Keesokan paginya, mereka pun terbangun di ranjang yang sama tanpa sehelai benang pun di balik selimut yang menutupi keduanya.
Tidak. Mereka tidak melakukan sex sebelumnya, Oliver hanya ingin bermain-main menggunakan tangan dan caranya yang lain. Violetta sempat menolak tapi pada akhirnya Oliver tetap melakukannya saat Vio sudah terlelap dalam tidurnya.
Mereka mengalami perdebatan ringan di pagi yang masih menunjukkan pukul enam itu.
"Kau duluan!"
"Kita!"
"Tidak! Mandi sendiri bukan berdua." Vio menarik selimut itu sehingga tubuh Oliver tidak banyak mendapatkan selimut.
"Tapi aku ingin mandi dengan mu." Oliver tidak mau kalah.
"Kenapa harus mandi berdua?"
"Karena aku ingin." Jawab pria itu dengan datar.
"Ini masih pagi, kenapa kita harus berdebat perihal mandi."
"Kau sendiri yang mengajakku berdebat. Apa susahnya mengiyakan ajakan ku."
"Aku sudah menuruti permintaan mu! Mulai dari pulang ke mansion mu, meniduri burung mu, tidur di satu kamar bahkan kau juga memaksa ku bertelanjang seperti ini agar memudahkan mu menyentuh tubuhku." Cerocosnya kesal. Sialnya Oliver hanya menatapnya datar. Menyebalkan.
"Kau akan terlambat sekolah jika terus berdebat."
"Aku tidak mau berdebat, Oliver... Aku juga tidak mungkin terlambat jika kau tidak membuang-buang waktu. Sekarang aku tanya, kau yang mandi duluan atau aku yang duluan?"
"Kita yang duluan." Oliver bersilang dada tetap dengan mimik datar menyebalkan.
"Okay! Aku duluan!"
Menarik paksa selimut itu, tidak peduli dengan ketelanjangan Oliver yang pria itu sendiri saja tidak masalah bahkan tidak berusaha menutupinya dengan bantal.
Benar-benar menguji iman. Sejak kapan Vio semesum ini karena mata cantiknya tidak bisa diam ingin melirik kepunyaan Oliver.
"Kau masih mau? Kita bisa melakukannya di kamar mandi, purple." Oliver tersenyum miring terus memperhatikan gerak geriknya.
Violetta-nya sangat menggemaskan.
"Diam di situ! Jangan menyusul ku ke kamar mandi, lagi pula aku tidak akan lupa menguncinya." Vio mengancam.
"Aku memiliki banyak kunci cadangan. Jangan lupakan itu." Tukasnya berkedip nakal.
"Oliver... Jangan seperti itu, please....." Pinta Vio merengek manja.
Pria itu mengambil satu bantal untuk menutupi miliknya yang kerap kali mendapat lirikan mau tapi malu dari Violetta.
Begitu merebahkan tubuhnya dengan kedua tangan di bawah kepalanya, Vio bernafas lega dan percaya jika Oliver tidak akan menyusulnya ke kamar mandi.
Vio segera bergegas dan Oliver tertawa tanpa suara dengan mata menatap langit-langit kamar. Ia tidak menyangka akan semenyenangkan ini beradu mulut di pagi hari bersama Violetta.
Aktivitas mandi pun dilakukan masing-masing. Vio harus berperan sebagai istri yang dimana ia menyiapkan pakaian juga arloji untuk dipakai Oliver hari ini.
Vio sempat ragu karena apa yang selalu ia pilihkan tak pernah cocok bagi Andrea. Jadi, sekarang pun ia tidak percaya diri apakah pilihannya mau Oliver terima atau tidak.
Pun pada akhirnya, Vio memilih semua setelan berwarna hitam, hanya dasi yang memiliki warna lain namun sayangnya tidak Oliver pakai karena tidak terbiasa menggunakannya hanya di saat-saat tertentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐥𝐢𝐯𝐞𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 [Hold On]
Romance#Book-3# [Spin-off Our Destiny] BIJAKLAH DALAM MEMBACA 18++ ====== "K-kau. Memang. M-monster." "Dan monster ini lah yang membantumu menemui Tuhan." Tap. Sreet. Oliver sedikit mendongak ke depan karena mendengar bunyi gesekan sepatu juga benda jatuh...