Sosok Alba

11 4 4
                                    

"Nanti ke sini lagi ya, by."

"Siap."

Cup

Tiba-tiba telapak tangan besar menutup mata Nata. Fathur menatap datar kedua insan yang sedang berdiri tak jauh dari mereka, kedua insan itu berciuman singkat sebelum Raka menyadari keberadaan dua insan itu.

"Eh, Thur." Raka terlihat kikuk.

"HEH!!! GUA GA NERIMA YA RUMAH GUA DI JADIIN TEMPAT MAKSIAT SAMA KALIAN BERDUA!!!" Bentak Nata seakan tau apa yang baru saja kedua insan itu lakukan.

Mira sedikit meringis, Raka memajukan tubuhnya menutupi tubuh Mira yang hanya menggunakan tangtop dengan celana sepanjang paha.

"Eh, kalian udah pulang??" Mira buru-buru menaikkan sebuah bantal kursi ke atas pahanya. Basa-basi itu perlu ya guys.

"Pulang sana!!!" Nata langsung menarik tangan Raka dan mendorong kasar pria itu untuk keluar dari rumahnya.

Rasanya sangat jijik melihat kelakukan kedua manusia itu.

"Yaudah gua pulang kalau gitu."

Nata menutup pintu rumahnya keras tanpa mengantar pria itu untuk keluar, buru-buru ia masuk kedalam rumahnya kembali begitu sadar meninggalkan Fathur berdua dengan Mira.

"Make baju yang benar sana Lo, Mir."

Mira memutar mata malas akibat kesal dengan Nata yang seenak jidatnya mengusir kekasihnya.

"Lo nyeremin juga ya kalau marah," gumam Fathur yang masih di dengar oleh Nata.

"Kesal tau ga! Setiap tinggal serumah bareng Mira mata gua selalunya ternodai sama tingkahnya."

Fathur mengelus belakang gadis itu mencoba menenangkan emosi yang sedang meletup-letup dalam jiwanya. Fathur lalu mendudukkan tubuhnya di sofa, diikuti oleh Nata di sampingnya.

"Kalau udah punya anak nanti marahnya jangan kayak tadi ya."

"Iya," Nata membulatkan matanya ketika sadar akan ucapan Fathur, "anak matamu!!"

Fathur terkekeh, "Lo pernah ciuman ga, Nat??"

"Kepo!"

"Gua mau jujur."

"Apa?" Kan kalau ngomong sepotong-sepotong begini Nata jadi kepo.

"Gua sebelumnya udah pernah ciuman."

Seketika rasa sesak menghantam hati kecil Nata. Sedih sekali rasanya dia tidak bisa menjadi yang pertama untuk sosok yang selama ini bertahta di hatinya.

Naya menggeleng menebas rasa kecewanya, "terus??"

"Gua cowok nakal, Nat. Gua yang di sekolah sama gua yang diluar beda banget, jangan berekspektasi tinggi ke gua ya?"

"Senakal apa sih?? Lo bicara seakan-akan Lo itu bandar narkoba." Nata berdecak kesal.

"Belum saatnya Lo tau."

"Ga usah ngomong kalau Gamau ngejelasin!" Nata bangun dari duduknya.

"Mau kemana??"

"Ngambil minum, emang gamau minum?''

"Mau, cokelat panas ya."

"Dih, Lo kira rumah gua cafe gitu." Meski sedikit ketus Nata tetap berjalan ke dapur, kebetulan cokelat panas selalu ready stok di dapurnya karena minuman itu adalah minuman kesukaan Mamanya.

"Nata," seorang pria berjas putih masuk kedalam rumah Nata dengan sedikit berteriak memanggil gadis itu.

Fathur berdiri dari duduknya, "Bang Al?"

Putih Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang