Di dalam kamar bernuansa silver, Sultan duduk di tepi ranjang. Pikiran nya kalut karena gadis nya, ia sudah lelah menjalani hubungan toxic seperti ini.
Sultan masih mau dengan Nata, namun bukan dengan nuansa yang seperti ini. Sultan mau seperti setahun yang lalu, dimana semuanya baik-baik saja.
Jingga memandang nanar sosok Sultan yang tengah bersandar di kepala ranjang dengan tatapan kosong. Ia mendekat laku duduk di samping pria itu.
Sultan tersentak, "ngapain?"
Jingga tersenyum manis, "Lo masih cinta ya sama Nata? Masih sayang sama dia?"
"Lo udah tau jawabannya."
Jingga menggigit bibir bawah nya menahan sesak, "Lo harus ingat Tan, Lo udah beristri, ga pantes Lo masih nyimpan rasa ke cewek lain."
Ucapan Jingga barusan membuat Sultan menatap datar padanya, "Gua ga peduli, ga usah ikut campur urusan gua!"
''Tapi----''
Sultan bangun dari sandarannya ia berjalan ke arah lemari pakaian, Jingga dengan cepat mencegat pergerakan pria itu.
"Mau kemana?"
"Lepas!" Sultan memandang tajam pegangan Jingga di tangannya.
"Ga! Lo mau kemana sih?" Jingga terkekeh kecil memikirkan sesuatu, "mau datangin Nata? Iya?!"
"Stop mikirin Nata, Tan! Lo udah punya gua, dan juga-----"
Plak
"Lo gada hak ngelarang-larang gua," Sultan memandang tajam Jingga sebelum berlalu dari hadapan gadis itu begitu saja.
Jingga masih tercengang merasakan tamparan barusan. Ia mengelus pelan perut nya yang masih datar.
Bulir kristal sedikit demi sedikit keluar dari kelopak matanya, perasaannya sangat sensitif akhir-akhir ini, ia gampang baperan karena kelakuan Sultan.
Jingga mengerjab, ia tak boleh membiarkan Sultan menemui Nata. Dengan gesit Jingga berlari menuruni tangga menyusul Sultan yang sudah siap di motornya, ia menghalangi laju motor pria itu.
"Minggir."
"Ga! Lo ga boleh pergi!"
"Minggir atau gua tabrak?" Sultan tak main-main dengan ancamannya, ia menggas motornya dengan perlahan-lahan menimbulkan suara yang nyaring dari kendalpotnya.
"Lo itu punya gua Sultan! Lo ga boleh dekat-dekat Nata lagi."
Sultan tak memperdulikan ucapan Jingga. Saat hendak menjalankan motornya ia terhenti karena ucapan Jingga yang tiba-tiba.
"Lo pergi anak Lo mati."
Shit
Sultan mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Gila Lo! Jangan apa-apain anak gua!"
Jingga menerbitkan senyum kecilnya, setidaknya Sultan masih peduli dengan anak yang saat ini ia kandung. Anak yang ada karena siasat buruk Opa Sultan yang menjebak kedua remaja itu saat belum terikat tali pernikahan.
Sultan selalu menolak begitu Opanya menyuruhnya menikahi Jingga, begitupun Jingga pada awalnya. Namu karena anak yang gadis itu kandung akhirnya kedua menyetujui pernikahan paksa ini.
"Lo tinggal di rumah, anak Lo selamat."
Sultan mengepalkan tangannya, dengan patuh ia menuruni motornya lalu masuk ke dalam rumah begitu saja. Jingga tentu tersenyum senang melihat kepatuhan pria itu, ia lantas ikut masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih Abu-abu
Teen FictionDi usahakan publish setiap hari🦋🖤 Kisah rumit yang akan di selesaikan dalam cerita ini. Tema cerita anak SMA. Happy reading Friends 🦋🖤