Perjodohan

13 6 0
                                    

Malam ini Nata benar-benar tidak bisa memejamkan matanya, di saat kedua temannya sudah tertidur ia masih terlarut dengan pikirannya tentang ucapan Fathur tadi.

Menyukai salah siswi Garuda?? Siapa?? Bolehkah Nata Geer Lantara tadi pria itu mengirim salam padanya? Pasti Fathur suka dengannya.

"Ya Allah, kalau bukan Fathur jodoh hamba, hambar rindho di jodohkan dengan kyungsoo ya Allah," Nata lalu menarik selimutnya menutup wajahnya, bersiap untuk tertidur.

Doanya agak maksa ya, sudah maksa ga tau diri lagi.

NGING NGING NGING

Baru Nata akan masuk kedalam mimpinya suara sirene dari toa mini yang ia kenal itu berbunyi nyaring berhasil membuat kebisingan di area perkemahan itu.

Buru-buru Nata mengambil cardigan hitamnya lalu menutup piyama tidurnya dengan cardigan miliknya sebelum bersiap keluar dari tenda. Ia ingin memastikan semuanya baik-baik saja.

"Nat, itu apaan? Ribut banget." Tanya Friska dengan suara seraknya, gadis itu terbangun karena suara sirene itu. Lain halnya dengan Dira yang masih nyenyak dalam alam bawah sadarnya.

"Sirene Fris, mau ngikut keluar ga?"

Friska mengangguk kebetulan ia memakai baju kaos sepanjang siku, ia tanpa memakai lapisan lagi siap beranjak dari tenda.

"Dira gimana???"

"Biarin aja, nanti kalau keadaan nya gawat baru kita bangunin," lagi-lagi Friska hanya mengangguk dengan muka bantalnya.

"Perhatian perhatian, diharapkan siapa yang melihat Farah agar segera melapor ke sumber suara," Patra mengumumkan pemberitahuan melewat toa kecil itu.

Nata menatap Friksa, "Farah ilang??"

"Ntah, ah maleslah mau lanjut tidur gua." Friska kembali masuk ke dalam tenda, maa bodoh jika Farah benar-benar hilang, mencari gadis itu hanya akan membuang-buang waktu tidurnya yang sangat berharga, dan Friska tidak rela itu.

Nata menepuk pundak Dira, "Lo sama Dira di tenda aja kalau gitu, gua mau ke kak Patra dulu."

"Hmm," Friska mengangguk linglung.

Di samping Patra sudah ada Indri, sahabat Farah. Nata tatapan menghiraukan tatapan sinis gadis itu ia mendekat pada Patra.

"Farah ilang, kak??"

"Kata Indri sih gitu, ga sama Lo kan, Nat???"

Nata menggeleng, "Ayo, gua bantu cari kalau gitu, Pak Agus sama Pak Jamal udah tau??"

"Belum, kalau sejam Farah belum ketemu juga baru gua lapor ke guru-guru."

Nata menyetujui hal itu, ia pikir Farah tidak mungkin hilang. Pasti gadis itu berada di sekitar perkemahan ini.

"Jadi Indi, terakhir Lo liat Farah tuh dimana??" Tanya Nata. Indri atau Indi, panggilan yang biasa teman-teman kelasnya panggil padanya. Nama lengkap gadis itu, Indriani, hanya sekedar info.

"Hmmm, terakhir sih gua nemenin dia nyari angin, eh pas gua tinggal bentar udah gada." Cerita Indri dengan malas-malasan. Nata tau itu, tapi ia tak ambil hati sikap gadis itu.

"Ya, tempatnya dimana??" Patra mengupas sedikit-sedikit info terakhir tentabg Farah.

"Ga jauh di dekat tenda ada danau, gua nyantai nya disitu sama dia."

"Danau??" Nata mengernyit bingung, sejak kapan di daerah sini ada danau??

Pastinya sebelum memutuskan untkk berkemah di bukit Indah, Nata sudah mensurvei tempatnya lebih dulu. Mana ada danau coba.

Putih Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang