Kamar di sana tidak seluas kamar pribadinya namun kemewahan tentu saja menyeluruh dalam setiap sudutnya. Dengan lampu utama yang sengaja dimatikan menyisakan dua lampu di atas nakas yang berdiri di kedua sisi ranjang.
Akibat dari gerakan yang cukup brutal, sebuah ranjang besar pun ikut berderit disertai suara tertahan antara desah nikmat dan sakit yang dirasakan oleh seorang wanita.
Wanita yang terlentang di atas ranjang dengan keadaan tanpa busana sehelai pun itu sangat terlihat kewalahan dalam menyeimbangi stamina lelaki tampan bagai perwujudan dewa yang tengah menghujaminya tanpa ampun.
Mulutnya terpaksa dibungkam dengan sehelai kain agar desahannya tidak dapat didengar oleh Oliver yang selalu murka bila ia mendesah dan tamparan keras lah yang akan wanita itu dapatkan di pipinya bahkan bagian sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah. Matanya yang sembab karena beberapa kali netra cokelat itu menciptakan tangis kesakitan juga kenikmatan yang tak bisa dijelaskan oleh banyak kata.
"Hahh... Ternyata lubang mu sempit juga." Desau Oliver. Menekan perut rata wanita itu yang merasa sesak nafas karena ulahnya.
Oliver menyeringai dingin dan puas karena wanita itu sudah menikmati setiap perlakuan kasarnya berbeda saat beberapa jam yang lalu sedikit memberontak juga memilih kabur.
"Ehmmm.. emmhh.." sungguh wanita berambut sebahu itu merasa kesulitan untuk memprotes. Kedua tangannya terborgol kuat tanpa celah agar bisa lepas.
Bagian bawahnya amat sangat linu dan perih karena Oliver bermain kasar tapi apa boleh buat? Ini adalah pekerjaannya sebagai pelacur yang harus menerima perlakuan para pria berdompet tebal yang sudah membayarnya mahal.
Tiga jam sudah dirinya dibuat lelah tanpa ampun hingga akhirnya pria itu berhenti dan lekas pergi ke kamar mandi begitu saja tanpa memperdulikan wanita jalang yang menangis tertahan dalam keadaan yang sangat kacau dan tak mampu untuk bergerak barang sedikit pun.
Oliver sudah melakukan kekerasan seksual padanya untuk kepuasan nafsu birahinya apalagi ia dalam keadaan marah karena tidak berhasil menyetubuhi Violetta. Sial!
Jika sudah seperti itu, maka Oliver akan menyuruh orang-orangnya untuk membantu sang pelacur agar lekas pergi dari tempat kediamannya. Beruntung kali ini ia meniduri jalang di mansion nya karena akan ada pelayan wanita yang memasangkan pakaiannya serta membantunya berjalan.
Lain halnya jika itu dilakukan di hotel tempatnya menginap atau tempatnya yang lain, pastinya pengawal pribadinya lah yang bertugas menyingkirkan setiap jalang yang kerap tak sadarkan diri di ranjangnya.
Karena bagi Oliver pantang menginap dalam selimut yang sama dengan wanita mana pun. Untuk itu lah, Oliver tidak pernah lupa memberi intrupsi pada mereka jika sudah selesai menyalurkan hasrat biologisnya pada wanita bayaran-- sebelum ia terlelap tidur.
Beberapa menit kemudian, Oliver terlihat jauh lebih segar dengan rambut setengah basahnya. Matanya yang tajam sedikit berpendar melihat sekeliling ruangan yang sudah rapih.
Lantas, ia berjalan keluar dari kamar itu menuju kamar pribadinya sementara seorang wanita yang masih menempati kamarnya sedang terduduk lemah di dalam kamar Oliver. Memeluk kedua lututnya serta menyembunyikan wajah sembabnya.
Tubuhnya kembali bergetar yang menandakan bahwa ia sedang menangis sekarang.
Dia sedikit trauma atas kejadian pagi tadi. Memang, itu bukan lah kali pertama karena ia dan Andrea sering melakukannya meski tidak sampai melakukan sex. Tapi untuk yang dilakukan Oliver justru membuatnya takut dan merasa bahwa dia sudah dilecehkan.
Oliver yang menggeram marah mencumbunya penuh nafsu bahkan rasa kebas di bibirnya seolah masih terasa sampai sekarang.
Tubuhnya yang nyaris telanjang pun tak luput dari sentuhan pria itu. Jika diingat-ingat, Violetta sempat menikmati apa yang dilakukan Oliver terhadap tubuhnya walau berbanding terbalik dengan suara hatinya yang meminta dihentikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐥𝐢𝐯𝐞𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 [Hold On]
Romance#Book-3# [Spin-off Our Destiny] BIJAKLAH DALAM MEMBACA 18++ ====== "K-kau. Memang. M-monster." "Dan monster ini lah yang membantumu menemui Tuhan." Tap. Sreet. Oliver sedikit mendongak ke depan karena mendengar bunyi gesekan sepatu juga benda jatuh...