Thirteen

15K 737 19
                                    

Pagi itu, Violetta dibuat lelah karena keasyikan bermain bersama Georgia yang sangat akrab padanya. Vio sudah tidak takut lagi tapi tetap saja perlu berhati-hati.

Dia di sana tanpa didampingi oleh Oliver hanya beberapa penjaga yang setia memperhatikan, takut-takut jika Georgia melukai Violetta.

Menjelang siang, Georgia sudah harus masuk ke dalam kandang lagi dan ini adalah jadwalnya minum obat untuk kesehatannya.

Vio berdiri sedikit berjarak dari kandangnya untuk memperhatikan hewan itu lagi. Sampai sebuah rangkulan serta kecupan lembut di pelipisnya mengambil alih perhatian.

Oliver menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Ikut aku."

Yang Vio tahu mungkin maksud Oliver adalah ke dalam mansion untuk beristirahat tapi yang ia mau bukan itu, melainkan pulang karena sudah lama juga bukan berada di sini?

"T-tunggu!" Vio mencegah begitu sampai di ambang pintu mobil. Mereka berada di pekarangan mansion dengan beberapa mobil yang sudah bersiap.

"Kau mengajakku ke mana?"

"Bandara. Kita akan ke Texas."

"A-apa?! Aku tidak mau ikut! Antarkan aku pulang, Oliver. Aku sudah bermalam di sini."

Oliver menutup pintu mobil dengan kencang lalu mendorong Vio yang meringis. "Kau selalu mengatakan pulang padahal ini adalah rumah mu."

"Berhentilah mengatakan omong kosong itu!" Lagi, Oliver membentaknya.

"Kau lah yang bermulut kosong! Ini bukan rumah ku! Kau selalu memaksaku ini itu termasuk melarang ku untuk pulang ke rumah ku sendiri yang seharusnya aku tempati!"

"Karena kau adalah milikku! Sudah sewajarnya aku mengatur mu sesuka hatiku, purple!" Tegasnya dengan mata berkilat tajam.

"Aku bukan milik mu! Kau pikir aku barang yang bisa kau klaim dengan membayarnya?!" Teriak Vio kesal.

"Apa secara tidak langsung kau menyuruhku untuk membayar mu? Katakan berapa harga mu?"

PLAK!

Meringis. Ada rasa perih dan panas saat telapak tangannya menampar keras wajah Oliver. Detik berikutnya, ia kembali merasa ketakutan.

Mulutnya kaku untuk meminta maaf. Ia tidak siap jika Oliver balik menamparnya atau bahkan lebih dari itu.

Lihatlah, rahangnya mengeras. Giginya bergemeletuk menahan emosi yang membuat nyali Violetta menciut. Tangannya terkepal kuat sedang wanita itu menunduk was-was.

Sekumpulan orang-orang yang berjaga serempak bergerak melayangkan pistol ke arah mereka lebih tepatnya terarah pada Violetta.

Jantung Violetta bertalu hebat. Bagai mangsa yang tidak memiliki jalan keluar dari jebakan. Yang ada hanya rasa takut karena kematian sudah berada di depan matanya.

"TURUNKAN PISTOL KALIAN BRENGSEK!" Oliver berteriak keras. Terlihat urat-urat di leher dan tatapan marah dan penuh ancaman.

"Jangan pernah mengarahkan senjata apa pun padanya tanpa perintah dariku." Lantangnya mendesis tajam.

Bugh.

Oliver menendang perut salah satu dari mereka yang posisinya paling dekat dengannya sampai pria itu menunduk memegang perutnya. Oliver berwajah datar itu menarik siku Violetta sebelum membuka pintu mobil.

"Masuk!"

Satu perintah mutlak yang tidak berani Vio tolak, menghipnotisnya secepat itu.

"Jalankan mobilnya!"

𝐎𝐥𝐢𝐯𝐞𝐫 𝐏𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 [Hold On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang