Fakta lain

7 3 0
                                    

Fathur dengan kresek putih di tangannya menampakkan binar dari kelopak matanya, dalam keadaan berjalan senyum dari bibir pria itu tak kunjung pudar.

Langkah Fathur berhenti tepat di depan sebuah kontrakan sederhana, is mengetuk-ngetuk pintu namun nihil tak mendapati sosok yang tinggal di dalam rumah kontrakan itu.

Tangannya dengan pelan menekan engsel pintu, terbuka. Fathur mengerutkan dahinya mendengar teriakan yang suaranya sangat familiar di telinganya.

"Ini beneran, Ar! Aku hamil anak kamu!"

Deg

Genggaman Fathur pada kresek makanan yang ia bawa mengendor. Pria yang masih menginjak bangku kela 1 SMA itu mengatupkan matanya sesaat, sebelum tatapan tajam melayang dari kedua bola matanya.

Krek

Horden di buka, nampak sepasang insan di sana menatap kaget dirinya.

"Fa--- Fathur."

Fathur tersenyum miring, ia mendekat pada gadis yang di tangannya terdapat surat hasil pemeriksaan nya. Dengan cermat Fathur membacanya, lalu melemparnya kasar.

"MAKSUD LO, APA ANJING?!!!"

Chelsea, perempuan seumuran dengan Fathur yang saat ini menjabat sebagai kekasihnya.

"Fathur, aku bisa jelasin----"

"ANJING!" Fathur tanpa ba-bi-bu langsung menubruk tubuh Arthur, sosok pria yang dia yakini ayah dari bayi yang kekasihnya kandung. Cih, untuk menyebut kekasih Fathur sudah tak berselera.

"Fathur!" Chelsea menjauhkan tubuh Fathur dari Arthur.

"SETAN LO BERDUA! PENGKHIANAT!!!!"

Fathur meludahi tembok kontrakan itu lalu maju ke depan Chelsea, "Kita putus!"

Arthur dan Fathur masih di tempat yang sama, di sebuah taman dengan tatapan yang saling tak bersahabat.

Kekehan keluar dari bibirnya Arthur, "Lo salah paham, Chelsea-----"

"Ga butuh penjelasan," Fathur menendang ringan lutut Arthur sebelum beranjak dari sana.

Moodnya sangat berantakan. Melihat Nata bersama pria lain saja sudah membuat moodnya hancur, apalagi harus di hadapkan degan Arthur lagi, untung kali ini Fathur tak main tangan.

Di daerah taman lain, Nata menatap sendu Langit yang masih cerah. Patra masih setia duduk di sampingnya.

"Lo cantik, Nat." Gumam Patra sepelan mungkin, namun gumamanya masih terdengar oleh Nata.

"Ha?"

Patra menggeleng, "Ga," lalu menatap jam tangannya, "kayaknya udah sore nih Nat, Lo balik? Mana masih make seragam sekolah lagi."

Nata ikut menatap jam tangannya, Mamanya pasti mencarinya. "Yaudah gua pamit dah."

"Mau gua antar?"

Nata tersenyum tipis, "ga usah, gua duluan ya."

Saat ini Nata berada di sebuah halte terdekat dari taman, ia menunggu angkutan umum untuk menjemputnya. Setidaknya dengan menggunakan angkutan umum Nata bisa merasakan kesendirian dengan tentram.

"Nat."

Nata spontan menatap ke sumber suara, "Kak Fathur?" Kemudian berdehem, "ngapain?"

"Hapus, Nat."

Nata mengernyit dahinya. Hapus? Sisa umur yang pria itu miliki? Atau perasaan nya padanya? Nata benar-benar tidak mengerti.

"Perasaan gua?"

Putih Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang