Aku melihat ke gedung yang ada di depanku dan pada saat yang sama aku mengeluarkan desahan frustrasi dari bibirku.
Hari ini aku telah bersusah payah dan telah melakukan banyak usaha untuk mencari pembeli.
Aku bahkan telah menempelkan iklan kertas di bagian belakang mobil setelah aku memperlihatkan hasil lukisanku kepada semua orang yang kemungkinan akan menjadi pembeli.
Tapi aku merasa sedikit kecewa dengan hasil yang aku dapatkan selama minggu ini karena tidak satupun dari mereka yang mau membeli lukisanku.
Namun aku mencoba untuk mengesampingkan perasaan itu, karena itu akan membuatku putus asa untuk terus mencoba.
Jadi segera setelah aku masuk ke dalam mobil, aku menelepon Alice untuk berbicara tentang bagaimana hariku, tetapi aku mencoba untuk tetap positif.
"Tapi tidak apa-apa," kataku. "Aku akan mencoba besok dan aku yakin semuanya akan lebih baik."
"Aku tidak percaya mereka ingin membayar lukisanmu dengan harga lebih murah dari yang kamu tawarkan,"
kata Alice di ujung telepon, dan dari apa yang aku dengar, dia tampaknya sedang sibuk, karena sesekali Alice menutup mikrofon telpon saat dia berbicara sesuatu dengan seseorang yang ada di tempat dia bekerja.
Sulit untuk memahami apa yang sebenarnya sedang mereka komunikasikan tapi aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri untuk mengungkapnya.
"Lain kali, jangan buang waktu terlalu banyak untuk mereka yang kurang menghargai lukisanmu... karena aku yakin akan ada orang lain yang akan lebih menghargai pekerjaanmu."
"Baik," kataku dengan samar.
Jujur saja aku sudah kehilangan harapan, bahkan aku ingin menyerah untuk mencoba mempertahankan kepositifan.
"Aku akan melupakan apa yang terjadi hari ini..." kataku seraya memaksakan diri untuk tersenyum saat berkendara menuju rumah kami. "Aku akan membuat sesuatu yang spesial untuk kita berdua malam ini dan aku harap kamu tidak melupakan anggur yang aku katakan."
"Sudahku beli." kata Alice dan aku bisa merasakan dia tersenyum di ujung telepon. "Apa yang akan kamu buat Honey?"
"Ini akan menjadi kejutan." Kataku tersenyum lagi. "Walaupun sebenarnya aku belum memutuskan." Aku tertawa sendiri. "Tapi aku akan membuat sesuatu yang enak agar kita bisa makan dengan senang, dan jika masakanku tidak enak, kamu harus berpura-pura menikmatinya oke?"
Alice mengangguk sambil tertawa dan setelah itu dia mengatakan kepadaku jika dia ada sedikit urusan sehingga dia harus tinggal di kantor sedikit lebih lama.
Aku mengangguk dan memahami pekerjaannya, tetapi aku tiba-tiba terganggu oleh sebuah Petshop yang menyediakan anak kucing untuk diadopsi.
Aku menghentikan mobilku ketika aku melihat ada satu anak kucing yang menarik perhatianku.
Matanya yang kecil, bulat dan bersinar. menatap mobil-mobil yang lewat di sepanjang jalan dengan rasa ingin tahu.
Ukuran tubuhnya yang mungil memberitahuku bahwa kucing itu masih sangat muda dan masih sangat kecil.
Ketika Alice selesai membungkam obrolan di ujung telepon, aku akhirnya berkata.
"Suatu hari nanti, aku sangat ingin mengadopsi anak kucing bersamamu."
Alice terkekeh di ujung telepon.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba berbicara seperti itu hmm?"
Aku tertawa ringan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU LIE TO ME (GXG)
FanfictionJennie Rubyjane dan Alice Bruschweiler telah menikah selama sekitar 6 tahun. Mereka menjalani kehidupan yang sederhana dan damai di lingkungan yang tenang di kota Gwangju, Korea Selatan. Keinginan terbesar dari pasangan itu adalah mengadopsi anak...