Hannah bahagia mendengar kabar terbaru dari Arel dan Xander bahwa Arel sedang hamil ia akan menjadi seorang nenek ingin rasanya menemui mereka namun Hannah tidak bisa ia memikirkan keluarganya, Rio beda lagi ia bahkan hampir teriak membuat Xander langaung mematikan panggilan telpon
"Eh kenapa tuan?"
"Ada tarzan ditelpon"
"Tarzan, apa itu tarzan? Dimana tuan Rio?"
Xander lupa ia tepok jidat.
"Tarzan itu nama orang dalam filem"
"Filem?"
Xander merasa masih banyak yang belum ia lakukan dan jelaskan pada Arel .
"Ayo kita nonton filem besok"
Arel mengangguk saja meskipun ia sendiri tidak mengerti apa itu Filem, ia mengangguk ia mau minum karena tidak ada rasa apa apa dibanding pil obat yang pernah ia minum Xander lega.
~~~~~~~~
Arel duduk memandangi Xander yang sedang mengantri tiket bioskop cukup ramai Arel duduk menikmati popcorn ia memeluk sekotak besar popcorn, Xander menoleh ia tersenyum kearah Arel dan kembali bergerak maju diantrian ia sedikit teralihkan hingga matanya membulat ia tidak menemukan Arel sekotak popcorn berserakan dilantai.
"Arel"
Ia panik dan segera pergi dari antrian Arel tidak ada didalam bioskop lalu ia mencari keluar mereka sedang di mall, di lantai bawah ia melihat Arel sedang ditarik ia sepertinya di todong oleh dua orang Xander berlari menuruni eakalator pergi ka arah parkiran terlamabat namun ia sempat melihat nomor plat mobilnya.
Xander menyetir kearah mobil van hitam ia juga menelpon polisi selagi mencari van hitam dan memberitahu nomor plat mobilnya dada Xander jangan ditanya, dimobil lain Arel sedang menangis sesegukan ia ditodong ia ketakutan.
"Arel salah apa, kalian sudah menghabisi keluarga Arel"
Ia kembali sesegukan
"Kau yang terakhir, aku ingin mutiara jiwamu"
Arel semakin ketakutan namun ia berontak membuat mereka memukulnya hingga Arel kehilangan kesadarannya.
~~~~~~~~~
Matanya yang sembab memandang gudang yang terlihat kotor ia memegang kepalanya yang terasa sakit, Arel bangkit ia menggedor gedor pintu berteriak namun tidak ada yang membuka atau ada suara dari luar.
"Tuan Xander, tolong Arel"
Isaknya ia terduduk bersandar dipintu ia tidak menyangka mereka mengejarnya sampai sejauh ini dan entah dari mana mereka tahu, Arel tersandar ia merasa lemah dan pusing memperburuk keadaannya ia memeluk perut datarnya ia akan bertahan demi anak dan Xander.
Pintu terbuka Arel hampir terjatuh ia beringsut mundur ia mau menangis mereka siap hendak menghabisinya mengambil mutiara miliknya, rambutnya dijambak namun saat wajahnya diangkat mereka terkejut matanya merah dan ada amarah sangat besar Arel sudah kehilangan kendalinya.
~~~~~~~
Xander terkejut mereka mendengar suara dentuman dari arah gudang tua ia berhasil menemukan van hitam terparkir di tempat pembuangan mobil rusak ia berlari kearah gudang, Arel memandang Xander dengan marah.
"Arel, ini aku Xander"
"Aku benci manusia kalian sangat jahat, apa salah kami"
Suara Arel terdengar berat, xander melihat mereka terkapar tewas.
"Arel aku minta maaf, ingat aku pernah mengatakan tidak semua manusia itu jahat ada aku dan bibik"
"Bibik"
"Ya bibik, ingat lihat ini aku Xander suamimu aku sangat mencintaimu"
"Tuan Xander"
Mata Arel kembali normal ia terjatuh tidak sadarkan diri Xander menangkap tubuhya ia melihat darah ia segera menggendongnya dan dibawa kerumah sakit, Xander menelpon Rio tidak lama diangkat Arel sendiri sedang diperiksa.
"Rio, Arel diculik"
"Apa, siapa yang melakukannya?"
"Aku rasa mereka bagian dari orang orang itu yang lolos dan....."
"Dan apa Xander?"
"Arel.....Arel membunuh mereka"
Rio tidak menyahut ia sama terkejutnya dengan Xander saat melihat Arel tadi seorang Arel yang lugu dan lembut menghabisi tiga orang dengan tubuh kecilnya itu sulit dipercaya.
"Lalu bagaimana keadaan Arel?"
"Ia sedang diperiksa ia mengalami pendarahan, aku merinding melihat apa yang aku lihat hari ini Rio"
"Aku akan datang"
"Baiklah, kau langsung kerumah sakit saja jika sudah tiba"
"Pasti"
Panggilan diputus ia melihat perawat dan dokter sedang memindahkan Arel keruang rawat ia mengikuti mereka.
~~~~~~~~
Pintu terbuka perlahan seseorang mengguncang pelan tubuh Xander yang tertidur bersandar disofa.
"Rio, kau disini"
"Bagaimana keadaan Arel dan bayinya"
"Bayinya stabil namun keadaan Arel mengkhawatirkan dokter sendiri tidak mengerti dengan keadaannya"
Rio duduk disamping Xander memandang Arel yang masih belum sadar wajahnya pucat ia bernafas teratur dan pelan.
"Rio, bisakah aku percaya padamu?"
Rio menoleh dahinya berkerut tidak mengerti dengan ucapan Xander yang absurb baginya.
Tbc