Keringat Radit bercucuran banyak sekali. Kegiatan push up hingga 100 hitungan –itupun mati-matian dia paksakan karena terus-menerus mendapat tekanan dari Adam--, telah menguras banyak sekali energinya. Kepala Radit rasanya sudah kliyengan. Kalaupun dia pingsan di tempat, Adam sepertinya gak bakalan peduli. Malah justru akan memarahi dengan gaya khas teriakannya yang tak hanya membisingkan telinga namun juga menyentak alam bawah sadarnya. Radit siap untuk lebih menderita.
"Bangun, bangun!"
Adam bertepuk tangan, memanggil Radit agar segera bangkit. Radit yang matanya tadi sempat memejam saat hitungan ke-100 sudah selesai, terpaksa harus kembali membuka matanya lebar-lebar. Suara Adam kembali memberikan efek 'menakutkan' yang harus dipatuhi.
Mengerahkan seluruh tenaga, Radit berusaha bangkit. Dia agak kesulitan menopang tubuhnya berdiri, hingga tubuhnya hampir terjatuh namun refleks Adam berhasil menangkapnya. Radit terjatuh dengan tertahan oleh dua tangan Adam, sedangkan kepalanya nemplok di dada Adam. Aroma gaharu dan jantan yang berpadu itu masih menguar tajam, bahkan dalam jarak sedekat ini, Radit bisa menghidunya lebih leluasa. Semua aroma pekat itu memenuhi penciumannya. Radit makin mabok.
Seolah energi disedot habis dari tubuhnya, Radit memasrahkan tubuhnya di tangkapan Adam. Tubuhnya terasa benar-benar lemas kini. Dia tak mengharapkan apapun selain bisa segera istirahat. Kepala Radit bahkan seolah sengaja, makin menempel lekat di dada Adam, berharap tubuh itu berubah jadi kasur paling empuk yang bisa dipakainya untuk tidur sekarang juga. Radit lupa dia sedang berurusan dengan siapa.
"Heh, ngapain kamu! Awas!"
Adam mendorong keras tubuh Radit menjauh darinya. Namun Radit malah lebih berusaha dan lebih keras kepala kali ini. Dia menguatkan pijakannya di tanah dan makin membenamkan kepalanya di dada Adam dengan mata yang masih terpejam. Menutupi rasa takutnya terhadap sosok yang kini jadi tempat bersandarnya.
"Dit ... kamu apa-apaan?!"
Radit sama sekali tak menggubris. Dia tetap bersikukuh nemplok seperti cicak-cicak di dinding, dan bahkan tangan Radit gak tahu kenapa diam-diam merayap. Dia menyentuh dada besar Adam dengan satu tangannya. Sepertinya Radit kehilangan akal sehatnya. Tangan itu bahkan meremas dada Adam dan mencubit putingnya gemas. Seperti dada perempuan, montok banget ini. Radit seolah mabuk kepayang karena aroma Adam yang sangat dekat dan masuk ke indera penciumannya. Lidahnya bahkan sekarang terjulur, menyentuh saraf-saraf sensitif di puting Adam yang mengacung menantang. Ah, bahkan puting Adam terasa sangat lezat seperti aromanya.
"KAMU NGAPAIN, RADIT?!"
Kehilangan penguasaan diri, tubuh Radit berakhir jatuh berdebum. Adam mendorongnya sangat keras karena emosi.
"Kurang ajar kamu! Ngapain kamu tadi, hah?!"
Radit menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha meraih kesadarannya kembali. Dalam beberapa detik yang singkat sebelumnya, seolah ada sesuatu yang merasuki Radit hingga bertindak sesuatu yang seharusnya tidak pernah dilakukannya.
"Jawab, Dit! Kamu ngapain?! Saya laporkan kamu ke polisi sekarang ya!"
Adam berbalik hendak meninggalkan Radit, sampai akhirnya langkah kakinya itu dicegat oleh pelukan Radit di pergelangan kaki kiri Adam.
"Ngapain kamu? Lepas!"
Adam menendang-nendangkan kakinya, berusaha melepaskan pegangan Radit. Namun cengkeraman Radit terasa sangat kuat. Radit mengerahkan sepenuh energinya karena dilanda ketakutan.
"A-ampun Pak. Sa-saya gak tahu kenapa saya melakukannya. Ampun Pak!"
"Gak tahu kamu bilang? Dalam kasus tadi, kamu bisa dijerat dengan dakwaan pelecehan seksual paling lama 5 tahun penjara. Mau kamu dipenjara, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Beristri
Short StoryDia gak pernah bisa berkutik lagi setelah bagian paling sensitif dari tubuhnya tak sengaja tersentuh.