Menjadi dewasa seringkali harus selalu bisa melepaskan, entah itu mimpi, cinta, teman, sahabat, juga masa remaja. Terkadang sulit untuk mempertahankan hal-hal yang kita anggap benar, karena tidak adanya keberanian untuk mengambil langkah. Setelah dewasa, kita cenderung menjadi lebih sering mendengarkan, tidak egois, dan selalu butuh saran dari orang-orang. Karena beranjak dewasa adalah masa yang pertama kali di coba, jadi masih terlalu tabu untuk berani mengambil keputusan, yang terkadang kita tidak sadar bahwa ternyata kita terlalu membiarkan orang-orang mengambil hak atas hidup kita.
Bima ingat, bagaimana dirinya yang selalu mengiyakan, ketika kakak tertuanya mengharuskannya untuk jadi ini, untuk jadi itu, atau harus begini harus begitu. Yang semakin hari ke hari membuat Bima merasa tercekik. Ya, karena rasanya semua itu harus selalu bisa ia kabulkan. Bima sama sekali tidak di beri pilihan apapun, karena ia merasa bahwa kakaknya telah melewati banyak hal, jadi menurutnya Mbak Doti punya pengalaman lebih banyak darinya. Tapi pengalaman tidak bisa sepenuhnya di jadikan peta untuk menelisik tujuan. Karena yang terjadi pada setiap manusia itu berbeda-beda.
Semakin kesini, Bima merasakan bahwa ternyata apa yang di jalaninya, bukanlah hal yang ia inginkan. Masa mudanya terlalu di perbudak oleh harapan keluarga. Mulai dari nantinya harus jadi apa, lalu jurusan kuliah, setelah lulus harus kerja dimana, dan sekarang kakaknya itu tiba-tiba memperkenalkannya dengan teman sekantornya di jepang. Setelah sampai di rumah, kakanya itu sekonyong-konyong datang ke kamarnya menyodorkan foto seorang gadis sambil berkata, "Ini teman kakak, dia anak baik, seumuran denganmu tapi sudah melanjutkan S2 di jepang. Hebatkan?" yang hanya di balas tatapan bingung olehnya. "Besok dia sampai di jakarta, kakak ingin mengenalkanmu padanya." lalu perempuan itu pergi setelah mengusap kepala Bima seperti anak kecil yang penurut.
Diam-diam Bima berdoa agar Nana tidak menjadi seperti dirinya. Adiknya itu selalu di paksa untuk belajar agar hidupnya sempurna. Katanya, Masadepan adalah milik dari orang-orang yang ingin belajar. Bima tidak menganggap kalimat itu salah, tapi bagaimana orang-orang di rumahnya menggunakan kalimat itu untuk terus mengejar nilai akademis. Padahal masadepan bukanlah suatu hal yang di hitung dari nilai rapor, yang jika nilaimu bagus maka kamu akan memiliki masadepan yang cerah.
Ya, andaisaja orisinalitas adalah hal yang lazim, tentu ia dan Nana bukan aberasi dalam perputaran kehidupan ini. Ah, diam-diam Bima mengutuk keluarganya, kecuali Bapak, pria itu sudah sangat tenang di alam sana. Kalau bukan karena ia berusaha menjaga hati orang lain, ia mungkin akan lebih berani untuk berkata tidak, tapi Bima belum cukup berani untuk itu, lagi-lagi Bima merutuk dalam hati.
Bima menghela nafas. menyandarkan pundaknya ke sandaran kursi. Rumah ini tidak terlalu kecil, tapi sangat terasa sesak. Di rumah ini, ia bahklan tidak di beri kesempatan untuk berperasaan. Ia sudah jatuh hati, pada Malasari, gadis yang sekarang berprofesi sebagai dokter gigi di salah satu rumah sakit swasta di jakarta. Gadis yang mampu membuatnya terasa hidup, yang pertama kali menyadarkannya bahwa selama ini hidupnya terlalu di kendalikan oleh orang lain, yang ternyata kebebasan yang selama ini ia rasakan sebenarnya tidak pernah ada.
Dimatanya, Malasari adalah gadis yang sederhana, filosofis, dan mudah terbaca. Gadis itu memiliki tubuh mungil, yang matanya berbentuk spasi ketika tersenyum karena saking sipitnya, juga romannya yang puitih pucat, yang akan terlihat bersemu merah jika sedang merasa malu. Saat itu, setelah kepulangannya dari kesibukan masing-masing, keduanya mampir ke sebuah warteg di persimpangan jalan soekarno hatta. Bima tidak terlalu ingat awal dari percakapannya, tapi gadis itu tiba-tiba berkata "Bim, arti dari kata manusia jika di jelajahi lebih jauh adalah memiliki kualitas kemanusiaan, yang berarti kita tidak boleh acuh pada orang lain. Tapi kamu tahu apa yang membedakan manusia dengan makhluk lain?" Saat itu Bima hanya menggeleng polos, lalu setelah meneguk minumannya, ia kembali berkata. "Manusia harus lebih memanusiakan dirinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze.
Teen Fiction"Tidak memiliki rasa takut, bukan berarti pemberani."-Jojo "Gak apa-apa kalo lo gak ngerasa sempurna. Di dunia yang terlihat sempurna ini, selalu ada keping-keping yang hilang, yang hanya bisa lo temukan ketika lo mampu menerima."-Nana