Yuni memarahinya seharian. Walaupun Nana terlihat acuh. Tapi tetap saja, omelan Yuni membuatnya kesal. Nana menghela nafas kesal. Ia berbalik menatap gadis itu.
"Hei! gue cuma bolos selama dua mata pelajaran ya!"
Gadis itu menggerutu lagi,"Cuma? kalau nyokap lo tahu gimana? nanti gue juga yang di omelin. Lagian lo ngapain si Na nemenin cowok aneh itu?"
Entah kenapa, Nana merasa tidak suka dengan panggilan Yuni pada Jojo. Cowok aneh? apanya yang aneh? hanya karena anak itu jarang berekspresi, mereka menyebutnya aneh? Nana rasa mereka semua yang aneh.
"Dia gak aneh!" hardik nya.
Lalu Nana kembali melangkah meninggalkan Yuni di belakangnya y7ang masih berbicara panjang lebar. Saat itu Nana tidak terlalu mendengarkan, ia lebih memilih menatap lelaki yang sedang duduk sambil menatap ponselnya.
"Jo!"
Lelaki itu menoleh. Nana melangkah ke hadapannya. Yuni masih disana, memperhatikan keduanya.
"Hp lo kenapa?"
Benda pipih itu hancur. Layar nya retak, seperti seudah di injak. Nana menghela nafas. Di ambilnya ponsel itu. Menilik ponsel itu di setiap sudut, lalu ia menoleh menatap lelaki itu.
"Mereka lagi?"
Lelaki itu hanya mengangguk.
"Terus gimana? mau di benerin aja?" .
"Emang bisa?" tanyanya.
"Bisa!" Nana berdiri, lalu menarik lelaki itu untuk beranjk dari sana. "Ayok."
Yuni masih terdiam di tempatnya. Bahkan ketika kedua orang itu tidak terlihat, Yuni masih diam. Sedikit tidak percaya, bahwa yang tadi dia lihat adalah Nana, sahabatnya. Walaupun aneh, dia tidak menghentikan atau mengikuti sahabatnya itu.
***
"Kenapa gak beli yang baru aja?"
Keduanya berbelok di persimpangna. Memasuki jalan kecil yang lumayan jauh dari jalan raya. Jojo menoleh dan mendapati gadis itu tengan tersenyum. Ia menyadari bahwa menatap gadis itu bisa membuatnya merasakan debaran. Debaran yang belum ia rasakan. Akhir-akhir ini Jojo memang sudah bisa merasakan emosi itu, tapi ia tidak bisa bereaksi apapun. Dan mungkin itu yang membuatnya kesulitan memahami. Apakah gadis itu sedang senang? atau memang karena dia suka tersenyum? Jojo tidak tahu.
"Itu hadiah dari Ibu." Jawab Jojo.
Nana mengangguk. Ia tersenyum saat melihat pria bertubuh gembul sedang berjongkok sambil memberi makan burung. Nana sedikit berlari sambil menarik Jojo.
"Paman Han."
Seseorang yang di panggil paman oleh Nana, tersenyum saat melihat gadis itu berlari ke arahnya. Paman Han itu dulu tetangga Nana. Dia sangat pintar memperbaiki benda elektronik. Rumah yang sekarang ia tempati tidak terlalu jauh dari sekolah Nana.
Jadi disinilah mereka sekarang. Duduk di dalam rumah sambil memperhatikan pria itu memperbaiki ponsel Jojo.
"Sekarang kelas berapa Na?"
Nana menelan pisang goreng buatan Bu Yanti--istri paman Han--lalu ia meneguk habis teh hangat di depannya. Membuat Paman Han terkekeh.
"Kelas tiga SMA."
"Wahh, udah gede ya? udah punya pacar ni kayaknya." Ucapnya sambil melirik sekilas Jojo yang diam seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze.
Teen Fiction"Tidak memiliki rasa takut, bukan berarti pemberani."-Jojo "Gak apa-apa kalo lo gak ngerasa sempurna. Di dunia yang terlihat sempurna ini, selalu ada keping-keping yang hilang, yang hanya bisa lo temukan ketika lo mampu menerima."-Nana