A03 - Titik Masalah

99 8 12
                                    

ㅅ| Nanti seandainya Abang sakit yang jemput Rora siapa?— Adleen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅅ| Nanti seandainya Abang sakit yang jemput Rora siapa?
— Adleen.

𓈊 ҉ 𓈊

Matahari siang ini sangat cerah menyorot penglihatan. Setelah beberapa jam lalu hujan datang membasahi bumi. Adleen sedang mengendarai mobilnya, dengan satu penumpang seorang gadis kecil yang begitu cantik duduk tepat di sampingnya.

Setelah banyak drama yang terlewatkan, akhirnya Adleen dapat menemukan Aurora dan sekarang waktunya mengantar anak itu pulang ke rumah Kakaknya.

"Rora nunggunya lama enggak tadi?" Adleen memecah keheningan.

Aurora menoleh lihat Adleen yang fokus menyetir. "Enggak, Abang. Aku baru keluar kelas."

"Yahh, tau gitu Abang enggak buru-buru jemput kamu." Kata Adleen seraya mengangguk-anggukan kepala menikmati musik yang diputar oleh radio, jemarinya juga tak berhenti mengetuk stir mobil.

"Emang Abang belum selesai sekolahnya?" Aurora bertanya penasaran, apakah Abangnya ini kabur dari sekolah hanya demi menjemput dia atau tidak.

"Udah, cuma tadi gerimis. Kalau Abang enggak buru-buru bakal tunggu gerimisnya reda dulu baru ke parkiran mobil, enggak kayak tadi Abang hujan-hujanan."

Aurora berdecak kencang. "Ck! Abang lebay!"

Tangan kiri Adleen terangkat menggelitiki serta mencubit kecil pinggang Aurora. "Nanti seandainya Abang sakit yang jemput Rora siapa?"

"Papa."

"Kalau Papa lagi meeting kayak hari ini?"

Aurora menggigit bibir bawahnya sambil senyum-senyum, "Abang, hehe."

"Abang sakit ceritanya," ulang Adleen lebih memperjelas.

"Ya, Kan Abang enggak selalu sakit setiap hari!" Aurora menyentak, dia lama-lama kesal terhadap topik ini.

Dengan pundak bergetar, Adleen tertawa puas. Dia tidak mengira jawaban Aurora akan seperti itu. Adleen hanya bisa menepuk pucuk kepala Aurora karena sudah kepalang gemas.

Keheningan kembali hadir bersamaan rintik hujan yang perlahan memenuhi kaca mobil. Akibat dibuat kesal, Aurora cemberut saja sedari tadi. Walau sebenarnya dia tidak tahan ingin bersikap cerewet seperti sebelumnya.

Adleen melirik Aurora sekilas. Keningnya mengerut kala melihat anak itu tidak bisa diam, seperti kurang nyaman atau bisa jadi ada hal yang ingin dikatakannya. Tapi Adleen tetap diam menunggu Aurora mengeluarkan suara lebih dulu sampai bermenit-menit.

"Abang ..." Aurora memanggil. "Kita beneran mau jalan-jalan dulu, kan?"

Adleen spontan menoleh pada anak sulung Kakaknya itu. "Enggak."

"Abang ..." Aurora mulai merengek.

"Nanti Abang dimarahin Mama kamu kalau enggak langsung pulang, Rora."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADLEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang