Seperti siang yang cerah, malam pun terang oleh rembulan yang melingkar indah di langit gelap ditemani ribuan bintang berkelap-kelip mempercantik pemandangan malam. Petang sebelumnya, pesta sudah nampak usai hanya segelintir tamu yang masih menyapa bahkan ada yang baru tiba dan malam ini pemilik pesta belum beranjak dari tengah acara karena masih ada teman-teman yang harus mereka sapa.
Dengan Oliver yang sudah berkemeja pendek dan Violetta yang mengenakan gaun sederhana, wajah Vio juga sudah bersih dari makeup hanya ada kelembaban alami dan warna merah muda natural di bibirnya.
Mereka duduk berdua berangkulan mesra di tengah obrolan asyik bersama teman-temannya. Ralat, hanya Violetta yang mengobrol karena Oliver lebih banyak diam di antara teman-teman istrinya yang tengah berkumpul.
Oliver sengaja menyuruh para pengawalnya memindahkan beberapa sofa ke tengah halaman belakang di mansionnya untuk dijadikan ruang berkumpul bersama mereka.
Hanya Alaric yang tidak ikut karena sudah lebih dulu pamit ke penginapan dan akan ke Manhattan esok paginya.
"Lusa aku sudah kembali ke Melbourne." Kata Dylora. Menyimpan ponselnya ke dalam clutch bag setelah menerima telepon dari sang ibu.
"Jam berapa penerbangan mu?" Tanya Marcella yang duduk di sebelahnya. Suaranya mengundang lirikan dari Axel, pria itu terlihat ragu untuk mengajaknya bicara sejak siang tadi.
Hubungan mereka memang sedang tidak baik-baik saja. Marcella hanya bersikap sebagaimana mestinya, menjauh pada pria yang akan bertunangan.
"Aku memilih penerbangan pada jam malam. Omong-omong kau kapan kembali ke Manhattan? Masih ingin liburan?" Jawab Dylora sekaligus melempar tanya pada Marcella.
"Besok. Tidak, aku rindu kamar ku." Wanita berbalut gaun maroon itu menyelipkan anak rambut ke daun telinganya. Gerakan pelan yang tak luput dari tatapan Axel.
Violetta tersenyum masam. Kedekatan ini sedikit canggung kerena sikap Axel yang banyak diam.
"Kalau kau mau, menginap lah di rumah ku." Violetta mengajaknya.
"Bolehkan, sayang?" Ia meminta izin pada Oliver. Suaminya.
Laki-laki yang menahan kantuk itu mengangguk pelan, mencium bahu sang istri. "Tentu boleh, sayang. Ada banyak kamar yang kosong."
"Tidak perlu. Aku tidak mau jika telinga ku tidak sengaja mendengar kegiatan malam pertama kalian." Marcella mengerling, mengundang tawa dari yang lain.
"Dari yang ku lihat, setelah kau sepertinya Elouis yang selanjutnya akan menikah. Iya, kan?" Dylora mengangkat satu alisnya dan tersenyum goda pada Elouis yang tidak nyaman dirangkul Alejandro.
Bukan tidak nyaman karena risih tapi tidak nyaman karena berada di tengah keramaian teman-teman. Elouis hanya berani bermanja dan bermesraan jika mereka sedang berduaan saja.
"Jodoh tidak ada yang tahu." Jawab Elouis seadanya.
"Apa maksud mu, sayang? Kau tidak yakin jika aku adalah jodoh mu?" Respon Alejandro tidak mengenakan.
"Bukan begitu maksud ku! Tidak ada yang tahu, kan? Barangkali kau bosan harus menunggu kuliah ku selesai."
"Oh, aku sakit hati karena kekasih ku meragukan ku." Alejandro menjatuhkan dahinya ke bahu Elouis. Bertingkah seperti laki-laki yang bersedih.
Semua orang tertawa pelan sedangkan Oliver menatapnya malas. Sampai kemudian, mereka kedatangan seseorang yang menggandeng tangan wanita muda.
"Athes?" Violetta yang pertama menyadari kehadiran Athes dan Laurent.
"Hi." Laurent menyapa mereka lebih dulu, melepas rangkulannya di tangan Athes untuk menyambut pelukan Violetta.
"Kenapa malam sekali? Aku pikir kau tidak akan datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐥𝐢𝐯𝐞𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 [Hold On]
Romance#Book-3# [Spin-off Our Destiny] BIJAKLAH DALAM MEMBACA 18++ ====== "K-kau. Memang. M-monster." "Dan monster ini lah yang membantumu menemui Tuhan." Tap. Sreet. Oliver sedikit mendongak ke depan karena mendengar bunyi gesekan sepatu juga benda jatuh...