Karina menatap istrinya yang sedari tadi seperti memikirkan sesuatu, atau lebih tepatnya baru kali ini Karina melihat Winanta seperti itu ,dengan alis yang menukik ke bawah, bahkan kopi yang sengaja ia buat sudah dingin, Karina segera membereskan berkas berkas yang baru selesai ia kerjakan.
"Sayang? What wrong with you?" Winanta tersentak ketika Karina memeluknya dari samping.
"Hmm Vanya... " Karina memberengut ketika nama Vanya di ucapkan oleh mulut mungil itu.
"Apa?" Ucap Winanta seakan menatap Karina dengan menantang.
"Ayolah jangan panggil dengan nama itu" winanta menyipitkan matanya menyelidik, penasaran kenapa istrinya ini sering protes ketika ia menyebut nama belakang nya .
"Hanya saja terdengar aneh" Karina menampikan gigi putihnya ,matanya menyipit ,sedangkan winanta hanya merotasikan matanya.
"Kan emang namamu Karina Dhitya Lavanya kok,protes berarti ga berterima kasih sama papah " ucap Winanta sambil menyeruput kopi dinginnya.
"Suka banget ngedinginin kopi " ucap Karina mengangkat alisnya.
"Karina..." Ucap Winanta membuat wanita berambut hitam legam itu menatap istrinya.
"Ada apa sayang? "Karina menangkap air mata milik winanta.
"Hey??? What wrong ? Tell me??? "
"Mimpi itu datang lagi ... Mimpi yang sama tiap hari ... " Ucap Winanta membuat Karina menelengkan kepalanya ,menghela nafasnya perlahan.
"Ah? Mimpi perang perangan lagi?? " Karina semakin mengeratkan pelukannya.
"Seperti kejadian nyata, bahkan biasanya orang yang bermimpi ga bakal mengingat semua rentetan kejadian dengan detail kan? "
Karina melingkarkan tangannya ke pinggang winanta menatap wajahnya ,kemudian ia mengingat bagaimana rekannya memberi tahu nya.
Cynder pernah berkata ingatan palsu tidak akan membuat takdir berubah, mungkin trauma nya akan datang suatu saat nanti. Awalnya Karina yakin bahwa keputusan nya akan berjalan normal, namun sekarang dia tidak yakin apakah winanta bisa menerima kenyataan bahwa karena karina dia kehilangan seluruh anggota keluarga nya.
"Winter? " Ucap Karina membuat winanta melepaskan pelukannya,nama itu terasa tidak asing .
"Winter?" Ucap Karina lagi, istrinya mengerutkan keningnya ia berharap Karina tidak mengatakan apa yang selalu ia mimpikan.
"This is me, Chaterine axelton"
Winanta meneteskan bulir air matanya lagi,dan terisak, seperti mendengar genderang yang keras, winanta tersentak sedikit memundurkan dirinya
"Maaf..., Aku ga bisa kendaliin semuanya " Karina menunduk ,menggigit bibirnya takut bahwa winter nya akan memarahinya.
"Jadi mimpi itu nyata ya?jadi benar bahwa aku bukan manusia? Dan semuanya mati karena aku? " Ucap Winanta termenung.
Karina mengangguk,kemudian merasakan genggaman tangan dari winter nya
"Kenapa kamu melakukan sampai sejauh ini" Ucap Winanta sambil menyeka air matanya sendiri.
"Maaf.. aku ga bisa lindungin semuanya" ucap Karina masih menunduk.
"Membuat sekenario seolah kita adalah orang asing... Dan mimpi itu selalu Dateng ,kamu ngebiarin aku ngalamin itu Karina"
"Maaf winter, aku ga Ingin kamu sedih ..."
"Gak , kamu tahu ? Aku udah siap dengan semuanya, aku tahu soul power saja udah ga punya, bahkan aku siap dengan semuanya aku siap kehilangan nyawaku sendiri Karina, tapi .... Kamu tahu apa yang ga bikin aku siap? "
Karina menggeleng,ia tidak tahu apa yang ada di fikiran winternya sekarang, nada suaranya terdengar rendah dengan penuh penekanan,membuatnya semakin merutuki keputusannya.
"Aku ga siap kalau kehilangan seluruh ingatanku, apalagi tentang kita,dan aku harus kehilanganmu untuk 5 tahun lebih?, "
"Kamu ga adil kalau bilang gitu winter,disini aku juga gasiap kehilanganmu,Ini pilihan satu satunya winter..." ucap Karina menghela nafas
"Kalau aku di beri hidup lagi aku ingin mengingatmu dan hidup di sampingmu sampai akhir nafasku" ucap winter merunduk menatap Karina yang kini menahan isaknya.
"Aku ga ingin ingatan ku di hapus Karina.... Gak ingin...tapi kamu ngehapusnya... Semuanya berharga untukku karina.
"Maaf ...aku ..."
"Oke ... Aku akan mencoba ngerti apa yang kamu pikirkan waktu itu ,aku tahu seorang gilgamesh juga punya banyak keputusan berat" ucap winter memeluk Karina,menghirup aroma petrichor milik Karina, winter selalu nyaman .
Karina mengerjapkan matanya ketika bajunya ditarik -tarik."Aunty.... " Ucap polos anak kecil berusia 5 tahun , bagus Karina melupakan fakta bahwa Risa keponakan nya dititipkan padanya.
"Salah banget sih ,harusnya Gisella yang jagain anak ini" ucap Karina membuat winter terkikik .
"Aunty Wina habis nangis??? Huh?! Bilang aja nanti kak Ayin biar Risa tinju"
"Gapapa lah Karin.. itung itung latihan jaga anak sendiri" Karina menggeram berpura pura ingin menerjang Risa.
"Aaa ..kak Karin jahat!!! " Bocah berusia 5 tahun itu memeluk perut Winanta,membuat Karina terkekeh lalu menggelengkan kepalanya.
"Beneran ? Ga mau eskrim? Atau naik bom bom car? " Risa mengangkat alisnya menatap Karina tanda tertarik dengan tawaran perempuan berambut merah darah itu.
"Mau tidak? " Risa hanya mengangguk tanda jawabannya
"Kiss dulu deh kalau gitu" winanta
"Modus banget "
"Oh kamu mau juga kah ?? Bagus pipi kiri Risa pipi kanan aunty Wina gimana? Kita ke ke playzone deh "
"Aunty Wina.. mau ya.. pengen naik Bombom cal"
"Oke deh... Demi Risa loh ini ,jangan gr"
"Bomat lah yang penting kiss" ucap Karina tersenyum dorky,setelah keduanya mendekat untuk mencium pipinya.
"Oke! Ayo pergi Kak! "
"Sekarang? "
"Kamu udah janjiin loh ga boleh ada alasan "
"Tapi? " Karina melirik meja kerjanya.
"Aku bisa bantu nanti " ucap Winanta sambil merotasikan bola matanya
"Oke ada jatah juga ga? " Ucap Karina membuat winanta mencubit perut Karina .
"Let's go sebelum kesempatan mu habis"
_END_
KAMU SEDANG MEMBACA
MY Hybrid Boss | LONG SHOT AU
Fiksi PenggemarIni adalah narasi dari AU aku di Twitter flowersugar0