EPS 17 - Cocok

51 4 1
                                    

"Kau satu-satunya yang kumiliki, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu."

~Leonard Colin

•~•~•~•~•~•~•

Malam itu, setelah hari yang melelahkan di kantor, Camila duduk di ruang tamu penthouse, menatap kosong ke arah jendela besar yang menghadap kota. Leonard baru saja tiba di rumah setelah menjalani hari yang panjang, dan suasana di antara mereka seperti biasa—hening, penuh ketegangan yang terselubung di balik rutinitas yang membosankan. Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda. Camila merasa bahwa dia harus menceritakan apa yang terjadi di kantor, terutama tentang ancaman Bianca yang mulai terasa mengganggu.

Leonard berjalan mendekat, melepaskan jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi sebelum duduk di sebelah Camila. Dia memperhatikannya dengan tatapan penuh perhitungan, seolah-olah dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganggu istrinya.

"Kau kelihatan cemas," ucap Leonard akhirnya, dengan nada rendah tapi tajam. "Apa yang terjadi di kantor?"

Camila menatap Leonard sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia tahu bahwa Leonard bisa sangat protektif, terutama ketika seseorang mencoba mengusik hal-hal yang ia anggap miliknya—termasuk Camila. Tapi di sisi lain, dia juga tahu bahwa Leonard bisa menjadi sangat keras dan tidak menyukai ketika masalah seperti ini dibahas, terutama jika itu menyangkut Bianca.

"Aku hanya ingin membicarakan sesuatu yang terjadi di kantor," jawab Camila hati-hati, mencoba memilih kata-katanya. "Tentang Bianca."

Leonard menegakkan tubuhnya sedikit, menatap Camila lebih serius sekarang. "Bianca?" tanyanya, suaranya kini terdengar lebih dingin. "Apa yang dia lakukan?"

Camila menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Sejak aku mulai bekerja, dia selalu memperlakukanku dengan cara yang... tidak menyenangkan. Dia cemburu, Leonard. Dia bahkan mengklaim bahwa dia adalah pacarmu dan mengancamku agar menjauh darimu."

Mata Leonard menyipit, tanda bahwa dia tidak menyukai apa yang baru saja didengarnya. "Bianca mengatakan itu padamu?" tanya Leonard, suaranya rendah tapi penuh bahaya.

Camila mengangguk, sedikit merasa tegang dengan reaksi Leonard yang mulai terlihat marah. "Ya, dia bilang bahwa kalian berdua punya hubungan spesial. Dan... aku tahu kau tidak akan seperti itu dengan dia. Tapi dia jelas tidak senang dengan kehadiranku. Dan sejujurnya, aku tidak peduli," lanjut Camila, mencoba untuk menjaga emosinya tetap stabil. "Jika kau memang ingin bersama Bianca, mungkin itu lebih baik."

Leonard tampak terkejut dengan kalimat terakhir itu. Matanya menatap Camila dengan intensitas yang mendalam, seolah-olah dia mencoba memahami mengapa istrinya mengatakan hal itu. "Apa maksudmu?" desis Leonard, nadanya lebih dingin daripada sebelumnya.

Camila menahan napas sejenak sebelum menjawab. "Leonard, mungkin lebih mudah kalau kita berpisah. Kau bersama Bianca, atau siapa pun yang kau inginkan, dan aku... aku bisa keluar dari situasi ini. Dari kendalimu."

Wajah Leonard mengeras, dan tiba-tiba suasana ruangan terasa jauh lebih dingin. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Camila dengan mata yang penuh kontrol. "Kau serius?" tanyanya dengan nada yang tajam. "Kau ingin aku bersama Bianca? Kau ingin melepaskan diriku seperti itu?"

Camila merasa dadanya sesak dengan ketegangan, tetapi dia tidak mundur. "Aku hanya merasa kau lebih cocok dengannya. Dia menginginkanmu, dan aku tidak pernah merasa cocok dalam hubungan ini. Lagipula, bukankah kau lebih ingin bersamanya?"

Leonard menggelengkan kepalanya, lalu tertawa kecil, meskipun tawa itu tidak menyenangkan. "Kau salah, Camila," katanya, suaranya mulai naik. "Bianca bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya salah satu pegawaiku. Jika dia berpikir ada sesuatu di antara kami, itu sepenuhnya imajinasi bodohnya. Dan aku tidak akan pernah melepaskanmu, terutama untuk seseorang seperti dia."

Camila menatap Leonard, kaget dengan respons tegasnya. Dia tahu Leonard bisa protektif, tapi dia tidak mengira reaksinya akan sekuat ini.

"Kau milikku, Camila," lanjut Leonard, nadanya semakin keras. "Jangan pernah berpikir kau bisa lepas dariku dengan alasan konyol seperti itu. Bianca tidak penting. Apa yang penting adalah kau tetap di sisiku, di mana aku bisa menjagamu dan memastikan tidak ada yang menyakitimu."

Camila merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Dia tidak menyangka Leonard akan bereaksi sekeras ini. "Tapi Leonard, kau tidak bisa terus seperti ini. Aku butuh kebebasan. Aku butuh ruang untuk bernapas, tanpa merasa terjebak di bawah kendalimu."

Leonard menatapnya dengan mata yang gelap, lalu berdiri dengan cepat, mendekat ke arah Camila. "Kebebasan?" tanyanya, suaranya penuh dengan ancaman yang terselubung. "Kau tidak tahu apa yang kau minta, Camila. Dunia ini berbahaya. Aku memilikimu karena aku ingin melindungimu. Dan aku tidak akan membiarkanmu lepas dari kendaliku. Kau adalah milikku, dan itu tidak akan berubah."

Camila menelan ludah, merasa bahwa dia telah membuka pintu ke sesuatu yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Leonard tidak akan pernah membiarkannya pergi, apalagi menyerahkannya pada wanita seperti Bianca. Meskipun Leonard tidak pernah kasar secara fisik, kontrol emosional yang ia terapkan begitu kuat, seperti jeratan yang tidak bisa dilonggarkan.

"Aku tidak ingin mendengar lagi soal Bianca," tegas Leonard. "Dan jangan pernah berpikir untuk memasangkanku dengan wanita lain. Kau satu-satunya yang kumiliki, dan aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Camila akhirnya hanya bisa mengangguk pelan, tahu bahwa dia tidak akan memenangkan perdebatan ini. Leonard memang sangat mencintainya, tapi cintanya datang dengan cara yang mengekang, membatasi setiap ruang kebebasan yang ia inginkan.

Malam itu, ketika Leonard pergi tidur, Camila duduk sendirian di tepi jendela, memandangi gemerlap kota di luar. Dia menyadari bahwa tidak peduli apa yang terjadi, Leonard tidak akan pernah membiarkannya bebas. Bianca mungkin bisa mengancamnya, tapi pada akhirnya, Leonard adalah yang mengendalikan semuanya. Dan tidak ada jalan keluar yang mudah dari penjara emosional ini.

🧳✨🧳✨🧳

Malam itu, di tengah keheningan penthouse yang megah namun dingin, keintiman yang sudah lama terabaikan perlahan menemukan jalannya kembali di antara Camila dan Leonard. Setelah percakapan mereka yang berat dan penuh ketegangan, perasaan yang mereka pendam mulai mencari ruang untuk dilepaskan, tetapi kali ini bukan melalui kata-kata, melainkan melalui kehangatan tubuh dan sentuhan yang berbicara lebih dari apa pun.

Camila masih duduk di tepi tempat tidur, ragu untuk bergabung dengan Leonard yang sudah berbaring di sana. Ketegangan masih terasa di udara, tetapi ada perasaan lain yang muncul dari bawah permukaan—sebuah keinginan untuk mendekat, meskipun hati mereka penuh dengan perasaan yang saling bertolak belakang.

Leonard, dengan tatapan lembut yang jarang dia tunjukkan, memanggilnya. "Camila, kemarilah."

Suara Leonard kali ini terdengar jauh lebih lembut dari sebelumnya. Tidak ada nada perintah, tidak ada kontrol atau paksaan, hanya undangan yang menenangkan. Tanpa berkata apa-apa, Camila akhirnya mendekat, merasakan debaran di dadanya yang semakin cepat. Dia duduk di samping Leonard, dan untuk beberapa saat, mereka hanya duduk dalam diam, menatap satu sama lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not Deliberate (+21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang