Yang wajar ternyata nyakitin

4 1 0
                                    

Kepulan asap, berenang-renang di udara. Membentuk lipatan panjang yang terputus tanpa jeda. Meresapi nikotin yang mengaliri pernapasan untuk sekedar memberi tenang. Seakan yang terbakar disana bukan hanya sebatang rokok, tapi masalah yang tidak berhenti bertubi-tubi merenggangi diri.

Sedang diri masih terdiam di tempat, tapi pikirnya berlarian mundur pada kejadian kemarin, dimana ia melihat ibunya keluar dari perusahaan mendianh Ayahnya yang kini di urusi oleh Pak Hasby--orang kepercayaan Ayahnya yang sudah ia anggap paman sendiri. Ketika Junior bertanya, informasi yang ia dapat, adalah sang Ibu yang menanyakan keberadaanya, yang entah mengapa malah menambah sesak di dada. Awalnya ia senang, karena ternyata ibunya masih teringat padanya, tapi jauh dari itu, perasaan benci lebih menyeruak bebas di benaknya, mengenyam pertanyaan sesak yang hanya menambah runyam di kepala. Ia tidak menyangka, ternyata setiap inci saraf-sarafnya menyetrum dendam yang semakin hari kian kuat dan mengakar sampai nadi. Rasanya, ia tidak bisa sedikit rasional tentang apapun yang berkaitan dengan ibu. Mengapa baru sekarang ibu mencarinya? kenapa hanya ia yang ditinggal? seharusnya ibu meninggalkan adiknya juga, agar rasa menyakitkan ini sama di rasa juga oleh keduanya. Ibu tidak adil, dunia ini tidak pernah adil padanya.

Tangannya meramas kuat rokok yang baru ia keluarkan dari kotak. Meleburkannya menjadi hancur dalam keping paling kecil, seakan ia sednag meremas dunia dalam genggamannya dengan penuh berbagai emosi. Bako yang semula terbalut kertas putih yang menggulungnya, kian saling berjatuhan lalu terbawa angin. Junior tidak ingat, berapa banyak rokok yang dia hisap, yang pasti keberadaanya di rooftop sekolah sudah setengah jam berada disana. Berniat mencari tenang yang entah ada dimana tempatnya, tapi ternyata, tidak perduli sebarapa hening, seberapa sejuk tempat yang ia singgahi, tenang tidak mungkin merayap di benaknya, sebab yang dibawa kemana kemana adalah isi kepala yang kian penuh dan berisik.

Ia menghela nafas, memasukkan kedua tanganya kedalam saku, berniat berbalik untuk kembali ke ruang kelas. Tapi sebelum hastanya membelah jejak, seseorang berdiri tepat dua langkah di depannya, membuat Junior sedikit terkejut. "Ngagetin aja lo." kesalnya pada sang empu. Nana hanya berdiam dengan satu alis naik, merasa heran atas respon lelaki itu yang ceroboh. Lalu melangkah melewati Junior, berdiri di samping lelaki itu.

"Tenyata ini masih jadi tempat favorit lo kalau lagi bolos, ya."

Junior kembali berbalik, menikmati bagaimana angin dengan lihat melambai pada epidermisnya, ditatapi langit yang kian waktu mengumpulkan awan mendung, angin membawanya entah akan kemana. Lalu pandangannya jatuh pada roman Nana. Ia bisa lihat ada tahi lalat kecil di sekitar tengkuknya, ketika gadis itu mengikat rambutnya asal. "Lo tahu apa aja tentang gue?" tanya Junior yang sedikit termengu atas pernyataan yang menunjukan bahwa Nana terlalu banyak tahu tentang nya.

"Cuman itu yang gue inget." bohong, tentu saja dia masih menyimpan banyak ingatan di dalam kepala tentang lelaki itu. Tentang Junior yang alergi kacang, tentang tempat ini sebagai tempat dari bagian sekolahnya yang lelaki itu suka, lelaki itu tidak suka hujan, pemarah, tidak suka bawang daun, dan suka wangi vanila. Ia tahu semua itu, tentu saja. Sebab lelaki itu dulu menempati tempat paling sepesial di hatinya--sebelum kejadian dikantin waktu itu.

Junior hanya mangut-mangut tanpa menimpali. Ia mengernyit ketika penciumannya mebaui wangi gadis itu. Ia menoleh, lantas bertanya, "Lo ganti parfum?" seingatnya Nana selalu memaki wewangian beraroma vanila, wangi yang ia suka. Jadi ia sedikit terganggu akan yang satu itu.

"hm" jawabnya acuh. Seakan guratan tidak percaya di wajah Junior bukanlah apa-apa. Ia memang mengganti wangi parfum nya, tapi bukan karena ia sudah tidak menyukai Junior--meski ia rasa perasannya sudah melebur sedikit demi sedikit. Tapi karena parfumnya habis dan ia memaki parfum mama. "Kenapa emangnya?" ia menoleh, menemui garis pandang dengan Junior, yang kemudian terlihat gelagapan, memutus pandang dari Nana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Maze.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang