan dada Leonard yang sedari tadi menghimpit tubuhnya, "Kenapa Gak adil buat aku," rengek Camila yang sudah lelah beradu dengan Leonard yang memutuskan sesuatu tanpa Camila inginkan.

Leonard memasukan pistol yang tadi ia todongkan kepada wanita cantik itu, Camila. Mendorong kasar Camila ke kasur membuatnya tubuh Camila tertidur agar dirinya dengan leluasa mencumbu Camila.

"Aku sangat mencintaimu sangat sangat mencintai mu jika kamu tidak mau menikah dengan ku akan ku bunuh seluruh keluarga mu," ancam Leonard kesekian kalinya di sela sela cumbuannya. Mana ada pria yang baru sekali bertemu dengan wanita dengan seenaknya bilang bahwa sangat mencintainya, kalau bukan hanya obsesi semata.

Camila mendorong tubuh Leonard yang sedari tadi menindihnya dengan berbagai cumbuannya, "Itu Hanya Obsesi mu semata!" Teriak Camila kesal. Percuma saja Camila mendorong Leonard ataupun meneriakinnya tenaganya tidak setimpal dengan tenaga Leonard jadi tidak ada pengaruh apa apa dengan Leonard. Dirinya masih di cumbu oleh Leonard, erangan demi erangan Camila lontarkan. Jejak demi jejak Leonard buat pada tubuh elok itu.

Leonard berhenti sejenak menatap mata Camila yang indah, "Aku beri waktu 1 tahun sampai kau mencintai ku, jika lewat 1 tahun kau belum mencintai ku, aku janji tidak akan menggangu mu lagi," Tawar Leonard. Jarang sekali Leonard memberikan penawaran bahkan ini pertama kalinya Leonard memberikan penawaran.

"Aku tidak ada waktu untuk mu, Bajingan," Teriak Camila lagi dan lagi dengan wajah kesalnya. Dirinya merasa seperti alat pemuas nafsu pria di depannya ini.

Not Deliberate (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang