Jo, pulang nanti mampir ke minimarket depan sekolahmu ya. Nanti Ibu kirim list yang harus kamu beli.
Kalau bukan karena Ibu mana mungkin Jojo tahu di depan sekolah ada minimarket. Jojo menghela nafas pendek. Ia sebenarnya malas, ia lelah dan inginlangsung pulang ke rumah. Tapi, Jojo bukan tipikal anak yang membangkang, terlebih itu pada Ibunya.
Lelaki itu mendorong pintu kaca minimarket perlahan. Dia baru saja membuka ponsel untuk membaca list barang dan makanan yang harus ia beli, ketika ekor matanya menangkap seseorang yang mencurigakan berdiri di pojok rak.
Jojo perlu menyimpitkan mata untuk mengenali tag yang ada di pundak kiri seorang gadis berambut sebahu. Penampilannya terlihat asing. Roknya yang terlalu pendek dan baju seragamnya pun sangat ketat.
Jojo mungkin tidak akan memperhatikannya kalau gadis itu tidak berusaha memasukkan sebungkus makanan ringan ke dalam ransel hitamnya. Mata Jojo otomatis mencari kamera CCTV yang biasanya ada di langit-langit, tapi kali ini ia tidak menemukannya. Sementara iru si gadis sudah menyelesaikan aksinya.
Jantung Jojo berdegub kencang. Jojo berjalan ke arahnya, tangannya dengan refleks mencekal pergelangan tangannya. Si gadis menoleh terkejut, begitupun Jojo.
Ingat ketika Jojo tersesat di sebuah gang kecil? dan melihat seorang gadis di seret masuk oleh seorang lelaki ke sebuah rumah ksosng? Gadis itu ada di hadapan Jojo. Saat itu Jojo memang tidak bisa mengenali lelakinya, tapi Jojo jelas ingat dan melihat dengan jelas wajah gadis itu.
"Apaan sih!!" hardik si gadis.
Jojo segera sadar dan melepas cengkramanya. Dia berusaha mengungkapkan pikirannya kedalam kata-kata tapi rasanya sulit. Jadi tanpa bicara apapun, Jojo menarik tas milik si gadis, membawanya ke kasir lalu tanpa berfikir panjang ia membayar semua makanan yang gadis itu masukkan.
Jojo berbalik dan melihat gadis itu berdiri di luar minimarket. Jojo keluar untuk menyerahkan tas milik si gadis.
"Jangan lakuin hal kayak gitu lagi." ucapan Jojo di balas kekehan sarkas gadis itu.
Tawa gadis itu terhenti ketika menyadari sesauatu. Alisnya terangkat sambil berkata, "Lo mungkin belum tahu siapa gue, tapi lo boleh tanya sama siapa aja di sekolah."ancamnya. "Jangan pernah muncul lagi di hadapan gue."
Gadis itu berlalu dari sana. Tanpa fikir panjang, Jojo pun ikut melangkah mengikuti gadis itu. Ia mengikuti dengan pelan, dan tidak terlalu dekat dengan gadis itu.
Mereka berbelok di persimpangan jalan, lalu belok ke sebuah jalan yang lebih kecil. Langkah Jojo terhenti ketika langkah gadis itu terhenti. Jojo menahan nafas ketika gadis itu menoleh pada sebuah gang, lalu kembali melangkah cepat.
Jantung Jojo semakin berdegub. Ternyata gang itu adalah yang kemarin ia lewati. Tapi siapa gadis itu?
****
Di luar hujan deras. Disertai angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar. Sejak berjam-jam yang lalu, lampu kamar sudah di padamkan. Hanya menyisakan lampu kemuning yang di biarkan menyala di tangah-tenagh tembok. Sejak Nana menarik selimut, matanya masih tidak di gerayangi kantuk. Padahal jam menunjukkan pukul sebelas.
Dari tempatnya berbaring, Nana bisa lihat pantulan cahaya kilat dari kejauhan. Suara rintk hujan di atas genting dan gesekan ranting di luar rumah, lebih mendominasi. Dan Nana benci ini. Ia benci kesepian, ia benci perasaan tak karuan yang sedang mederap benaknnya.
Ada kalanya Nana merasa kosong, dan merasa sendiri. Ingatan tentang Bapak membuatnya meneteskan air mata.Ia rindu setengah mati. Tidak bisa di pungkiri, bahwa Nana merasa bebas ketika Bapak pergi, tapi bukan berarti ia senang Bapak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze.
Teen Fiction"Tidak memiliki rasa takut, bukan berarti pemberani."-Jojo "Gak apa-apa kalo lo gak ngerasa sempurna. Di dunia yang terlihat sempurna ini, selalu ada keping-keping yang hilang, yang hanya bisa lo temukan ketika lo mampu menerima."-Nana